"Master, tolong. Perlakukan aku lebih kasar lagi. Ah..."
Maverick melayangkan tatapan horornya. Melihat wanita memohon padanya seperti ini justru membuatnya bergairah untuk memporak-porandakan mental dan fisik wanita ini. Pria itu merenggut kasar rambut wanita tanpa nama yang tengah menikmati kejantanannya, dan memastikan agar kegiatan ini tidak lagi terasa nikmat saja, tetapi juga menyakitkan.
"Kau berani memerintahku?" desisnya marah, seraya menghantam kemaluan wanita itu lebih kasar.
"Tidak, bukan itu maksudku, Maverick-" Wanita itu menggeleng, sebelum lehernya dicekik. Kata-kata itu putus begitu saja.
"Kau juga berani memanggil namaku langsung? Jalang hina sepertimu merasa layak mengucapkan namaku?" cecar Maverick.
Wanita itu tersengal sesak, sebab cekikan Maverick benar-benar serius, bukan hanya bumbu dalam bercinta. Tangannya mulai menggapai wajah Maverick minta tolong tetapi dengan cepat, pria itu menepisnya kasar.
"Ma-maaf. Tolong!"
"Kau memintaku mengasarimu. Kenapa minta tolong? Jauhkan tanganmu, menjijikkan."
Wanita itu mulai terisak. "Master. Maaf. Aku hanya melihatmu melamun tadi. Aku hanya ingin kamu fokus."
"Jangan mengaturku."
Maverick mencengkeram wanita itu, kasar. Dihantamnya terus lubang kemaluan itu sampai rasanya perih, tidak peduli bagaimana wanita itu merintih sakit. Di mata Maverick, wanita itu hanyalah benda yang bisa ia jungkirbalikkan sesukanya, dan ia ludahi.
"Maaf! Maafkan aku! Tolong-!" jerit wanita itu tetapi Maverick segera membekap mulutnya.
"Kau hanya bicara kalau kusuruh. Satu-satunya alasan kenapa aku peduli padamu karena kau punya lubang ini. Apapun ucapanmu, aku tidak peduli."
Tepat setelah mengatakan itu Maverick menumpahkan benihnya. Meski tertahan pengaman, ia tetap memberikan hantaman-hantaman terakhir yang menyakitkan ke kemaluan yang telah lecet tersebut. Tidak peduli apa wanitanya sudah mengalami klimaks atau belum.
"Rapikan dirimu dan cepat pergi dari sini. Aku muak melihatmu." usir Maverick kasar setelah meninggalkan kasur.
Wanita itu tertatih mengambil pakaiannya dan keluar ruangan. Sekilas Maverick dapat melihat wanita itu tersenyum, tetapi kebenciannya hanya semakin bertambah saja karenanya.
Pria tampan itu pun mengusap rambutnya yang basah seraya melenguh. Lalu bangkit hendak mandi, tetapi tepat saat ia melewati meja, gawai di atas meja itu menyala.
Jam 1 janji dengan Dawn, tulisan itu terpampang di sana. Maverick memutar bola matanya jengah.
"Harus sekarang?"
***
"Selamat siang, benar dengan Dyraz?"
Dyraz segera memalingkan tatapannya dari laptop ke seorang pria yang baru saja menyapanya. Pria ini tampan, tatapan matanya dalam dan tajam, serta pahatan wajahnya maskulin. Oh, banyak gadis yang akan terpesona dengan wajah itu, tetapi Dyraz hanya tersenyum singkat.
"Benar. Halo, dengan Maverick?" tanya Dyraz seraya menyambut jabatan tangan Maverick.
Maverick menatap tangannya yang disentuh wanita itu. Tatapannya menyiratkan benci, tetapi ia sadar harus profesional. Maverick pun melemparkan senyum sebagai pengalih bagaimana ia melap tangannya yang baru saja disentuh di bawah meja.
"Terima kasih sudah meluangkan waktu, Dyraz. Bagaimana café ini? Apa nyaman? Atau kamu punya pilihan lain?" tanya Maverick ramah, tetapi tetap elegan. Tidak membiarkan siapapun mendominasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKER
RomansaKumpulan cerpan. Below 18 or mentally unmatured are extremely prohibited. 100% fiction