Halo Vlovers! Apa kabar? Semoga baik ya. Kali ini minVl mau share hasil karya member VL berupa Cerpen. Wah, kepo ga gais? Event cerpen ini bertema Kehilangan. Aduh, dari tema aja udah galau banget ya gais? Ahhaa. Oke langsung aja kita liat hasil karya mereka, cekidot!
—————————————————————————
1. Hikayat Sang Pejuang Olahraga
Karya : Dwi Noviantoro (Juara 1 Cerpen)Bagai petir di siang bolong, lalu disusul dengan dentuman ombak yang begitu dahsyat di dadanya. Keluarlah sebuah aliran sungai penuh duka lara dari sudut matanya. Raganya yang gagah nan perkasa tak mampu menutup luka di dalamnya. Terasa pedang yang amat tajam tengah mengayun-ayun menusuk-nusuk jiwa raganya.
Di suatu kota, matahari telah bangkit dari peraduannya. Menyinari bentala yang terlelap setelah semalaman bulan bekerja menggantikannya. Orang-orang mulai kembali ke dunia nyata setelah bersenda gurau di alam mimpi. Hiruk pikuk orang-orang yang berseliweran, wira-wiri melangkahkan kaki mereka dalam menjalani aktivitas sesuai agenda sehari-hari mereka.
Di suatu rumah, tampaklah seorang pria tua yang memberi makan dan membasuh burung-burung peliharaannya di sudut halaman rumah. Lantunan suara tak henti-hentinya muncul dari mulut-mulut burungnya yang tampak senang menerima semprotan air dari majikan mereka. Di sudut yang lain, belahan jiwanya juga tengah asyik merawat bunga-bunga kesayangannya.
Tiba-tiba, sepasang telinga Kakek mendengar suatu suara yang sangat familiar di telinganya. Samar-samar dari kejauhan terdengar suara: ”Koooraaaan..., koooooran..... Berita baru: Angkat besi sapu bersih emas Olimpiade”.Suara tersebut semakin jelas ketika sang empunya suara semakin mendekati rumah sang Kakek seperti yang biasa ia lakukan sehari-hari. Sang Kakek lalu menghentikan sejenak aktivitasnya lalu pergi menyambut sang empunya suara di teras rumah. Dan akhirnya, sebuah surat kabar diterima oleh Sang Kakek. Kakek itu lalu duduk di teras rumah di atas kursi kesayangannya. Ia lalu membuka lembar demi lembar surat kabar itu. Kedua netranya memeriksa kata demi kata di surat kabar itu, lalu tak terasa keluar aliran bening dari kedua sudutnya diikuti segaris senyum yang menghiasi bibirnya.
Senyum yang sudah lama hilang dari wajahnya yang kini telah dihiasi kumis dan jenggot berwarna putih keperakan. Ia lalu meletakkan koran yang lain dan membawa koran yang memuat berita itu. Dan pergi ke kamarnya, menuju sebuah lemari dengan beberapa medali dan piala disertai foto-foto berpigura. Medali dan piala yang sudah tua masih mengilap. Lalu seperti sebuah video presentasi yang diputar slide demi slide, memori di otaknya melayang ke masa itu. Masa ketika ia masih darah muda dalam masa kejayaannya kala menjelma sebagai pahlawan olahraga bagi negaranya.
Setengah abad yang lalu, ketika dia masih duduk di bangku sekolah dasar, ketika mata pelajaran Bahasa Indonesia yang salah satu materinya menyuruh murid-murid untuk menceritakan cita-citanya.
“Saya ingin jadi dokter, karena saya ingin menyembuhkan dan menyelamatkan banyak orang, ...”
“Saya ingin jadi pilot, karena saya suka main pesawat dan akan saya bawa keluarga naik pesawat, ...”
“Saya ingin jadi tentara, karena saya ingin membela negara kita tercinta, ...”
Dan masih banyak lagi cita-cita teman-temannya yang akan diceritakan yang manakala setiap selesai salah satu murid bercerita, selalu diakhiri dengan tepuk tangan oleh para murid lainnya sebagai tanda hormat dan pemacu semangat.
Akhirnya tiba gilirannya menceritakan cita-citanya. Dengan hati renjana laksana karang, ia lalu menceritakan cita-citanya. Berkatalah ia, “Halo, salam kenal! Nama saya adalah … Saya hanyalah salah satu insan yang menjadikan olahraga sebagai ‘jembatan’ keluarga saya. Saya ingin jadi atlet karena saya ingin memenangkan medali dan piala untuk Indonesia sebanyak-banyaknya. Disamping itu, saya suka olahraga, ...”
![](https://img.wattpad.com/cover/330600639-288-k292404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG KARYA NABASTALA TEAM
De TodoRuang Karya Nabastala Team Periode 1-31 Juli 2023