"Sungguh wajah yang meneriakkan cinta."
Entah cinta seperti apa yang Maverick maksud. Wanita yang baru saja jatuh tersungkur di kakinya itu tengah tersengal. Lebih dari wajah memerah dengan sedikit memar menghiasi, wanita itu juga tampak sedang mengemis untuk sedikit oksigen. Tidak, tidak ada yang menutupi hidung atau mulutnya. Tetapi mungkin jemari Maverick yang melilit lehernya itu penyebabnya.
"Maverick... Apa ini belum cukup?" tanya wanita itu, tersendat.
Maverick, pria tampan dengan setelan jas hitam, segara melepas cekikannya. Di ruang erotic-gore miliknya sendiri, membelalakkan matanya lalu membungkuk hanya untuk melihat wanita itu memohon di kakinya.
"Kupikir kau suka permainan berbahaya? Bukannya kamu yang terus memintaku untuk menyakitimu?"
"Benar, tapi, di titik ini aku mulai tidak tahu apa ini benar atau salah. Aku sudah mau pingsan." lirih wanita itu dengan air menetes dari matanya.
Maverick tersenyum lebar. "Benar atau salah? Semua salah dari awal! Tapi bukankah kamu gadis yang menyukai hal-hal salah? Kau tahu dari awal aku tidak boleh kau dekati. Aku bahkan memperingatkanmu, aku suka seks dengan kekerasan. Tapi siapa yang justru bersemangat saat mendengar itu?"
Wanita itu terisak. "Kau memaksa dan menjebakku masuk kemari. Kupikir kita akan bersenang-senang."
Maverick tertawa. "Lihat kucing kecil ini, berusaha memanipulasi keadaan seakan-akan aku yang salah di sini."
Maverick berlutut di depan wanita yang sudah terkapar di lantai beton itu. Tangannya dengan kasar mencengkeram dagu wanita itu, memaksa untuk melihat iris hazelnya yang menyala.
"Itu bukan paksaan kalau kau mendesah sebelum menangis panik. Aku sudah peringatkan sejak jauh hari untuk tidak mendekatiku. Tapi ... Kata apa yang cocok untuk gadis yang berpikir bisa bersenang-senang dengan bahaya sepertimu? Bodoh? Tolol?"
Kebencian seketika berkumpul di wajah wanita itu. Ia mendesis ditengah rahangnya yang mengeras. "Begitu aku keluar, kau akan mati, Maverick. Mereka akan lebih percaya padaku kalau kau memerkosa dan menyiksaku di sini. Lihat semua memar ini!!"
Tak dapat dipungkiri, wanita itu dalam keadaan yang menyedihkan. Ketelanjangannya menunjukkan betapa buruknya semua memar dan luka terbuka di tubuhnya. Pukulan dan tamparan tampak hampir mengoyak dagingnya, terutama bokong hingga pahanya. Bila luka itu mengeluarkan darah, maka itu lebih baik. Sebab Maverick tampaknya menutup paksa banyak luka terbuka itu dengan cerutunya sampai darah tidak lagi mengalir.
Lalu kini, ia diikat layaknya anjing. Dipakai seperti benda mati, diseret sampai tepi kematian. Dan masih harus berlutut mengemis pengampunan pada pria yang menyiksanya.
Tetap, Maverick tersenyum. Pria yang masih menggenggam dagu wanita itu, pelan-pelan mengarahkannya melihat pada kamera yang tengah merekam. "Begitu kau keluar, kau akan mempermalukan dirimu sendiri. Karena lihat, aku merekam segalanya. Semua di bawah persetujuanmu."
"Kau pikir kau seberharga itu? Jelaskan bagian mana yang berharga dari wanita yang dengan rela menyerahkan tubuhnya pada pria yang baru dikenal selama dua minggu? Yang bahkan tidak merepotkan diri untuk mengenal sifatku yang sebenarnya? Langsung saja berkata ingin seks yang liar dan diperlakukan seperti anjing? Yang tertawa bahagia ketika tubuhnya diikat?" cecar Maverick.
Wanita itu tersentak, dan seketika tubuhnya semakin mendingin. Tak bisa mengelak, yang dikatakan Maverick memang benar. Tetapi tak pernah terpikir olehnya, semua akan direkam.
"Aku merekam segalanya. Betapa bahagianya kau saat masuk ke ruangan ini, berpikir kalau fantasi liar akan memuaskanmu. Kamu menggeliat senang ketika aku mulai mengikat tangan dan kakimu lalu mulai memakaimu seperti benda. Lihat dirimu, kau sudah jadi apa yang kau mau. Diikat dan tercekik. Kau bahkan kencing sambil merangkak."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKER
RomanceKumpulan cerpan. Below 18 or mentally unmatured are extremely prohibited. 100% fiction