02.00

25 15 1
                                    





Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, kehidupan aman dan damai Kara hilang begitu saja. Sekarang hari-harinya dipenuhi ejekan, hinaan bahkan Bullyan dari fans-fans Altarez yang tentunya belum diketahui oleh lelaki itu sendiri.

Dan sialnya Altarez selalu saja mengganggu dirinya dimana dan kapanpun. Seperti yang dilakukan oleh lelaki itu saat ini.

"Kar, buru-buru banget sih"

"Jangan ganggu!" Sentak Kara tanpa menoleh sedikitpun pada Altarez yang ada disampingnya.

"Jadi gue ganggu bang-"

"IYA!!" potongnya cepat. Altarez mendelik sulit sekali mendekati anak kecil didepannya ini. Perasaan cewek yang biasanya langsung ngejar-ngejar dia, lah ini?

Kara menduduki bokongnya di bangku pojok kantin, ia memesan makanan kesukaannya, apalagi kalau bukan bubur ayam. Ia tak memperdulikan mahluk bertubuh besar berhati hello Kitty disampingnya ini. Anggap saja tidak ada. G,bcnda

Ia menyibukkan diri dengan menyuapi bubur kedalam mulutnya, sedangkan mahluk disampingnya sibuk menopang dagu dengan menatapnya lekat.

Altarez menatap Kara yang sibuk mengunyah. Bibir yang ikut bergerak manyun saat mengunyah , pipi bulat yang semakin bulat karena penuh dengan bubur, jangan lupakan tatapan binar yang mengarah ke bubur itu tak luput dari pandangan sijangkung.

"Lucunya."

"Uhuk!" Mata bulat Kara melebar sempurna, ia jadi tersedak karena ucapan laki-laki disampingnya ini.

Sedangkan si pelaku kalang kabut mencari minum, ia mengambil sebotol air mineral dan dengan tidak sopannya melemparkan selembar uang merah, lalu langsung kembali duduk dan menyodorkan air mineral yang telah ia buka pada Kara.

Wajah Kara berubah menjadi merah padam, Ia masih terbatuk, matanya berair, hidungnya pun memerah karena hal itu pula air mata Kara sontak saja jatuh tanpa disuruh.

"Perih.." ia tidak tahu tersedak akan sesakit ini apalagi nyerinya sampai kehidung.

"Eh, jangan nangis!" Panik Altarez dengan suara yang meninggi. Hal itu sontak menambah volume tangisan gadis itu.

Karena terlampau bingung dan panik Altarez langsung memeluk Kara erat membuat kepala gadis itu menjadi bersandar tepat di dada bidangnya, sembari mengusap-usap surai kepala gadis itu lembut.

"Udah ya, gue minta maaf" ujar Altarez masih mencoba menenangkan gadis yang sedari tadi tak mau berhenti menangis.

"Sakit sial." Kara memberontak dipelukan Altarez, kesadarannya masih sinkron walaupun perih di hidungnya tak kunjung hilang.

"Mulutnya gak boleh kasar." Timpal sang jangkung sembari mengusap usap hidung memerah Kara.

Beberapa menit menangis, akhirnya tangisan itu mereda hanya masih nampak sesenggukan. Altarez masih saja mengusap hidung kecil itu lembut.

Hal itu tak luput dari pandangan manusia-manusia penghuni kantin, bahkan teman-teman Altarez sedang sibuk mentertawakan dan menggosipkan Altarez. Mereka baru tau si judes bisa jadi selembut itu.

"Gila gak habis pikir gue. Itu beneran bang Al? Ahahahaha anjir padahal dia kalo sama kita judesnya Subhanallah." ujar salah satu temannya sembari mengusap sudut matanya yang terdapat satu tetesan air mata. Dia adalah Nolan Arhia Wijaya.

Plak'

"Lo Kristen goblok!" Bentak Arganandra Kusuma, salah satu teman Altarez yang memiliki kesabaran setipis tisu dibagi 2 itu menggeplak kepala Nolan kencang.

"Ya mangap, gue kan cuman gak nyangka aja sama bang Al." Nolan mengusap kepalanya yang baru saja di geplak oleh Arga lalu menyengir lebar. Yah Nolan dengan tingkah kekanakannya, maklum dia paling muda dari teman-temannya, disaat yg lain sudah berumur 16 tahun ia baru saja masuk umur 15 tahun.

"Btw hebat juga si Thea, bisa buat si judes jadi Hello Kitty" Arigel Leo Ferdito, salah satu temen Altarez yang ceplas-ceplos itu berujar dengan santainya.

"Thea Saha njing? Mantan Lo? Dia Kara goblok!" Ujar Arga ngegas.

"Oh iya, gue keinget Thea anak boss sapi tempat emak gue beli ayam kemarin"

"Goblok!"

Mereka bertiga tertawa kencang sehingga menjadi pusat perhatian kedua setelah Altarez dan Kara. Altarez berdecak kesal dengan kelakuan teman-temannya itu.

Mereka sepertinya melupakan fakta bahwa Altarez memiliki kemampuan yang sangat langka, yaitu memiliki pendengaran yang sangat baik dan jelas bahkan orang berbisik pun ia bisa mendengarnya dengan jelas.

Altarez melirik tajam kearah Rigel, Nolan dan Arga. Teman-teman minus hati nurani, sepertinya ia harus melempari kepala mereka dengan emas batangan miliknya satu-satu.

Altarez mengalihkan pandangannya ke arah gadis kecil yang masih sesenggukan. Aihh lucunya, kekesalannya jadi lenyap seketika karena gadis ini.

"Masih sakit, hm?" Tanya Altarez lembut sembari mengusap punggung kecil Kara.

Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, lalu kembali melanjutkan acara makan buburnya yang sempat tertunda karena menangis.

"Hoi anjeng!" Panggil Arga ngegas.

Altarez mendengus lalu berdehem sebagai jawaban. Ia tak menoleh sama sekali, ia masih setia menatap anak kecil didepannya ini dengan tatapan hangat nan lembut.

"Wah belagu amat Lo!"

"Apa?" Mau tak mau Altarez menoleh kan kepalanya, menatap satu persatu teman-teman nya.

"Hello ki-"

"Hello Kitty bapak Lo yatim" Altarez memandang tajam Arga dan Rigel yang sedang tertawa terbahak-bahak.

"Adik manis, kenalan sama om yuk!"

Altarez berbalik menoleh ke arah Nolan yang sedang menggodai Kara dengan menyebut dirinya sendiri dengan embel-embel om.

"Heh, bocah ngapain Lo!" Sentak Altarez.

"Apaan sih bocah-bocah, sokab deh kamu!" Altarez mendengus.

Kara menatap Nolan dengan tatapan geli. Tingkah laki-laki dihadapannya ini menggelikan.

Rigel menahan tawanya saat melihat raut wajah Kara,

"Bro udah bro, gue tau dunia emang keras" Nolan menarik ingusnya lalu memeluk Rigel ala pelukan laki-laki. Drama itu terus berlanjut sehingga sadar tak sadar membuat bibir kecil Kara tertarik membentuk sebuah senyuman manis diselingi kekehan kecil yang jarang ia perlihatkan.

Hal itu sontak membuat Altarez dan kawan-kawan menolehkan pandangan mereka pada gadis yang tengah tertawa kecil itu.

"MasyaAllah, nikmat Tuhan mana yang engkau dusta kan" celetuk Nolan dengan senyum yang ikut mengembang. Namun, lagi-lagi kepalanya ditempeleng oleh Arga.

"Lo itu Nonis gob-emmhh" dengan kesal Nolan mencomot bibir Arga dan menariknya kencang. Nyahut mulu si Arga mah.

Sedangkan disisi lain, Rigel nampak tertegun sejenak melihat senyum yang terukir dibibir gadis didepannya. "Mirip Nara, ya?" Ujar Arga membuat Rigel tersenyum kecil, senyuman itu mirip dengan senyum milik Anara Lea Ferdito, sang adik yang terlebih dahulu meninggalkannya karena sebuah kanker yang menyerangnya.

Dan untuk Altarez, jangan ditanya, lelaki bertubuh bongsor itu kini sudah tersenyum-senyum sendiri sembari menunduk, berupaya menyembunyikan wajah saltingnya.

"Shit, emang boleh semanis itu?" Hati kecil Altarez berteriak, ia gemas. Ingin sekali rasanya ia mengunyel-unyel tubuh kecil Kara menjadi sebuah gumpalan yang nantinya ia makan.

KARA'S HAPPINESS

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang