"Kau masih nggak ingat kah?" Ray bertanya sembari menahan pergerakan Bryan, yang kembali kambuh untuk membunuhnya lagi.
Sialnya, posisi saat ini tidak menguntungkan. Ray memang berhasil memanfaatkan situasi Bryan yang linglung—pikirannya dikacaukan, oleh si tangan kanan gila.
Intinya si orang gila dan antek-anteknya sudah mati, Ray berhasil memancing Bryan untuk ikut membunuh, meski dalam kondisi terkendali.
Bryan mematung, masih mengunci pergerakan Ray. Menindihnya dan bersiap menikam jantung.
"Kacau itu nggak enak, dan membuat kepalamu sakit." Ray kembali berkata, sembari terus menahan serangan Bryan. "Bisa kau tenang dikit, aku nggak akan kabur."
Bryan masih bergeming, yang pasti ada sedikit perubahan. Pisau yang sedari tadi digenggam untuk menikam Ray, kini terlepas dan terlempar ke sembarang arah.
Ray lega, karena bisa lolos dari maut. Ketenangan tak berlangsung lama, ketika terusik gelagat Bryan, kembali kacau pastinya tengah berusaha mengembalikan ingatan, setelah dihapus paksa—dikacaukan.
"Tenang oke." Ray mengelus lembut kepala Bryan.
Setidaknya, tidak ditanam paksa alat kendali. Karena bisa lebih berbahaya, bukan berarti cairan pengacau yang disuntikan, tidak berbahaya.
"Aku paham sakitnya, tapi lebih bagus tetap tenang kan?" Ray kembali berucap.
Bryan yang ingatannya masih kacau, kini mematung lagi dan itu melirik intens Ray. Seketika mencengkeram kedua tangan Ray.
Ray berdecih, mengira gagal menenangkan Bryan. "Ka—"
Bryan membungkam Ray, sedangkan yang dibungkam melotot. Tidak mengira akan mendapat serangan di luar nalar seperti ini.
Apa-apaan ini!
Ray berontak, seketika gagal dan entah kenapa merasa tenaga Bryan menjadi lebih besar dari biasanya.
Ditambah, bibirnya semakin dibungkam dan digigit. Ray bisa merasakan darahnya sendiri. Lebih parah, sadar akan posisinya masih tak menguntungkan.
"Ini gila! Ka—ngh!" Ray mengerang ketika lehernya dikecup sensual. "Oy be—ng—renti!"
Bryan semakin menyerang Ray, bahkan semakin merembet ke manapun. Buktinya, kini tangan besarnya menyelinap, mulai menyentuh sensual tubuh atas Ray, dan memilin puting yang mendadak mencuat efek rangsangan. Sementara bibirnya terus memberi kecupan sensual, di leher dan berakhir membungkam bibir Ray lagi.
Ray menggeliat tak karuan, karena tidak menyangka akan mengalami serangan gila seperti ini dari Bryan, dan terkesan pelecehan.
Bryan berhenti, kembali menatap intens Ray. Memerah tak karuan, penuh peluh, dan masih terkunci pergerakan olehnya.
Ray sendiri, masih syok.
"Milikku."
Ray mematung.
"Aku nggak ingat, tapi kau itu milikku!"
Ray kembali diserang—bungkam paksa oleh Bryan, kali ini sungguhan dilucuti paksa. Semakin terkejut, ketika Bryan juga melucuti dirinya sendiri dan itu sembari menahan pergerakannya.
"Nggh! Stopngh!" Ray kembali mengerang efek kelakuan gila Bryan.
Bryan tidak mendengar, semakin asik dengan tubuh Ray. Bahkan, sudah meregangkan paksa kedua kaki Ray, mulai menyentuh dan mengecup sensual paha dalam Ray.
Ray semakin menggeliat tak karuan, seketika gagal berontak. Kembali melotot ketika, miliknya dihisap, ditambah ada yang menerobos bagian bawahnya.
"Bryan! Stop! Ngh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly (Drabble)
Short Story"Milikku." Ray mematung. "Aku nggak ingat, tapi kau itu milikku!" © Amaidevil 2023