Dengan langkah yang sengaja dihentak-hentakan, Ika sampai di kamarnya dan bertemu dengan Aura yang terganggu akan apa yang dia lakukan. "Kamu kenapa, Dek?" tanyanya dengan mata setengah terbuka.
Ika naik ke atas kasur dan memeluk tubuh sang kakak yang terbangun karenanya. "Maaf ya, Kak. Aku bangunin kakak," cicitnya menyesal.
Aura tersenyum kecil dan menggeleng pelan. "Nggak kok, kakak kebangun gara-gara mau pipis. Kamu kenapa sih?" tanya Aura lagi karena Ika tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Wajah Ika kembali cemberut saat mengingat kejadian sebelumnya. "Tadi kan, aku disuruh ayah antar nasi goreng ke rumah yang di ujung jalan. Pas sampe sana, orangnya nggak mau bayar," jelas Ika sembari menenggelamkan kepalanya ke leher sang kakak.
Karena masih dalam keadaan mengantuk, otak Aura tidak bekerja dengan baik. Dia terdiam sembari berpikir apa maksud ucapan adiknya.
Setelah lama menunggu, akhirnya perempuan itu paham dengan maksud ucapan Ika. "Oh, maksud kamu Mas Kavin. Kamu abis anter nasi goreng buat dia?" tanya Aura sembari menatap Ika yang ternyata sudah tertidur pulas.
Melihat hal itu, Aura menjadi tidak tega untuk membangunkan adiknya. Perempuan itu langsung menyelimuti penuh tubuh Ika sembari perlahan mengusap punggungnya.
"Selamat malam, Dek. Semoga mimpi indah ya," bisik Aura sebelum ikut terlelap bersama sang adik.
Pagi harinya, Ika dimarahi habis-habisan oleh sang ayah. Wajahnya menunduk tanpa berani menatap sang ayah yang tengah menampilkan wajah kesalnya.
"Ayah cuman nyuruh kamu buat antar nasi goreng! Bukannya malah berantem sama Mas Kavin! Dia itu pelanggan setia di sini. Pokoknya nanti malam kamu harus minta maaf sama dia."
Ucapan Dani mutlak adanya, pria paruh baya itu jelas tidak ingin dibantah dan Ika mengetahui hal itu. Dia yang tidak berani mengeluarkan sepatah katapun lalu hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Ya udah, sekarang kamu bantuin ibu kamu di dapur."
"Iya, Yah."
Sembari menangis pelan, Ika berjalan menuju dapur. Setelah bertemu dengan ibu dan kakaknya, perempuan itu menaikkan volume tangisnya sehingga membuat kedua perempuan di sisinya merasa iba.
Aura yang tengah duduk langsung bangun dan memeluk sang adik. Perlahan tangannya mengusap punggung Ika agar adiknya itu merasa tenang. "Udah ya, Dek. Omongan ayah nggak usah didengerin."
"Tapi, Kak ... ."
"Yang penting, Adek jangan ngelakuin lagi. Ayah pasti nggak bakal marah kok."
Dengan mata sembabnya, Ika menatap sang kakak setelah pelukan keduanya merenggang. "Tapi Ayah suruh aku buat minta maaf sama Mas Kavin."
Tangan Aura beralih mengusap kepala Ika sembari berkata, "tenang aja, Mas Kavin baik kok. Kamu pasti dimaafin."
Seperti hari sebelumnya, Ika menunggu Kavin di depan rumah pria itu dengan sebuah kresek di tangannya berisi nasi goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan
Romance~ 15 weeks with you ~ ~ Writing Challenge Autumn maple ~ Cantika atau sering dipanggil Ika selalu mengalah pada sang kakak, Aura yang menderita lemah jantung sejak kecil. Segala hal Ika berikan pada Aura. Namun, tidak untuk cintanya pada Kavin. Pert...