3

418 20 16
                                    

cw/harsh words
tw/selfharming, blood

---
Bali, Indonesia

Caca membenturkan kepalanya dengan keras pada stir mobil. Ia membiarkan posisi kepalanya yang masih menempel pada stir mobil. Dirinya menahan sakit di dahinya yang ternyata tidak membuat ia lupa soal rasa sakit di dadanya.

Caca menunduk. Isak tangisnya yang semula pelan semakin lama semakin besar. Air matanya berlomba-lomba untuk jatuh. Isak tangis yang kencang membuat bahu milik Caca bergetar. Perempuan itu menumpahkan semua rasa sakit yang ia rasa dengan tangisan.

Seorang perempuan yang baru saja memberhentikan mobil Caca melihat semua rentetan gerakan Caca. Mulai dari Caca yang membenturkan kepalanya, sampai getaran pada bahu Caca yang diiringi oleh isak tangis Caca. Ia menatap Caca dengan miris.

Perempuan yang sedari tadi tetap berada di depan mobil Caca itu mulai melangkahkan kedua kakinya pelan-pelan ke arah pintu kemudi. Dirinya mulai membuka pintu mobil Caca pelan-pelan.

Setelah dibukanya pintu mobil Caca, kedua mata perempuan tersebut langsung menuju pada tuas kemudi mobil Caca. Ia memindahkan tuas kemudi pada mobil Caca dari N ke P, yang berarti dari posisi netral menjadi posisi parkir agar mobil Caca benar-benar berhenti total. Kemudian perempuan itu mencabut kunci mobil milik Caca.

Setelah sudah mengamankan kunci mobil Caca, perempuan tersebut mengalihkan seluruh atensinya pada Caca yang masih menunduk dan menangis. Rasanya, ingin sekali dirinya memberanikan diri untuk mengelus punggung Caca agar Caca tenang atau sekedar menepuk-nepuk pundak Caca untuk membagi energinya pada Caca, tetapi perempuan itu tidak berani.

"Lu... Baik-baik aja?" Tanya perempuan tersebut yang langsung merutuki dirinya sendiri.

"Goblok lu, Ju. Jelas dia nggak baik-baik aja, lah." Ocehnya dalam hati.

Caca menggeleng sebagai jawaban. Ia tidak punya cukup energi untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut dengan mulutnya.

Perempuan tersebut menghela napasnya. Ia segera berjalan menuju pintu penumpang tanpa menutup kembali pintu kemudi. Ia membuka pintu penumpang dan langsung duduk di samping Caca.

Sekali lagi ia menoleh pada Caca yang masih tertunduk menangis. "Kalau mau nangis, nangis dulu aja yang puas. Nangis sampe lega. Gua temenin."

Perempuan tersebut mengeluarkan sebotol air mineral 600 ml dari waistbag yang ia pasang di pinggangnya. Ia menggeletakan botol air tersebut di samping Caca.

Setelah sudah lebih dari 1 jam menangis dengan puas, Caca pun mulai meredakan isak tangisnya. Pikirannya sudah mulai tenang, sesak di dadanya pun mulai meredam.

Caca mengangkat kepalanya setelah benar-benar berhenti menangis. Dengan tergesa ia mengambil tissue di sampingnya dan mengusap sisa-sisa air mata yang menempel di wajahnya.

Caca mengambil botol air mineral yang tergeletak di samping pahanya. Ia tenggak air tersebut hingga habis.

"Maka—" Kalimat terima kasih yang ingin ia lontarkan pada perempuan yang tadi menyelamatkannya terhenti saat Caca menoleh ke samping dan menemukan perempuan tersebut tertidur dengan mulut yang terbuka.

Caca tertawa melihat pemandangan tersebut. Ia mengulurkan tangannya dan menepuk lengan orang tersebut dengan sangat hati-hati.

"Hei. Bangun, bangun." Ucap Caca sambil menepuk-nepuk lengan perempuan itu.

Si perempuan yang dibangunkan pun mulai membuka matanya perlahan, kemudian perempuan tersebut terlonjak kaget saat melihat Caca di depannya.

Perempuan tersebut mengedipkan matanya hingga sepenuhnya melek. Sekarang retinanya dapat menangkap penuh sosok Caca di depannya. Perempuan itu dapat melihat dengan jelas betapa berantakannya Caca.

Rambutnya yang acak-acakan, pipinya yang basah, dan rel sleting jaketnya yang sudah terbuka sepenuhnya.

"Astaga. Sorry gua kethidhu-hoaammss-an" Ucap perempuan tersebut seraya menguap.

Caca yang melihat adegan konyol tersebut pun tertawa kecil. Ia mengangguk. "Makasih, ya."

"Makasih buat apa?"

"Makasih udah berhentiin gua, and..." Caca mengangkat botol air yang sudah kosong. "Makasih air minumnya."

Perempuan tersebut tersenyum, ia fokuskan perhatiannya pada lawan bicaranya. "Feeling better, huh?"

Caca mengangguk. Seraya membuka jaketnya, ia menjawab. "Yes, i am. Thankyou so much."

Ada sedikit rasa tenang yang menjalar di dadaa perempuan tersebut saat melihat Caca sudah merasa lebih baik.

"Gua Jule." Ucap perempuan tersebut sambil mengulurkan tangannya pada Caca.

Caca menyambut uluran tangan tersebut. "Caca."

Jule mengalihkan pandangannya ke arah lengan Caca yang masih menjabat lengannya.

"Astaga..." Ucap Jule seraya menarik lengannya dari tautan lengan mereka. Jule memegang lengan Caca, ia mendekatkan penglihatannya pada lengan Caca seraya mengusap goresan bekas luka di lengan Caca. "Tangan lu, lu apain?"

Caca buru-buru menarik lengannya yang dipegang oleh Jule. Perempuan tersebut menyembunyikan lengannya di belakang pungggung, kemudian mengernyit, menampilkan deretan giginya. "Hehe. Nggak gua apa-apain, kok."

"Dih, bohong!" Jule menarik paksa lengan Caca. Ia mengusap kembali goresan bekas luka di lengan Caca. "Ini mah lu abis selfharming."

Caca tidak menjawab ucapan Jule. Sebagai gantinya, perempuan tersebut memilih untuk menggigigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Saat sedang fokus memperhatikan dan mengusap goresan bekas luka di tangan Caca, dengan tiba-tiba setetes darah jatuh di atas lengan Caca yang sedang dipegang oleh Jule.

Jule yang dengan jelas melihat setetes darah tersebut pun mendongak ke arah Caca. Mata Jule membesar saat melihat sumber darah tersebut ternyata berasal dari dahi Caca.

"Tukeran." Ucap Jule seperti memberi perintah pada Caca. Jule bangun dari duduknya di kursi penumpang, kemudian melangkahkan kakinya keluar dari mobil.

"Tukeran. Lu di kursi penumpang, gua yang nyetir." Katanya sambil menarik lengan Caca agar bangun dari kursi kemudi.

Caca yang masih belum mengerti maksud Jule dan tidak punya tenaga untuk melepaskan tarikan Jule pun nurut. Ia melangkahkan kakinya ke arah pintu penumpang setelah tubuhnya berhasil keluar dari mobil.

"Tutup pintunya. Pasang seatbelt." Lagi, Jule seperti memberi perintah pada Caca.

Caca menutup pintu mobil dan memakai sabuk pengaman sesuai apa yang diminta oleh Jule. Setelah kedua pintu mobil tertutup, Jule menyalakan mesin mobil, kemudian memindahkan tuas dari P menjadi D1.

"Kita mau kemana?" Tanya Caca setelah menyadari bahwa orang yang baru saja ia kenal ini ingin mengendarai mobilnya.

Jule mulai menginjakkan pedal gas pada mobil. "Ke apotek 24 jam. Gue mau beli alkohol, betadine, kain kasa sama handsaplast buat luka lu. Tempatnya agak jauh. Lu tidur dulu aja. Tenang aja, gua gak akan nyulik lu."

---
to be continue

hehe makasih dah baca yaw<3
eh maaf ya kalo alurnya agak lambat WKWK, emang 2 cerita yang lagi gua garap, 7 Days - Minyul sama Eros - Summerz ini sengaja gua buat alurnya lambattt, sabar sabar aja deh nikmatin aja😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EROS - Summerz [ON GOING] / NCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang