2

5 3 2
                                    

"ma, mama gapapa?" Tanya Rika dengan raut khawatir, sembari memeluk dan menyingkirkan helaian rambut ibunya yang basah terkena air.

Suara benda pecah itu disebabkan oleh pertikaian oleh ibu Rika dan seorang perempuan yang tidak dikenal, tampak disana ibu Rika basah terkena siraman air oleh wanita itu dan terlihat serpihan kaca pecah berserakan dilantai.

"Maksud anda apa nyiram mama saya ha? Kamu gak punya sopan santun ya? Kamu siapa sih kok bisa ada disini?" Tanya Rika dengan emosi yang meluap-luap.

"Udah Rika biar aku yang urus kamu bawa mama kedalam." Perintah Arsya pada Rika yang tersulut emosi

"Bisa ikut saya sebentar?" Tanya Arsya dengan nada bicara yang meredam amarah. Mereka lalu pergi meninggalkan kerumunan dan masuk kedalam ruang keluarga. Setelah masuk Arsya mempersilahkan wanita itu untuk duduk.

"Sebenarnya apa maksud anda datang kesini dan apa maksud perlakuan anda tadi? Bukan kah tidak sopan apa yang anda lakukan tadi?"

"Hah wajar saja apa yang saya lakukan tadi, itu sebuah perkenalan untuk Andari Karna sekarang saya akan menjadi madunya, kamu tau saya sedang hamil dan anak ini adalah anak suaminya. Oh atau mungkin akan menjadi suami saya juga? Tentu saja bukan?"  ucap wanita itu.

"Apa maksud anda hah anak papa saya? anda gila ya itu tidak mungkin. Lebih baik anda minta maaf kepada mama saya dan pergi sekarang juga!" Bentak Rika dengan nada yang meningkat sepersekian oktaf.

"Hey pelankan suara kamu anak manis, tidak sopan bicara seperti itu pada ibumu ini. Saya tidak gila dan yang saya bicarakan ini fakta, tanyakan pada ibumu bukankah seharusnya dia sudah tau" sahut wanita itu dengan nada sombong

"Ma? Maksu-" "iya." Potong mama sebelum Rika selesai bicara

"Dia selingkuhan papa kamu Rika, dan dia sedang hamil, mama tau sudah dari sebulan yang lalu, mama sudah berusaha membujuk papa untuk meninggalkan nya tapi papa kamu tidak mau dan lihat sekarang. Mama sakit hati mama tidak tau harus bagaimana lagi mama sakit" jelas mama dengan air mata yang mulai mengalir

"Gak. Gak mungkin ini gila mana papa telpon papa sekarang kita harus selesaikan masalah ini aku gak mau punya mama baru apalagi dia!" Bentak Rika

"Rika stop pelankan suara kamu." Titah Rindang

"Huh drama, sudah terima saja saya ini akan menjadi mama kamu. Atau kalau tidak ya kalian yang pergi dari rumah ini toh sebentar lagi saya yang akan menjadi nyonya rumah ini" keluh wanita itu

"Kurang ajar kam-" terdengar suara ketukan sepatu dari arah luar

"Sarah! Ngapain kamu kesini?" Papa bertanya dengan nada yang sedikit membentak

"Sayang? Oh aku sedang menjumpai maduku sekaligus memberikan hadiah untuk nya" Sarah menjawab sembari mengelus perutnya yang tampak buncit.

"Papa jelasin masalah ini!" Tuntut Rika pada papanya

"Baik tapi, Arsya, Rindang kalian bisa pulang terlebih dahulu dan membubarkan semua tamu yang ada? Papa minta tolong"

"Baik pa tapi... Papa mengecewakan dan Arsya kecewa tunggu pembalasan dari Arsya pa."bisik Arsya pada Ardi papa Rika, sebelum pergi Arsya menoleh pada Rika dan memberikan sebuah kedipan mata.

Rahang Ardi mengeras mendengar bisikan itu, ia mengepalkan tangannya dan memalingkan wajahnya, dapat ia lihat raut wajah kecewa tertampang pada wajah istri dan anaknya, dan siapa sangka hari ini adalah hari yang membahagiakan sekaligus mengecewakan untuk mama dan Rika.
-
-
-

Terlihat dua orang perempuan sedang duduk didepan sebuah minimarket, tampak salah satu dari mereka sedang merokok dengan khidmatnya. Raut wajah yang dipenuhi emosi tercetak jelas diwajah keduanya.

"Lo aman Ar yang bener aja udah lima nih abis entar ketahuan Naila" peringat Rindang

"Gapapa dia lagi di luar kota."

"Ya tapi gak gini juga, gue tau lo lagi emosi dan gitu juga gue. Tapi gak gini caranya, biarin mereka selesain masalah kita ada di belakang Rika jadi kita bertindak kalau udah diluar batas kemampuan Rika gue tau Rika kuat Lo juga tau itu. Udah Lo tenangin diri dulu."

"Iya"
-
-
-

"Bangun tidur... Tidur lagi... Bangun.... Tidur lagi" genjrengan gitar mengalun dari sebuah warung kopi dipinggir jalan, tampak dua sejoli sedang bermain gitar dan bernyanyi bersama dimalam yang mulai larut.

"Mas Joko kopi sama gorengnya tambah" teriak Rama pada mas Joko si-penjaga warung kopi itu.

"Syap den" sahut mas Joko dari dalam

"Har" "apa?"

"Kau bilang cinta pada ku, asek" kedipan mata Rama berikan pada Gahar

"Aku bilang pikir dulu" sahut Gahar

"Selera kita terlalu jauh berbeda" sambung Rama

"Parfum mu dari Paris"
"Hoak" sahur Rama

"Sepatumu dari itali" "aye"

"Kau bilang demi gengsi, semua serba luar negeri"

"Mana lah mungkin mengikuti gayamu yang penuh hura-hura" teriak Rama

"Eh eh bentar ma" Gahar memberhentikan Rama yang sedang bernyanyi

"Perut gue mules gilak temenin boker ke dalem" ajak Gahar dengan wajah yang menahan mules

"Ye si tai, ayok dh" kesal Rama

Arsyana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang