"Pitta birds are known to neglect their young, often due to harsh environmental conditions and scarce food. Consequently, their offspring frequently fail to survive."
---------------------------🪹🪺------------------------
Asahi sengaja mengeluarkan suara-suara lucu sambil menggoyang-goyangkan boneka kelinci berwarna cokelat yang ia pegang. Usahanya berhasil karena Akari tertawa geli hingga memperlihatkan gusi-gusi dan bakal gigi susunya.
Asahi kini mengangkat boneka usang itu hingga setinggi wajah, ia menggoyang-goyangkannya seolah boneka itu hidup dan bisa bicara.
"Halo, Akari," ucap Asahi sambil sengaja membuat suaranya terdengar lebih tinggi. "Namaku si Kelinci."
Sekali lagi Akari tertawa geli. Ia bertepuk tangan dan meraih-raih boneka di tangan sang kakak.
"Ayo bermain, Akari. Ayo bermain dengan kelinci!"
Akari semakin tertawa geli, kali ini sampai kedua matanya membentuk garis. Asahi pun ikut tersenyum melihat itu, ia sangat gemas melihat adiknya.
Ia lantas menggerakkan kembali boneka kelinci tersebut hingga tampak seperti kelinci hidup yang melompat-lompat kecil.
"Akari melompat! Melompat! Seperti kelinci!"
Melihat hal itu, mata Akari menjadi membesar penuh takjub. Mulut kecilnya menganga. Sejurus kemudian, bocah itu menumpukan kedua tangannya di atas kasur. Asahi berpikir bahwa adiknya kini akan merangkak ke arahnya. Ia pun kembali menggerak-gerakan boneka di tangannya untuk memancing sang adik.
"Kemarilah, Akari!"
Tiba-tiba, Akari menegakkan tubuh kecilnya. Kedua kakinya mulai gemetar karena berusaha menyeimbangkan beban tubuh.
Asahi memekik kecil dan spontan melepaskan boneka yang sedang ia pegang. "Akari! Kau mau belajar berjalan?"
Seolah mengiyakan, Akari mengambil langkah pertamanya. Tapi sayang, karena ia berjalan di atas kasur lantai yang tidak rata, tubuhnya limbung. Untung saja Asahi bergerak cepat, ia lekas menangkap sang adik dan mendekapnya ke dalam pelukan.
"Astaga! Kau pintar sekali!" puji Asahi sambil mengusap-usap lembut rambut adiknya penuh bangga. "Akari sudah mau belajar berjalan, ya? Nanti kita belajar di lantai, ya?"
Akari tertawa. Sepertinya ia tahu bahwa ia baru saja membuat kakaknya senang.
"Akari sangat pintar!" puji Asahi lagi sambil mengecup pipi adiknya. "Nanti kita belajar berjalan di lantai, ya? Akari berjalan ke arah Asahi-kun, ya?"
"I-kun!"
Asahi terkejut mendengar itu dan langsung tertawa geli. "Kau memanggilku Hi-kun?"
"I-kun! I-kun!" ucap Akari riang sambil menusuk-nusuk lesung pipi sang kakak dengan jari telunjuk.
Asahi mengaduh dan lekas mengangguk sambil terus tertawa, adik kecilnya itu benar-benar kelewat gemas. "Iya, namaku Hi-kun, iya."
Asahi mulai menurunkan Akari dari dekapannya, ia pun membiarkan sang adik merangkak dan bermain-main dengan boneka.
Asahi sangat senang, ia tak berhenti tersenyum. Mata berbinarnya juga tak berhenti tertuju pada sang adik.
Melihat Akari benar-benar membuat Asahi melupakan kesulitannya sejenak. Ia bisa lupa bahwa perutnya melilit dan keroncongan, ia lupa bahwa badannya yang kelewat kurus itu belum diberi makan sama sekali sejak pagi karena mengalah pada adik dan ibunya. Ia juga lupa bahwa ibunya yang pemabuk sedang merokok di ruang tengah sambil menatap kosong ke layar televisi tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chicks of Pitta ✔️ [Asahi Short Story]
Fanfiction"Pitta birds are known to neglect their young, often due to harsh environmental conditions and scarce food. Consequently, their offspring frequently fail to survive." Treasure Hamada Asahi Short Story TW // child neglect, murder