Suasana sunyi di Rhea Library seketika buyar karena teriakan sang pustakawan. "Jojo! Apa yang kau lakukan dengan buku-buku ini?"
Teriakan itu membuatku terkikik geli. Saat ini aku senang asyik membaca buku sejarah yang ada di Rhea Library. Saking bosannya aku, tetapi juga malas keluar. Aku Menyusun buku-buku perpustakaan membentuk seperti Menara. Tidak sulit untuk dibereskan, kan? Namun, hal itu tetap membuat Nona Wilona kesal. Aku tersenyum lebar membayangkan bagaimana merahnya wajah pustakawan itu.
"Aku hanya menyusunnya! Kan tidak acak-acakan!" Aku membalas berteriak, sebenarnya peraturan perpustakaan membuat siapa pun tidak boleh berteriak nyaring. Namun, saat ini aku hanya sedang berdua dengannya, jadi tidak masalah, kan, ya?
"Dilarang berteriak!"
Lagi-lagi teriakan balasan, seketika aku mendengkus kesal. Wajahku mungkin sudah terlihat asam. Wanita itu memang tidak pengertian sama sekali, aku kan hanya bosan?
"Kau menyebalkan!" balasku sambil berdiri memeluk buku yang masih terbuka. Aku berjalan ke arah wanita itu sambil merencanakan beberapa hal di kepala. Intinya harus memberikan Wilona pelajaran!
Mataku melihat Wilona menoleh ketika aku mendekat, wajah itu merah seperti cabai. Aku tertawa dalam hati karena itu, tinggal dimasak lalu dimakan! Soalnya kalau ketahuan aku bisa ditendang dari perpustakaan ini.
"Mau apa kau? Sudah delapan belas tahun, tapi jahilnya melebihi anak umur sepuluh. Pantas saja tidak ada perempuan yang mau jadi kekasihmu!"
Aku melotot dan menjatuhkan buku yang sebelumnya kupeluk. Namun, sebelum semburanku keluar dengan hebat, aku mendapati Wilona menatap buku yang terjatuh dengan mata terbelalak, lalu mengalihkan pandangan tajamnya ke arahku.
Seketika aku meneguk ludah dengan susah payah, bahkan merasakan ada sebutir keringat yang turun dari pelipisku padahal cuaca dalam perpustakaan tidaklah panas. Aku hanya bisa meruntukki diri sendiri, pasti sebentar lagi mengamuk. Harus kabur!
"Aku pergi dulu! Mau jalan-jalan!"
Segera saja aku mengambil langkah seribu untuk menghindari teriakan dan umpatan Wilona. Untung saja, aku tidak menabrak pintu perpustakaan yang terbuka tiba-tiba karena ada pengunjung baru. Kalau tidak, bisa benjol satu muka aku. Kan tidak tampan lagi, nanti yang dikatakan oleh Wilona benar-benar terjadi, lagi? Haish, aku tidak mau!
Padahal perpustakaan bagiku adalah tempat berdiam diri yang sempurna. Di mana kesunyian, tumpukan buku yang disusun rapi, wangi lembut dan hal lainnya membuat sangat nyaman di sana. Sayang, entah sudah berapa kali aku membuat Wilona marah. Aku harus menghindarinya hari ini, kembali lagi besok. Itu memang harus aku lakukan.
Setelah berhenti berlari karena napas terengah, aku kini menunduk dan memegang lutut. Aku melihat banyak kaki yang berjalan melewatiku. Segera saja aku menegakkan tubuh lalu melihat sekitar dengan seksama. Mataku sampai berkedip beberapa kali, secepat apa aku berlari? Kenapa aku sampai di Pelabuhan Kota Rhea?
Aku sampai tidak bisa berkata apa pun. Serangan panik itu membawaku ke sini? Atau kakiku sendiri yang membuatku sampai di sini? Atau ada seseorang yang melemparkanku sampai di sini?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di otakku satu per satu. Membuatku merasa pening seketika. Apalagi saat ini aku melihat banyak sekali orang lalu lalang. Kota Rhea memang seramai itu, makanya aku lebih betah di perpustakaan yang sepi.
Aku merasa, kesibukan kota Rhea tidak akan berhenti. Kota ini adalah kota yang mengundang banyak turis untuk datang. Duh, kepalaku makin sakit berada di antara banyak orang. Aku harus segera mencari tempat sepi.
Begitulah aku Jorell alias Jojo. Hanya sosok pemuda yang tidak pernah betah dengan keramaian. Namun, aku senang mengeksplore hal-hal baru, tetapi juga tanpa sadar malah membuat masalah. Aku pastikan itu tidak sulit untuk dibereskan, kok! Semuanya akan rapi, karena aku tidak senang dengan sesuatu yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jojo's Adventure Journal
AventureKadang sebuah petualangan, jika tidak ditulis, tidak akan terkenang. Susah, senang, marabahaya, pengorbanan harus tertulis di dalamnya. Sebagai saksi bahwa ada satu sosok yang berkerja keras untuk tetap hidup. Entah perjalanan jauh apa yang akan d...