Kakashi membaringkan tubuh itu. Jelaga segelap langit malam miliknya menelisik semua yang tertangkap dibawah nya.
Muridnya ada disana. Terbaring di ranjang nya tak berdaya. Menatap dirinya dengan pandangan sayu serta wajah yang memerah karena pengaruh alkohol. Pemandangan yang mampu menghantarkan gejolak aneh dalam diri Kakashi yang membuat pria itu tanpa sadar diam seribu kata.
Mengusap wajahnya kasar. Kakashi mengumpat pelan. Mendadak merasa kesal dengan sesuatu yang baru saja terlintas dipikirannya.
"Sensh-ei." Dan lenguhan kecil itu seperti bagian dari apa yang ia halau menjadi bukti nyata. Jemari ramping yang menarik rompi jounin yang melekat di tubuhnya. Menghentikan aksi Kakashi yang hendak berlalu pergi.
"Jangan pergi..."
Kalimat yang membuat Kakashi lantas menggeleng kecil. Ia beranjak dari sana, menuruni anak tangga lalu menuju dapur untuk membuat secangkir teh hangat demi meringankan tubuhnya malam ini. Malam semakin larut, kepalanya mulai terasa berat dan matanya tak bisa lagi menahan kantuk. Kakashi berdiri dari kursinya. Berbalik hingga seperkian detik terkejut saat sadar akan eksitensi gadis bermahkota merah muda yang berdiri di anak tangga.
"Kembali ke atas, Sakura." ucap pria itu, sedikit kesal merasa kecurian. Rasa kantuk yang datang membuat insting nya melemah. Jika kedapatan hal seperti ini bila di situasi bertarung. Sudah pasti namanya telah terukir di batu nisan tempat pemakaman konoha.
"Sensei, kau tampan."
Dan kakashi mulai menyadari bukan hanya insting nya yang tak beres, melainkan fakta bahwa ia melupakan helaian kain hitam yang selalu melekat menutupi sebagian wajahnya. Hal itu tak ayal membuat Kakashi hanya mampu mengusap wajahnya kasar. Mendengus, pria itu melangkah mendekati muridnya.
"Ayo kembali ke atas, Sakura." Kakashi mulai menuntun gadis itu menaiki undakan tangga.
"Aku merasa beruntung karena aku lah yang pertama melihat wajah mu tanpa kain sialan itu." Kakashi berdecak mendengar penuturan murid nya. Gadis itu mulai meracau banyak hal, hingga akhirnya Kakashi berhasil membawanya kembali ke kamar.
"Aku akan memberitahu Ino tentang ini, aku yakin dia tidak akan percaya. Pig pasti iri padaku."
Sakura melepaskan rangkulan Kakashi. Namun tubuh gadis itu mendadak limbung sehingga Kakashi harus mendekap untuk menangkap tubuhnya. Sakura mendongak menatap pria itu masih dengan tatapan sayu. Kakashi balas menatap wajah gadis itu dengan jarak yang tanpa disadari begitu dekat, mereka berdiri mematung disana, cahaya bulan yang menerobos melalui celah jendela seolah menyorot mereka. Jelaga hitam Kakashi menyelami iris emerald Sakura yang tampak redup namun indah. Kilau bibir ranum Sakura yang kini menarik perhatian penuh Kakashi. Nafas gadis itu yang hangat, aroma nya yang lembut bercampur sisa alkohol yang menguar dari tubuhnya. Kakashi menelan ludah kasar.
Jemari Sakura kini menyusuri tulang pipi Kakashi. Pria itu hanya diam sembari terus menatap Sakura.
"Aku berharap aku bisa sedekat ini dengan nya." Sakura tersenyum simpul yang tak sampai matanya.
"Mengusap wajah nya seperti ini, dan..." Jemari Sakura terhenti di bibir Kakashi. Kakashi membeku, menatap pantulan dirinya di emerald Sakura yang berkaca-kaca.
"Aku tahu ini konyol. Cobalah untuk pejamkan matamu, sensei." Kakashi tak melakukan nya, bahkan ketika Sakura berjinjit untuk menempelkan bibirnya sendiri. Sepasang obsidian Kakashi masih terjaga dengan pupil yang membola. Debaran jantung nya yang memompa lebih kuat. Lembut bibir Sakura yang menyapu bibir nya.
"Maafkan aku, sensei. Sepertinya aku mabuk." ujar Sakura sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Kakashi buru buru menangkap tubuh gadis itu sebelum akhirnya membaringkan nya ke atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakashi-sensei?!!
Fiksi PenggemarDi tengah penantian panjang nya pada Uchiha Sasuke. Sakura sadar bahwa apa yang ia lakukan selama ini tidak pernah membuahkan hasil apapun, seolah kata 'usaha tidak menghianati hasil' urung berlaku untuknya. Namun di tengah kepelikan kisah cinta yan...