Bagas dan freya berjalan di koridor sekolah berdua, mengamati lingkungan di sekitar mereka.
Freya : "makasih ya lu kemarin udah tebengin gua"
Bagas : "sama sama" ucap bagas dengan wajah datarnya.
Freya : "kalau boleh tau itu luka di wajah lu karna apa ya gas?"
Bagas : "ga penting fre, udah deh tugas kita disini cuma buat ngamatin lingkungan, bukan yang lain" jawab bagas ketus.
Freya : "sebentar" freya merogoh kantung bajunya berusaha untuk mencari sesuatu.
"Nih, pasti lukanya belum di obatin kan? Seenggaknya ini bisa ngebantu sedikit" freya memberikan sebuah plester kepada bagas. Bagas lalu menerimanya.
Bagas : "makasih"Tanpa mereka sadari, mereka sudah sampai di taman sekolah yang cantik, dipenuhi oleh bunga bunga yang bermekaran. Raut wajah freya seketika berubah, ntah mengapa ia begitu gugup dan sedikit gelisah.
Freya : "bagas, gua boleh ngomong sesuatu ga?" Freya menghentikan langkahnya, ia menarik nafas panjang seolah ingin membicarakan hal yang benar benar penting.
Bagas : "hmm?" Bagas ikut menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik badan menatap wajah freya.
Freya : "gua tau ini salah, tapi kalau boleh jujur, gua udah lama nyimpen rasa sama lu. Awalnya gua berfikir untuk memendam semua ini, tapi ternyata gua ga bisa gas. Semenjak kejadian yang kemarin, gua rasa lu merasakan hal yang sama kaya gua, jadi gua beraniin diri buat confess. Dan oh iya, kemarin malem gua sengaja buatin surat buat lu, di baca ya? Gua harap lu suka sama suratnya" freya memberikan seutas surat kepada bagas.Bagas tak memberikan ekspresi apapun kepada freya, akan tetapi ia tetap mengambil surat itu dari tangan freya. Freya begitu senang karena bagas menerima surat yang ia berikan, akan tetapi kesenangan itu menghilang dalam sekejap.
Tanpa disangka, bagas merobek-robek surat yang susah payah dibuat oleh freya tepat di depan mata freya sendiri. Perasaan freya campur aduk, kakinya seketika menjadi lemas.
Freya : "loh bagas?"
Bagas : "gua ga butuh cinta lu fre, basi tau ga! Lu pikir gua suka sama lu? Hahaha... Cuih najis, halu lu ketinggian! Gua juga heran kenapa bisa temenan sama orang tolol kaya lu!"Mendengar kata kata yang barusaja dilontarkan oleh bagas, freya tak kuat menahan air matanya.
Freya : "bagas lo jahat banget" ucap freya berusaha menahan rasa sakit hati yang ia rasakan.
Bagas : "trus kalo jahat emang kenapa? Gua ga peduli seeffort apa lu buat surat itu. Jujur gua udah muak banget temenan sama lu fre, pengen muntah tau ga! Anjing gila sekali pun ga tahan deket deket sama lu"PLAK
Suara yang begitu keras, berasal dari tangan freya yang menampar dengan keras wajah bagas. Seketika bagas terdiam, membungkam seluruh sumpah serapah yang ada di pikirannya.
Freya : "CUKUP! Gua gatau apa yang membuat lu berubah kaya gini, tapi lu bukan bagas yang gua kenal. Kalo dari awal lu muak sama gua, kenapa ga lu jauhin aja?! Oh, atau lu emang sengaja mainin perasaan gua? Ga lucu tau ga. Gua ga ekspect ternyata sifat asli lo kaya gini, dasar cowo brengsek!"
Freya pergi meninggalkan bagas yang masih terdiam membeku ditempatnya. Ia juga sebenarnya tidak ingin mengeluarkan kata kata yang tentunya dapat menyayat hati sahabatnya itu.
Tiba tiba revan, iqbal, dan farel yang ternyata menyaksikan kejadian tersebut berlari menghampiri bagas.
Revan : "WOY BANGSAT! Lo gila ya?! Lo mikir ga sih kata kata lo barusan bisa nyakitin hati freya? Dia udah mati matian ilangin gengsinya demi ngungkapin perasaan dia buat lo tapi malah ini balesan lo? Punya otak ga lu?" Revan menarik keras kerah baju bagas.
Bagas : "BACOT! Gua ga peduli sama omong kosong lu"
Iqbal : "bagas lo kenapa sih?"
Revan : "lu sengaja mau ngancurin persahabatan kita hah?" Bagas menatap tajam mata revan.
Bagas : "kalo emang iya kenapa? Masalah?" Ucap bagas, ia lalu barusaha melepaskan cengkraman tangan revan, lalu segera pergi menginggalkan ketiga sahabatnya itu. Mereka hanya bisa melihat bagas yang makin lama menghilang dari pandangan mereka.
Revan : "dia kenapa sih"
Farel : "udah lah, mungkin lagi banyak masalah tu anak"
Iqbal : "oh! Apa jangan jangan"