𝒄𝒖𝒂𝒓𝒕𝒂 𝒑𝒂𝒓𝒕𝒆 ⊹

152 19 0
                                    

Lee Haechan & Huang Renjun
.
.
.
.
.
.
.
LA ESPERA TERMINÓ

"ck kenapa gak ada kegiatan osis sih hari ini?! kan kalo ada gw gak perlu cape-cape mikir keras kaya gini" hersa menghela nafasnya panjang ketika dihadapi soal fisika yang banyaknya saja gak tanggung-tanggung

"jangan ngeluh terus bego! lu yang sesekali belajar sama pak jaya aja kaya apaan tau gimana gw yang setiap minggu ketemu dia"

"moon maap itu derita lu jen gw gak peduli" jenan merotasikan matanya malas menatap hersa, padahal soal hanya 50 buah dan hersa terus saja mengeluh bahkan ia sudah membuatnya setengah apa kabar dengan jenan yang baru membuat 27 biji? dasar

"jayan tunjukin gw kek gw gak ngerti sama sekali gw belum belajar bab yang ini soalnya"

"lu nggak liat punya gw? ini aja baru 18 biji bego pinjem aja catatan orang lain dulu gw lagi sibuk jangan ganggu"

hersa merunggut dengan kesal dengan kedua sahabatnya, aneh mereka ini padahal setiap hari masuk kelas kenapa mereka pada lelet mengerjakan soal? sedangkan hersa yang jarang masuk kelas saja bisa mengerjakannya, ya meski ada 10 soal lagi sih yang belum ia kerjakan

"ughhh"

hersa memfokuskan pandangannya kepada pria yang duduk tepat didepannya, dia renan sepertinya ia tadi sedang melakukan peregangan, tetapi kenapa suaranya sangat? errrr hersa kepancing karnanya

"apa?"

"eh?! ga-gak papa" renan menatap malas hersa yang secara terang-terangan menatapnya saat ia sedang mengambil bukunya, tatapannya aneh, itu yang membuat renan tidak nyaman

"eh ren gw mau~...." renan segera membalikkan badannya ia tidak ingin terlibat komunikasi dengan hersa karna itu akan sangat merepotkan menurutnya, hersa menatap nyalang renan didepannya jika renan ini bukan orang yang ia sukai hersa jamin renan akan terkena jitakan miliknya

"ck apa serunya sih ngegambar mulu? apa gak bosen nih bocah? mendingan liat gw aja yang jelas-jelas enak dipandang" gumam hersa yang tidak sengaja melihat buku gambar diatas meja renan

"jelas karna ini punya warna beragam gak kaya lo yang cuman coklat" hersa langsung melototkan matanya mendengar penuturan renan apa dia sejelek itu? memang hersa itu memiliki kulit kecoklatan, tetapi kata bundanya ia tetap tampan kok, berbeda dengan renan yang memiliki kulit putih nan mulus

"lagian coklat itu manis ya ren jadi gw tetep enak dipandang" percaya diri hersa dengan senyum merkah diwajahnya, ia senang jika renan ingin mengobrol dengannya

"ngebosenin"

"sabar, sabar hersa sandewa bagaimanapun renan ini calon pacar lo
jadi gak boleh ngomong toxic" monolog hersa berusaha tersenyum, renan menyunggingkan senyuman kecil ketika hersa tidak lagi menjawabnya sepertinya pemuda itu sedang kesal, pikir renan


LA ESPERA TERMINÓ


renan berdiam diri sembari mengatasi kepanikannya ketika jam sudah menunjukkan pukul 3:30, setengah jam lagi perlombaan akan dimulai dan sialnya gojek yang dipesan renan tidak bisa datang dan saat renan ingin memesannya kembali hp nya sudah mati karna habis daya

HES || HYUCKRENWhere stories live. Discover now