The Nightmare

39 2 2
                                    

warning!! ⚠️
mengandung konten kekerasan dan unsur sadisme.
mohon kebijakan dari pembaca

Sekali lagi, kemalangan seakan tak pernah lelah menghampiri dua Targaryen bersaudara itu.
Dalam perjalanan menuju Blackwater Rush, Aerys dan Vhaegar kembali tertangkap oleh 5 prajurit Lannister. Mereka berdua ditendang, dan dipukuli. Tubuh keduanya lalu diseret menuju ke tempat di mana biasanya para penjahat di Kings Landing dipermalukan sebelum digantung. Dalam kondisi seperti itu, Aerys menyusun rencana untuk menyelamatkan diri.
Rencana yang akhirnya ia sesali seumur hidupnya.
.
.
Setelah puas menyiksa, para prajurit Lannister tersebut berniat untuk menggantung mereka sebelum dipenggal. 2 prajurit pergi mencari alat yang digunakan untuk menggantung keduanya, dan 2 orang lagi mengambil tombak sebagai tempat untuk menancapkan kepala Aerys dan Vhaegar, sehingga menyisakan seorang prajurit disana. Melihat ada peluang untuk kabur, Aerys dengan segenap kekuatan terakhirnya segera bangkit perlahan, lalu berlari menjauh meninggalkan Vhaegar seorang diri. Vhaegar yang terkejut melihat kakaknya pergi berusaha memanggil-manggil Aerys dengan cemas.

"Aerys! Aerys! Kumohon jangan tinggalkan aku. Aku takut. Aerys! Aku mohon kembali!" teriak Vhaegar sambil menangis sejadi-jadinya.

"Sakit.. Sakit.. Aerys jangan tinggalkan aku sendiri.. Aerys.." rintih Vhaegar sambil terus memanggil-manggil kakaknya.
Aerys yang melihat adiknya terkapar tak berdaya memanggil-manggil namanya hanya bisa berlari sembari menangis. Ia tidak ingin meninggalkan adiknya. Tapi jika ia tidak melakukan ini, kemungkinan Vhaegar tak akan selamat. Keputusan ini jelas beresiko, namun Aerys tidak punya pilihan lain.

Uhuukk.. uhukk

Vhaegar memuntahkan darah dari mulutnya. Keadaannya sungguh mengerikan. Ia sudah tak sanggup lagi menahan luka disekujur tubuhnya. Di titik ini, Vhaegar berharap ia segera mati saja.

.
.

Satu prajurit Lannister yang tersisa sengaja membiarkan Aerys kabur. Ia berpikir Aerys tetap akan tewas pada akhirnya karena istana Red Keep hampir dikuasai oleh pasukan pemberontak.
Tak lama, prajurit tersebut mendekati Vhaegar yang tertelungkup. Tangannya mencengkeram leher Vhaegar dan mengangkat paksa bocah Targaryen itu. Dengan belati yang ada ditangannya, ia mulai menyayat secara perlahan mata kiri Vhaegar. Seketika, mata Vhaegar tersebut terbelah dan mengalirlah darah dengan deras.
Vhaegar histeris dan kembali berteriak kesakitan.
Mata dan wajahnya kini makin dipenuhi dengan lumuran darah. Vhaegar bahkan merasakan darah tersebut mengalir masuk melalui sisi mulutnya, membuatnya tersedak darahnya sendiri.

Prajurit itu terlihat menikmati penyiksaan yang ia lakukan pada Vhaegar. Tak berhenti disitu, prajurit tersebut kembali menggores bagian dahi Vhaegar berulang kali. Rasa sakit yang luar biasa membuat Vhaegar hampir tak sadarkan diri. Seakan belum puas, prajurit tersebut berniat untuk memotong telinga kiri Vhaegar yang tergeletak lemah. Di sisa-sisa kesadarannya, Vhaegar merasakan tangan prajurit tadi memegang telinganya. Bersiap akan rasa sakit yang sudah di depan mata, Vhaegar menutup matanya, memasrahkan diri.
Namun, Vhaegar kembali membuka matanya ketika ia tiba-tiba mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Vhaegar!"

Aerys Targaryen, datang bersama dengan bala bantuan, yakni pasukan Red Keep yang tersisa.

Mata Aerys menggelap melihat kondisi adiknya yang mengerikan itu. Diselimuti oleh kemarahan yang tak terbendung, Aerys mengambil langkah terakhir.

Jleb

Prajurit bersigil singa emas itu roboh ke tanah dengan pedang menancap di tenggorokannya.

.
.
.

The ThroneWhere stories live. Discover now