Kekesalan Quenza

64 6 0
                                    

Tak

''Apa yang kau lihat?"

Merasa ada yang menepuknya dengan segera pria itu langsung saja berbalik hingga ia melihat akan sosok pria yang memiliki wajah hampir sama dengannya berdiri di belakangnya. Pria itu bernama Alvaro Baskara lalu di depannya itu adalah Alvano Baskara saudara kembarnya.

''Apa yang lihat?" tanya Alvano penasaran.

''Tidak ada,'' jawab Alvaro yang berlalu pergi meninggalkan Alvano begitu saja.

Melihat saudaranya pergi begitu saja membuat Alvano itu mengernyitkan alisnya lalu mengikuti arah pandangan sang kakak tadi. Dahinya langsung mengerut dalam tatkala melihat akan sosok ayahnya dan Quenza yang sedang berpelukan dengan tangisan yang terdengar menyayat hati.

''Apa yang terjadi?" guman Alvano menatap kedua orang itu dengan tatapan yang sulit di artikan.

Kembali ke sisi Quenza yang masih memeluk sang ayah baru tanpa mau melepaskannya hingga suara sang ayah menyadarkannya.

''Quen, Nak!'' panggil Jakson dengan suara yang sedikit keras.

Quenza yang mendengarnya langsung melepaskan pelukannya dengan wajah memarah karena malu. Namun, Jakson salah mengartikan jika pipi sang anak memerah karena terlalu lama menangis.

''Jangan menangis lagi, putri daddy jelek kalau menangis.'' Hibur Jakson yang di balas senyum manis oleh Quenza.

''Cuci muka lalu kita turun. Daddy membelikan kamu oleh-oleh yang banyak,'' kata Jakson mengelus kepala Quenza.

''Benarkah?" Quenza menatap sang ayah dengan tatapan penuh binar yang terlihat menggemaskan di mata Jakson.

''Hm, pergilah cuci muka.'' Perintah sang ayah yang langsung di kerjakan oleh Quenza.

''Ay ay kampten!'' Quenza melakukan gerakan hormat lalu segera berbalik berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Selepas Quenza menghilang wajah hangat Jakson langsung berubah menjadi wajah dingin dan datar menatap tajam ke arah Alvano yang kini berdiri mematung. Wajahnya kembali sendu saat melihat ke dalam kamar sang putri.

Jakson merasa telah gagal menjadi ayah yang baik untuk Quenza. Ia berjanji pada istrinya untuk menjaga dan melindungi putri mereka dengan segenap jiwa raganya dan selalu membahagiakan Quenza  tak di sangka kini dia gagal.

Jakson Baskara adalah ayah dari Quenza dan si kembar Alvano dan Alvaro.  Jakson adalah seorang pengusaha kaya raya yang bergerak di bidang perhotelan dan juga restoran. Asetnya tidak main-main hingga jarang dia berada di mension karena memang sering ke lluar kota atau ke luar negeri hanya untuk urusan perusahaan.

''Dad, ayo!'' Quenza keluar dengan langsung menggandeng tangan sang ayah lalu menariknya turun ke bawah.

''Jalannya pelan-pelan saja, Princes!'' 

Sampai di ruang tamu puluhan paber bag yang berada di atas meja dan sekitarnnya. Quenza yang melihat akan hal itu langsung saja melepaskan tangan sang ayah lalu berlari ke arah meja.

''Waaah banyak banget! Apa ini untukku semua?" tanya Qenza pada sang ayah.

''Hm, itu untuk princes semua.'' Jawab Jakson dengan santai duduk di kursi. Tak lama dua pria muda datang dan bergabung. Kedua pria itu tak lain dan tak bukan adlah Alvaro dan Alvano.

''Aku buka ya, Dad.'' Quenza langsung duduk di depan meja lalu mengambil satu persatu paber bag itu lalu membukanya satu persatu.

Senyum di wajah Quenza tidak pernah luntur melihat akan isi dari paber bag itu yang selalu berisikan barang-barang perempuan. Baik itu tas, make up, sepatu, cat kuku, perhiasan, dan beberapa gaun keluaran terbaru yang harganya tak main-main. Qeunza menerimanya dengan suka rela karena tahu bagaimana rasanya di beri hadiah oleh seorang ayah.

''Di kehidupan lalu aku tidak tahu rasanya pelukan ayah, aku tidak tahu kasih sayang ayah, dan aku tidak tahu rasanya di belikan sesuatu oleh seorang ayah. Di kehidupan ini aku dii beri kesempatan untuk merasakan semua itu. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih Quenza.'' 

''Cih kau hanya tahu menghabiskan uang daddy saja. Tahunya foya-foya saja dan buat malu,'' sinis Alvano.

''Alvano!'' Jakson langsung menatap tajam ke arah putra keduanya itu yang berani sekali mengatai Quenza seperti itu.

''Kenapa sih Dad? Daddy itu selalu bela dia, memang benar 'kan dia cuma tahu mempermalukan keluarga kita saja. Daddy tidak mungkin tidak tahu jika pertunangan Xavier dan dia batal karena dia terlalu murahan dengan ... ''

''Alvano jaga bicaramu, dia adikmu.'' Sentak Jakson yang menatap tajam ke arah Putra keduanya.

''Cih,'' Alvano hanya bisa mengumpat dengan membuang muka saja sedangkan Alvaro hanya diam namun matanya menatap  dingin ke arah Quenza yang hanya menatap mainan di depannya.

''Jika kalian ingin menyalahkan maka jangan salahkan aku tapi salahkan Lily, salahkan Xavier, dan salahkan diri kalian berdua sendiri.'' Kata Quenza tiba-tiba yang membuat Alvano kembali marah.

''Kenapa kami harus di salahkan? Jika ada yang di salahkan itu adalah lo bukan kami,'' sentak Alvano menatap sengit ke arah Quenza.

''Jelas saja kalian berdua ikut andil, sialan. Aku dan Xavier itu sudah di tunangkan sejak kecil dan kalian berdua jelas tahu akan hal itu. Aku hanya mengejar apa yang memang sejak awal adalah milikku. Lalu kenapa aku harus bilang salahkan Lily? Karena sejak awal dia tahu kalau aku dan Xavier sudah bertunangan lalu kenapa masih mau menjalin kasih dengan pria yang sudah bertunangan? Lalu salah kalian mau tahu dimana? Sejak awal kalian sudah tahu harusnya sebagai sahabat kalian menasehati atau setidaknya justru menegur Xavier kalau apa yang dia lakukan itu salah. Sebagai kakak kalian harusnya menjaga perasaanku bukan malah menyalahkan aku karena mengejar cinnta Xavier. Jangan karena kau menyukai si Lily itu bukan berarti kamu bisa tutup mata ya, Alvano.'' Sinis Quenza.

Deg

The Real AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang