Semuanya Harus Hidup
.
.
.
.
.
.
.
.
Author: diantips
Ilustrator: NurulAisyahNabilahAuthor note :
-Cerita ini hanya fiksi belaka
-Alur cerita diangkat dari insiden Arc Shibuya yang di modifikasi agar menjadi alur saya sendiri
-Sedikit Distrubing
-Penulisan pemula
-Bahasa tidak baku
-SLOW UPDATEHAPPY READING..
Hidup terasa berat tapi juga terasa ringan, terasa hambar tapi juga terasa manis. Kami disini untuk sebuah takdir, tidak bisa kami pungkiri apa yang terjadi kedepannya.
Shaman, entahlah kenapa kami bisa berakhir seperti ini. Apakah takdir? Apakah takdir kami seperti ini? Jika kami lahir di keluarga normal, apakah kami akan tetap menjadi shaman? Atau akan menjadi manusia biasa yang menjalani kehidupan normalnya?.
.
.
.
.
.
."Wi, bangun wi. Dah jam 5 pagi ini buset." Kuro menyenggol lengan seorang remaja perempuan bernama Dwi yang masih tertidur di kasur single.
Kedua matanya terbuka, memperlihatkan bola mata merah Ruby yang menawan, tetapi juga menyeramkan. Ia mengusap matanya lalu menguap.
"Kenapa sih harus bangun jam 5 pagi terus? Kita kan bukan di Indonesia yang murid-muridnya masuk sekolah jam 7 pagi." Dwi menguap, menggaruk belakang kepalanya.
"Bukan gitu, lu kan nanti berebutan kamar mandi sama penghuni lain asrama Jujutsu kocak." Kuro melemparkan handuk beserta peralatan mandi pada Dwi.
"Aduh! Iya iya." Dwi berdiri dan meregangkan seluruh tubuhnya, mengakibatkan suara gemeretak pada persendiannya.
Dwi keluar dari kamarnya, sedikit menunduk karena pintu kamarnya memiliki tinggi 178 cm, sedangkan dirinya yang menduduki kelas 2 saat ini memiliki tinggi 180 cm.
Berjalan melewati lorong gelap, mata Dwi mengeluarkan siluet mereka ketika ia berada di daerah gelap.
"Ohya.. hari ini anak kelas 1 akan di perkenalkan oleh Gojo-sensei, kira-kira mereka seperti apa ya." Dwi bergumam sebelum ia memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.
Setelah mandi dan berpakaian, Dwi pergi ke dapur asrama lalu membuat teh untuk dirinya sendiri.
"Dih, elu bikin buat diri sendiri? Ga bikinin buat gw juga?." Kuro muncul di belakang Dwi.
"Bikin sendiri ah, malas." Dwi duduk di kursi lalu menyesap tehnya.
Dwi duduk diam disana hingga teman-temannya bangun dan pergi ke dapur dengan sendirinya.
"Ohayou." Megumi yang pertama masuk ke dapur.
"Ouh Ohayou Megumi." Dwi menyapa Megumi.
Megumi menuangkan air di gelasnya lalu duduk dikursi berhadapan dengan Dwi lalu meminum airnya.
"Murid kelas 2 akan sampai jam 10 pagi, tapi kamu tidak bisa bertemu dengan mereka." Ucap Megumi.
"Eh? Why!." Dwi cemberut, padahal ia sudah sangat bersemangat.
"Kamu dapat misi dari petinggi, aku tidak mengerti misi seperti apa. Tapi kamu sebaiknya pergi ke kantor mereka jam 8 pagi."
Dwi memasang wajah kecewa, padahal hari ini ia ingin sekali bertemu dengan para adik kelas Jujutsu. Tapi mau bagaimana lagi kan? Tugas negara tidak bisa di ganggu gugat.
Jam 10 pagi....
Megumi, Yuuji, dan Nobara berkumpul di gymnasium Jujutsu. Mereka menunggu anak kelas 1 datang.
"Sayang sekali Dwi harus mengerjakan misi ketika para anak kelas 1 akan datang." Ucap Yuuji cemberut.
"Semoga saja dia pulang dengan luka kecil, ku dengar Dwi mendapat misi kelas khusus." Nobara berkata sambil memainkan ponselnya.
Beberapa saat kemudian, orang-orang yang ditunggu datang bersama Gojo. Ada 3 remaja pria, dan 1 remaja wanita.
"Osh! Kalian pasti sudah menunggu." Gojo melambaikan tangan ketika dirinya mendekati Yuuji, Megumi, dan Nobara.
"Osh! Gojo-sensei, ya tidak masalah. Kita baru saja menunggu disini." Seru Yuuji.
"Tidak perlu berlama-lama lagi, ku perkenalkan kalian dengan 4 murid baru kelas 1!." Gojo melakukan selebrasi sambil menunjuk keempat orang di belakangnya.
Bersambung...
Biodata saat ini
Nama: Dwi Canditya
Umur: 17 tahun
Tinggi: 180 cm
Kelas: 2
Shaman class: 🔄
KAMU SEDANG MEMBACA
Semuanya Harus Hidup (Jujutsu Kaisen)
Aksi[Book ketiga dari Apakah Aku Berguna Bagi Mereka?] Ini adalah Alur Alternatif, dimana Dwi yang saat ini menduduki kelas 2 di SMK Jujutsu Metropolitan Tokyo dikejutkan dengan pertempuran besar yang akan terjadi [Arc Shibuya] Author note : -Cerita ini...