Suara ketukan pintu yang seperti diketuk dengan kuku jari itu membuat tokoh utama kita, Cakra Luna, menghentikan aktivitasnya dan memastikan jika dirinya tidak salah mendengar.
Selang beberapa waktu, suara itu terdengar lagi dan kali ini dari jendela kamarnya. Cakra mulai merinding ketika suara yang sama semakin dekat dengan posisinya saat ini.
"Mama, Papa, Abang..., kalian kapan pulang, sih? Mana sebelah itu hutan jati lagi." gumam Cakra yang tidak berani bangkit dari posisinya yang sedang duduk di meja belajar.
"Cakra..." Cakra sontak berteriak dan langsung berlari ke kasurnya, menutupi diirnya dengan selimut.
"Jangan iseng lah! Gue cuma pengen sehari tenang dari gangguan kalian gak bisa atau gimana sih?" sebuah suara tawa perempuan terdengar tak jauh darinya dan karena sudah muak, Cakra mengambil tasbih yang ada di atas meja nakasnya dan melemparnya ke arah suara perempuan tadi.
"Aduh! Apaan sih, Cak? Kok gue dilempar tasbih sih?" Cakra hanya tertawa gugup ketika tahu jika suara perempuan tadi bukanlah hantu namun sahabatnya sejak kecil, Amanda Yuta.
"Eh..., Manda. Gue kira kunti yang biasanya ganggu gue, ternyata lu. Sorry ya, Man." kata Cakra dengan tampang tidak bersalah. Amanda yang sudah hafal dengan kelakuan Cakra itu hanya bisa mengehla nafas dan dia memilih duduk di kursi meja belajar Cakra.
"Diganggu lagi, Cak? Udah yang ke berapa hari ini?" tanya Amanda dengan nada santai.
"Hari ini baru tiga kali. Harusnya empat, tapi karena yang satu itu lu jadi hitungnya tiga." Amanda merasa kesal dan ingin rasanya mengurung Cakra di sebuah gudang tua ang penuh dengan makhluk gaib.
"Hah..., serah lu deh. Gue ke sini gara-gara nyokap lu minta buat gue nemenin lu. Jangan mikir yang aneh-aneh." kata Amanda menyampaikan tujuannya datang ke rumah Cakra.
"Paling mereka balik tengah malem, thanks ya. Btw, Mbak Kunti ngapain ngitip dibalik jendela! Kalo mau masuk tinggal masuk!" Amanda tidak bisa melihat hal yang dilihat oleh Cakra, tapi dia bisa merasakan dan mendengar makhluk gaib.
"Tidak baik perempuan dengan laki-laki di satu ruangan, apalagi bukan suami istri atau kakak adik. Walaupun kalian sahabat, tetap tidak baik kalian berduaan." ingin rasanya Cakra membuat hantu yang selalu bersamanya sejak usia 6 tahun itu menghilang saat itu juga.
Tapi jika tanpa kuntilanak yang selalu mengikutinya dan terus mengganggunya itu, dia akan lebih banyak menerima masalah dengan makhluk gaib jahat lainnya.
"Iya iya tahu, kita juga di sini udah atas izin nyokap gue. Btw, kenapa tadi manggil, Mbak Kun?" kata Cakra memeluk gulingnya, "Gue tahu yang manggil tadi itu Anda ya. Jangan kira gue bisa ketipu lagi."
"Saya merasakan energi negatif dalam rumah ini dan energi itu sangat besar kekuatannya. Saya takut kamu kenapa-napa." kata Kunti itu dengan menunjuk ke arah luar kamar Cakra.
"Sono kan daerah gudang, emang asalnya dari sono?" Kunti itu mengangguk dengan pertanyaan Cakra.
"Cak, gue tau apa yang lu pikirin. Tapi baiknya lu gak usah cari masalah." Cakra menatap heran dengan pernyataan Amanda yang nampaknya khawatir.
"Gue gak cari masalah pun, ada aja masalah yang dateng. Siapa tau kalau gue cari masalah duluan, masalahnya gak mau datang lagi." Cakra dengan rasa seribu penasarannya langsung melesat ke gudang rumahnya dengan Kunti yang selalu mengikutinya.
"Dasar anak ini, gue gak paham lagi gimana jalan pikirannya." gumam Amanda sembari menggelengkan kepalanya sebelum dirinya menyusul Cakra.
Cakra, Amanda, dan Kunti akhirnya berada di depan gudang. Ketiganya bisa merasakan hawa negatif yang sangat kuat keluar dari gudang yang letaknya jauh dari rumah utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Pendek (Cerpen)
NouvellesKumpulan cerpen yang menganggur di file hp Amy. Semuanya murni dari Amy tanpa ada unsur plagiat dan sebagainya.