Bab 3 Hujan

7 0 0
                                    

Tak terasa waktu menunjukan setengah lima sore saatnya pulang, seharian kerja membuatku kembali bersemangat maklum masih ada yang harus aku kejar agar semua apa yang aku impikan terwujud,

Terdengar deringan bunyi hp, nampak nomor tak dikenal, kira-kira dari siapa ya, dalam hati angga menanyakan " ya Hallo,, siapa ini" angga menjawab telpon itu sampai menuju lift.

"Angga ya,,?"
" iya benar ini siapa ya" jawab angga
" ini gue,, Mira Angga"

Sedikit loading dengan nama Mira, lalu dia ingat Mira teman sekolahnya dulu

"Eh Mira, dimana sekarang" jawab angga dengan senyum lebarnya,

" gue lagi sampe bandara neh, maklum anak rantau"
"bisa aja lu Mira, bukannya enak di ausi malah balik ke indo"
"ya gitu deh ga, gue gak betah di sini,, gak ada loe"
"makanya besok-besok kalo mau jalan-jalan ajak gue dong"

ya namanya Mira, dia temanku saat kuliah dulu, kalau dibilang udah seperti saudara, Mira yang selalu membantu jika ada masalah entah itu masalah keluarga atau masalah pribadi, ya pokoknya dia teman terbaik. Kadang juga ada sedikit salah paham kita juga bertengkar namun sehari pula sudah baikan.

Keluarga Mira termasuk keluarga terpandang bagaimana tidak, ayahnya Mira sebagai anggota DPR komisi 9, setelah lulus kuliah ayahnya Mira ingin anaknya melanjutkan S2nya di australia

Jadi teringat saat semester terakhir kita kuliah saat itu pukul dua siang setelah sidang skripsi

" Angga gue mau lanjutin S2 ke australia"
"bagus dong Mira"
"Kok Bagus sih,! " jawab Mira dengan nada kesal
"Lalu Apa,, kan bagus kamu bisa lanjut S2 demi masa depan kamu Mira" Jawab Angga menyakinkan Mira
"kalo gue ke ausi gue gak ketemu lo lagi" nadanya seperti anak kecil yg merayu ibunya minta sesuatu
" Angga gue sebenernya gak mau jauh dari lo, gue suka sama lo ga"

Hening

"kok bisa, selama ini kita hanya berteman Mira gak bisa lebih, dan gue gak mau pertemanan kita canggung" nada angga sedikit meninggi sesekali meragakan tangannya kemira kalau itu tidak mungkin terjadi.

"Lo jahat" mira mensudahi pembicaraan itu dan pergi meninggalkan angga di dekat taman kampus seusai sidang.

Itu kata-kata terakhir dia sebelum pergi ke australia, dan kita tak pernah hubungan lagi entah itu surat ataupun telpon kita benar-benar tak ada kontak lagi sejak itu, aku juga gak berusaha untuk menemuinya gak tau kenapa, itulah begonya kenapa gak hubungi dia setelah wisuda.

Dan tepat 2 tahun kejadian itu dia hubungi gue lagi.
Mira kembali ke indonesia.

"Angga gue bawa oleh-oleh neh" terdengar suara mira yang begitu riang seperti anak kecil melihat pesawat lewat lalu berteriak pesawat minta uang dong, ya itulah mira tidak ada yang berubah di mataku .

" apa itu Mir, bukan kangguru kan" jawabku meledek dia
" emang kenapa kalo kangguru, kamu gak mau?" sedikit kesal dibencandain
" bukan begitu Mira kalau kamu bawa kangguru, aku kudu belajar lagi dong"
"kok belajar lagi" nada bingung mira masih sama seperti 2 tahun lalu, ketika gue kasih soal matematika sederhana saat jawabannya salah, dia hanya bisa "kok bisa salah? "
" iya kamu bawa Kang Guru, weeek"  becandaan bapak-bapak yang gue pake buat suasana kita mencair,

"Angga awas aja lo ya masih suka bercandain gue"
"besok kita ketemuan di kafe deket kampus ya"
"siap grak 86 "  kamipun tertawa lepas berbagai cerita ditelpon itu membuat tak terasa aku sudah keluar dari basement kantor hingga obrolan itu berakhir.

Duaarr suara petir menyambar menandakan akan segera turun hujan.

"wahduh bakalan Hujan lebat, mana gak bawa jas hujan, sebaiknya perjalanan pulangku tunda dulu"

Tak berapa lama, satu tetesan hujan menghujam ubun-ubun angga seperti embun dingin yang jatuh tepat di tengah kepalanya

Lalu angga terkejut saat butiran air hujan pertama jatuh tepat di kepalanya, ia pun tersadar

"Mas Angga, Bangun Mas,," terdengar lirih suara wanita




Rain and MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang