Catatan mimpi 15 September 2023.
— 10:22 AM***
Ia disana, di atas sebuah ranjang. Terbujur tenang. Kulitnya halus, dingin, dan pucat. Matanya terpejam. Bibirnya mengatup rapat, dengan sedikit tarikan di sisi kanan kirinya. Rambutnya sudah memutih dan terurai. Tubuhnya tertutup oleh selembar kain batik.
Orang-orang berlutut, berhamburan di sekelilingnya. Semuanya menangis. Beberapa bahkan memegangi jemarinya yang telah pucat sedikit membiru. Air mata memenuhi ruangan itu. Tidak ada suara lain selain tangisan dan lantunan nama Tuhan.
Aku menatapnya dari jauh. Hampa. Rasanya sesak. Aku tidak bisa mengeluarkan apa-apa. Air mataku seolah habis. Suaraku tertahan di tenggorokan. Aku hanya bisa mematung, mencerna suasana yang terjadi di depan mataku.
Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan betapa besar, betapa hebatnya energi yang dibaginya pada dunia.
Pada rumahnya.
Pada keluarganya.Aku yakin ia pergi dengan bahagia.
Sudah cukup seluruh urusannya di dunia.
Senyumnya mengatakan yang sebenarnya.Sebelum dikafankan, aku melihat wajahnya untuk yang terakhir kalinya. Halus, lembut, sangat sangat wangi. Wangi khas beliau. Aku menciumnya dengan hati-hati, sedikit lama sebelum aku benar-benar mengantarnya pulang.
She's the heart of the home,
forever will be.***
— in memoriam, Mamiku Sayang.
25.01.52 - 02.10.23
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Mimpi
Spiritualbeberapa potong dari mimpiku yang bisa kuingat. sebagiannya adalah yang sudah kutulis di notes, hanya kupindahkan kesini saja :)