PISANG IJO

5 1 0
                                    

Di desa ini ada seorang seniman yang dikenal sebagai pak Cemplung, ia cukup terkenal di kalangan masyarakat luas, tak hanya terkenal, beliau juga pribadi yang dermawan dan tidak pelit ilmu, pak Cimplung kadang mengajari anak-anak desa melukis, dan tak jarang malah sekaligus memberi mereka buah-buahan di kebunnya. Beliau merupakan seorang pengusaha petasan sekaligus pemilik kebun pisang terbesar di desa ini.

Pada suatu waktu, di siang bolong tepatnya setelah mentari melewati bayangan mereka berenam, Beo, teman-temannya dan pak Cemplung, mereka tengah bersantai di kebun pisang pak Cemplung, untuk sekedar bermain dan belajar melukis, namun dari sinilah keanehan mulai muncul dari diri pak Cemplung, beliau selalu menggambar objek manusia di kanvasnya, tapi kali ini pak Cemplung menggambar objek lain di kanvasnya, sebuah “pisang”, pisang hijau yang jelas-jelas terlukis di atas kanvas, “ Dulu pak Cemp tau mimpi aneh... “ Ucap pak Cemplung sembari melanjutkan lukisannya,
“mimpi apa njeh pak? “ Sahut serentak dari kelima anak tersebut, “waktu pak Cemp masih muda..., pak Cemp pernah mimpi dikejar pisang ijo..., tapi pisang ijo nya tuh mirip buto ijo, jadi pisangnya tuh ngejar pak Cemp terus pak Cemp dimakan...” Ocehan pak Cemplung membuat dia dan anak-anak tertawa keras karena cerita tak masuk akal dari pak Cemplung, tapi memang momen-momen inilah yang dirindukan anak-anak dari pak Cemplung..., saat beliau mengajari kami, saat beliau membuatkan kami petasan kertas, dan saat kami tertawa bersama, tawa pak Cemplung yang rintih dengan giginya yang dilipat ke bibir..., tapi sayangnya kematian tidak ada yang tahu, pak Cemplung wafat di umurnya yang ke 67 tahun, dengan cara mati paling eksentrik..., malam dimana sebelum kematian pak Cemplung, beliau mengambil pisang di kebunnya, pisang itu jelas-jelas belum matang, namun pak Cemplung bersikeras untuk mengambil pisang ijo tersebut, pada awalnya beliau mengambil satu buah pisang, mengupasnya lalu menelannya bulat-bulat..., gigi pak Cemplung sudah tidak kuat untuk mengunyah makanan, sehingga kadang ia harus langsung menelan makanan tersebut, ditambah lagi pisang yang belum matang masih bertekstur kasar yang membuatnya sulit untuk dikunyah. 5 pisang dilahap oleh pak Cemplung, sampai perutnya kembung dan membuatnya terjatuh saat ingin menelan satu pisang terakhir, “bruk.. “ Pak Cemplung terjatuh tepat dibawah batu tumpul, yang kemudian membuatnya kejang-kejang dan meninggal pada malam itu juga. Keesokan paginya, istri beliau menemukan suaminya tergeletak di bawah pohon pisang, dipanggillah polisi dan ambulan..., setelah melakukan autopsi untuk menghindari masalah yang lebih besar, pihak forensik mengonfirmasi tidak ada tindakan kekerasan atau keracunan pada tubuh pak Cemplung, hanya di temukan seonggok pisang di tenggorokan pak Cemplung, jadi kronologi sebenarnya dari pak Cemplung adalah tersedak dan serangan jantung mendadak, saat pak Cemplung terjatuh ia secara tidak sengaja memasukan pisang ke dalam tenggorokan nya, hal itu membuat pisang utuh sebesar jari telunjuk terjepit diantara tenggorokan pak Cemplung, dan karena hal tersebut beliau kaget lalu meninggal karena serangan jantung mendadak.
4 hari setelah pak Cemplung wafat, terdengar kabar angin dari berbagai tempat, ada yang mengatakan kalau banyak ternak warga yang sakit karena keracunan, tak hanya dari  fenomena tersebut, tapi beberapa kali terlihat sosok tinggi besar di pekarangan warga setiap kali ternak warga sakit..., hal tersebut mengingat kan ku kepada pak Cemplung, dulu beliau pernah cerita kalau di kebun nya ada sosok seram, berwarna merah, dengan wajah gahar yang dapat membuat orang dewasa sekalipun ketakutan, setelah di amati lebih teliti, ternyata itu hanyalah spanduk bu mega yang Sudah ditinggalkan bertahun-tahun lalu, bukti tersebut diperkuat karena pak Cemplung salah satu pendukung PDIP. Kembali ke misteri hewan ternak, hal tersebut mulai dikaitkan dengan arwah pak Cemplung, karena semasa hidup pak Cemplung ia pernah berpesan jika ladangnya jatuh ke tangan orang yang tidak tepat maka dia mau bangkit dari kuburannya, “saya gak mau!, saya ndak sudi kalau kebun ini di ganggu gugat sama orang-orang kota!, biarpun selangkah aja nginjek disini, aku bakal bangun dari kuburan terus tak tempeleng ndas mereka! “ Sebuah pesan yang membekas bagiku, tapi takdir berkata lain, pesan tersebut terealisasikan dengan akurat, Orang-orang dari kota mulai perlahan menggusur tanah kebun pak Cemplung, tentu saja hal tersebut membuat diriku dan warga desa lainnya yang dekat dengan pak Cemplung terbawa emosi, terutama istrinya pak Cemplung, “kalian ini orang kota mau apa disini!, kalian PKI ya?, mau bikin onar disini?, huh? “ Berkali-kali kata itu diserukan ke orang-orang kota, tapi apa daya, mereka sudah bebal, telinga mereka seperti di sumpal ribuan pasir, “tanah ini milik negara!, kalau ibu emang punya bukti!?, coba aja cari tau kalo ini tanah, bukan tanah pak Cemplung! “ Dengan alasan bagai serigala kelaparan, mereka dengan rakus mengeruk tanah kebun hingga menyisakan satu pohon pisang.
“Kalo bapak lihat ini, pasti beliau udah mbedil orang-orang ini! “, Ucap istri pak Cemplung dengan penuh emosi, warga juga ikut menyalahkan orang-orang kota karena beranggapan kalau ternak mereka jatuh sakit karena ulah orang-orang kota yang membuat pak Cemplung murka dan mulai menghantui desa. Di sebuah perkumpulan bapak-bapak berkumis tebal, di depan warteg Mbok Ijah, samping pos ronda yang menyiarkan tayangan berita pemilu, para bapak-bapak ini tengah membahas sesuatu yang berdaging, “ Si “BETI” Itu hah!, sakit dia sekarang, wajahnya jadi bengkak, trus bulunya rontok semua “, Ucap pak Ohim dengan mengebu-ngebu, “bukan itu aja, ternak ku juga kemarin pada gak mau dikasih makan kolonjono, dia malah pengen nasi padang, owalah aku gak tau kalo sapi ku itu asalnya dari padang toh!?, wong aku belinya di jatim.. “, sorak pak Tio sembari menyeruput kopi hitam, “ Assalamu’alaikum, Eh bapak-bapak sekalian.., lagi pada ngapain nih!? “, Sapa ku sembari ikut nimbrung di antara mereka, “ Gini Rus, kemarin sampean udah denger kan?, mulai dari ternak, hewan peliharaan, sampe Mbok e pak Gana jatuh sakit!?, itu bikin kita ini warga desa bingung! “.
“ Bingung kenapa pak? “, sahutku.
“ Lah pie ra bingung!?, wong ini tuh tiba-tiba banget, meong ku ae sampek males makan gereh.., bisa miskin aku gara-gara dia maunya makan whiskas! “, kata pak Ohim.
“ Udahlah bapak-bapak sekalian, sekarang tuh lagi musim kemarau, cuaca emang rada aneh, makanya itu mungkin jadi salah satu penyebab banyak hewan maupun orang yang sakit!? “ Ucapku dengan sopan.
Tiba-tiba siaran berita berganti topik ke konflik israel dan hamas, “wah atau gak itu pasti gara-gara israel!, dasar yahudi itu emang dari dulu suka bikin onar”, Ocehan bapak-bapak Indonesia yang keras kepala, “ Nah iya itu pak, kebetulan aku kemarin mimpi aneh... “.
“ Mimpi apaan pak? “ Tanyaku.
“ Jadi waktu dajjal muncul..., keadaannya tuh kayak pandemi, kita tuh dirumah terus, dan warteg ini cuman jualan marimas rasa anggur doang..., trus pas malemnya, aku sama keluarga tuh sholat, ngaji, sama berdoa..., gak lama kita tuh malah main ludo di ruang keluarga, anehnya lagi, berita di tv bilang kalau dajjal tuh gelar prasmanan di depan kantor DPR!! “.
“ Astaghfirullah, jangan gitu lah pak Tio! “ Ucapku mengehela nafas.
“Jangan gitu gimana, mimpinya tuh kayak udah terjadi beneran, aku tuh bangun-bangun langsung ngambil sejadah terus sholat! “.
“ Nah kuwi berarti tanda dari Allah supaya kamu bangun buat sholat”, kata pak Ohim.
Pembahasan itu terhenti setelah tegukan terakhir dari pak Tio, “yah pokoknya, apapun kejadian ini..., aku iseh percoyo nek Israel ngirim bom jin neng Indonesia! “, ia pergi sembari meninggalkan kata-kata absurd itu.
“ Assalamu’alaikum “ Sapa pak Tio sambil masuk kedalam rumah, ia Sudah disambut oleh ibunya yang tengah mencuci piring, ibunya yang Sudah pikun dan tua terlalu berat untuk mencuci rentetan piring itu, “eh bu!, jangan di cuci, ibu iki! “ Bentak pak Tio sedikit keras, “ya arep pie, iki wes numpuk, ndang soyo kandel noda ne! “, ibunya kemudian pergi dari wastafel dan mulai menyetel TV di ruang tamu..., pak Tio mengambil gelas yang baru saja di cuci ibunya, ia kemudian meneguk air bening yang rasanya seperti sesuatu, rasa yang aneh dan bahkan membuat lidahnya mual..., pikiran pak Tio langsung terhubung oleh berita TV yang membahas tentang peracunan satu keluarga, dalam pikiran lugu pak Tio hanya ada sianida dan racun tikus, ia segera bergegas ke kamar dan mengambil sejadah serta sarung untuk melaksanakan sholat, sekalipun ia tidak pernah merasakan rasanya sianida atau racun manapun, tapi pak Tio merasa kalau kematiannya Sudah dekat, “lah le..., ngopo kowe?, kan durung isa kok wes sholat? “.
Di malam harinya, pak Tio mulai batuk-batuk dan terasa panas, tenggorokan nya kering dan beberapa kali kesemutan, ia hanya bisa membacakan dzikir berulang kali, hingga akhirnya tertidur pulas di atas kasur berseprai barcelona..., keesokan paginya ia terbangun, matanya terbelalak ke kaca di depannya, dan tubuhnya sudah normal kembali, seolah tak ingat apa yang baru saja terjadi semalam, pak Tio meraba-raba tubuhnya, dari bawah ke atas, tapi tidak ada keanehan atau sesuatu berubah..., bahkan saat ia ingin buang air, bagian vital nya masih kecil, menandakan tidak ada sesuatu yang terjadi, dan ketika ia keluar dari kamar mandi, pak Tio kembali melihat ibunya yang tengah mencuci piring, ada yang berbeda kali ini, bahkan perbedaan itu membuat pak Tio bergumam “owalah”, Rupa-rupanya ibu pak Tio mencuci menggunakan deterjen cair, yang baunya lumayan menyengat, tak habis pikir, pak Tio menggelengkan kepalanya sembari tertawa keras sampai ibunya kebingungan dengan tingkah pak Tio yang aneh.
“heh bu!, kemarin anak saya si Tio, tingkahnya aneh banget! “, ucap Ibu pak Tio yang sedang bergosip dengan ibu-ibu desa.

muara-muara kendangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang