BIBA|PROLOG

3 0 0
                                    

Ada yang bilang bahwa terlahir tanpa orang tua itu menyedihkan dan menyakitkan. Biba merasakannya, Biba merasa bahwa ucapan orang-orang benar adanya. Ini kisah Biba, dengan segala macam alur takdirnya. Andai Biba bisa merangkai takdirnya sendiri, mungkin, Biba akan menyingkirkan sedikit masalahnya. Hanya sedikit, Biba tidak ingin menjadi serakah, Biba tahu diri. Paman preman selalu bilang bahwa Biba tidak tahu diri, dan Biba rasa itu benar.

Biba, hanya Biba. Nama yang dia buat sendiri saat orang-orang bertanya siapa namanya. Biba akan dengan lantang memberi tahukan namanya. Biba tidak tahu arti namanya, kenapa? Tentu saja karena dia mengarangnya sendiri. Biba hidup sendiri, hidup di Lorong gelap yang terhimpit pertokoan, berinteraksi dengan anjing, kucing, tikus, pengamen jalanan dan para preman yang selalu memukul badannya.

Biba berandai bagaimana jika dia adalah anak orang terkaya di dunia yang hilang atau mungkin anak dari seorang penjaga toko buku di depan sana. Biba juga berandai bagaimana jika dia tidur di atas awan, Biba tidak tahu apa itu kasur ataupun tempat yang nyaman. Jika tempat yang hangat, Biba tahu harus kemana, Biba akan berdiri di depan etalase toko roti ataupun di depan para penjual kaki lima. Lumayan hangat, sehangat saat Biba di usir pergi.

Alur takdir yang Biba ingin rangkai sendiri sangat sederhana, bisakah di sebut sederhana jika Biba ingin tempat yang nyaman dan hangat, kemudian Biba ingin segelas minuman hangat, jangan panas, lidah Biba bisa kesakitan seperti saat paman preman memaksanya memakan ujung kertas yang dibakar, Biba tidak tahu itu apa, paman preman selalu mengemutnya kemudian dia akan mengeluarkan asap bau. Biba ingin memiliki pakaian yang bagus seperti paman dan bibi yang selalu melintas di depannya atapun seperti patung yang memakai pakaian di dalam toko? Apakah bisa? Apa itu sederhana? Biba tidak tahu dan tidak mengerti. Biba merasa ini adalah alur yang mahal, terlalu serakah.

Biba selalu berandai tentang merangkai alur takdirnya yang mahal kini di hadapkan dengan alur takdirnya yang nyata. Hidup seorang diri dengan lingkungan yang ramai, menjadi patung mahakarya paman preman dan hidup luntang-lantung tidak jelas. Hingga seseorang datang padanya, menawarkan sesuatu yang membuat Biba kegirangan.

Alur takdir memang benar adanya, begitupun bentuk usaha Biba, nyata. Kerjanya memproses alur takdirnya membuahkan hasil nyata, alur takdirnya sedikit demi sedikit mulai membuka pintu akhir perjuangannya. Biba harap pintu itu dapat berubah menjadi gerbang dunia lain. Akhir perjuangan Biba adalah kematian. Gerbang yang terlihat menyeramkan ternyata menjadi jembatan agar Biba bisa bahagia.

BE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang