BAB 05: Senja dan pelangi

29 8 0
                                    

Gerimis dan langit yang masih berwarna jingga. (Name) menyandarkan kepalanya di bahu kuat gojo sembari memandang ke depan melihat betapa cantiknya senja. Pas sekali gojo memarkirkan mobilnya menghadap kearah langit yang akan terbenam itu.

(Name) tersenyum saat muncul cahaya warna-warni di langit senja. (Name) mengangkat kepalanya dan menepuk-nepuk tangan kekar gojo.

“Lihat! Ada pelangi!” Girang (name) sambil menunjuk cahaya warna-warni itu.

Gojo mengalihkan pandangan dari ponselnya dan memandang mengikuti jari telunjuk (name). Senyuman gojo juga ikut mengembang melihat cahaya indah itu. Gojo lalu mengecup pucuk rambut (name).

“Senang?”

“Iyaa!”

Gerimis kemudian berhenti, (name) lantas dengan bersemangat keluar dari mobil dan berlari ke arah bibir pantai bak anak kecil yang beru pertamakali ke pantai. Gojo terkekeh melihat perubahan sikap (name) yang menjadi menggemaskan. Gojo juga ikut keluar dari mobil dan berjalan dengan santai menuju (name).

(Name) mengambil ponselnya disaku dan mulai memotret pelangi. Orang-orang yang berkunjung ke pantai itupun sama halnya dengan (name), mereka mengeluarkan ponsel mereka dan memfoto senja dan pelangi itu.

(Name) berbalik badan dan mendekati seorang pria sambil tersenyum saat berbicara dengan pria itu. Gojo mendengus merasa cemburu. Namun tidak jadi karna tau niat (name) berbicara dan memberikan ponselnya pada pria asing itu.

(Name) mendekati gojo lalu menggandeng tangannya. “Ayo tersenyum, aku ingin mendokumentasikan kenangan asmara kita untuk ditunjukkan ke buah hati kita nanti.” Ujar (name) dengan senyuman hangat yang meleleh kan hati gojo.

Gojo lantas tersenyum dengan tulus, dan pria itu mulai memotret mereka berdua dengan lihai. Pria itu menunjukkan hasil jepretannya, dan gojo serta (name) menyukainya.

“Terimakasih.”

“Sama-sama. yaudah saya pergi duluan yaa.” Ucap pria itu sambil tersenyum ramah dan pergi meninggalkan gojo dan (name).

Gojo kembali melihat hasil jepretan pria itu di ponsel (name). “Kenangan asmara untuk ditunjukkan ke buah hati kita nanti? Aku rasa... Tidak bisa” Batin gojo meringis sedih akan fakta bahwa gojo dan (name) tidak boleh memiliki keturunan.

Kenapa?

“Bagus, ya?” Senyuman merekah kembali diwajah (name) saat memandang kembali foto di ponselnya itu.

Gojo ikut tersenyum dan membelai rambut (name) penuh kasih sayang. “Ya, tapi menurut aku. Daripada senja yang cantik, aku malah kagum sama kamu yang menandingi kecantikan senja di sore ini.” Tulus gojo.

Pipi (name) memerah. “Gombal! Dasar buaya darat!” Pekik (name) yang salah tingkah akibat kata-kata manis yang gojo lontarkan.

“Aku gak gombal, ini beneran tauu!!”

Pipi (name) masih memerah, tapi raut wajahnya cemberut. “Cewek gak butuh kata-kata manis, aku cuman butuh tindakan tulus kamu.” Pikir (name).

(Name) menaruh ponselnya kembali dan menatap ke arah pantai, pelangi semakin lama semakin memudar. “Bak pelangi, Yang awalnya muncul dengan sejuta pesonanya, namun lama-kelamaan pergi dan entah datang kapan lagi.” Gumam (name) menatap kosong ke pelangi yang perlahan-lahan menghilang.

Gojo mendengar gumaman (name) dan melirik dari ujung matanya. Melihat tatapan kosong (name) yang menatap ke arah pelangi membuat gojo menyuguhkan senyumannya dan terkekeh di dalam hati. Namun setelah itu, gojo kembali berekspresi datar.

“Apa kau menyukai pelangi? Ha! jangan menyukai pelangi. Walaupun indah dan mempesona, namun pelangi tidak pernah berjanji seperti senja yang akan kembali datang esok.” Ujar gojo dengan senyuman lebar yang menampilkan deretan gigi putihnya.

Gojo satrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang