Bagas berdiam diri diselimuti oleh sunyinya suasana di dalam rumah. Sekarang kedua orang tuanya sudah tidak peduli lagi dengannya, hp bagas dipenuhi notifikasi dari teman-temannya yang merasa khawatir akan dirinya.
Waktu telah menunjukkan pukul 00.40, tubuh bagas dengan sendirinya berjalan tak kenal arah menuju jalanan sepi yang dibalut oleh gelapnya malam. Bagas meninggalkan hpnya di atas meja, hp itu masih saja berdering menyalurkan panggilan dari iqbal.
Bagas berjalan sempoyongan, tatapan matanya begitu kosong, yang ada di pikiran bagas saat ini hanyalah rasa dendam dan penyesalan, dia juga menyalahkan dirinya atas semua yang telah terjadi.
Bagas : "sekarang gua udah ga punya siapa siapa lagi"
"Mama, papa, aruna, semuanya sudah pergi ninggalin gua sendiri"
"Ini semua salah gua, gua yang bikin aruna kaya begini"Tanpa sengaja, bagas menyenggol bahu salah dari seorang preman yang sedang berkumpul di gang tersebut.
Preman 1 : "ck, WOY!" Teriak preman itu.
Bagas tak memper pedulikan panggilan dari orang itu, ia tetap melanjutkan langkahnya. Tingkah bagas begitu membuat preman tersebut terpancing emosi, lantas preman itu menarik bahu bagas.
Preman 1 : "woy! Sok jagoan banget lu ya, nantangin gua lu?"
Lagi lagi, bagas tak acuh dengan perkataan preman itu, dia hanya bisa menatap wajah sang preman dengan tatapan kosongnya.
Preman 1 : "wah, wah, wah, nantangin banget nih orang"
Preman 2 : "ada apaan nih"
Preman 1 : "ini nih, sok jagoan. Berani-beraninya dia nyenggol gua, ga minta maaf lagi"
Preman 2 : "wah bener bener nyari mati ni orang"
Preman 3 : "eh mata lo biasa aja dong, gausah nantang gitu" ucap preman itu sambil penampar pelan wajah bagas
Preman 2 : "kalo diajak ngobrol tu ya dijawab, bego"
preman 1 : "kayanya ni orang perlu kita kasih pelajaran deh" ucap preman itu sembari memukul kedua tangannya.Ketiga preman itu meghajar bagas habis habisan hingga bagas semakin babak belur, bagas tak memberikan satupun perlawanan karena ia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya saat ini. Jiwa bagas seperti melayang ke udara, preman preman itu masih saja tanpa ampun memukuli tubuhnya.