Hiiii🤭
Kita ketemu lagi di siniGimana kabarnya baikkan?
Sekian ribu purnama aku enggak update, tapi entah mengapa malam ini hatiku tergerak ingin melanjutkan ceritanya walaupun mungkin enggak ada yang baca.Wajah judesmu adalah bukti bahwa keindahan tak selalu harus terlihat manis.
Nathan Skayler Wijaya.*****
Saat ini Zera sedang berada di Rumah Sakit Wijaya—milik kedua orang tua Nathan. Gadis itu sedang ditangani oleh beberapa tim medis.
Namun, ada seorang laki-laki yang terus-terusan memasang wajah panik. Entah apa yang ada di dalam pikiran Nathan hingga membuat dirinya seberantakan itu.
Beberapa menit kemudian. Pintu ruangan bernuansa putih tulang terbuka. Menampakkan seorang wanita cantik bername tag dr. Anya. "Dengan keluarga pasien, Zera?" ucap dokter itu lantang.
"Bagaimana keadaan dia, Dokter?Tanpa menjawab pertanyaan dokter, ia malah balik bertanya. "Dia baik-baik saja, kan?" desak laki-laki itu.
Seulas senyum manis tersemat pada wajah dokter, saat melihat wajah khawatir itu. "Kamu jangan khawatir, dia baik-baik saja ... hanya saja kakinya terkilir dan beberapa luka di bagian tubuhnya.
"Apakah saya sudah boleh menjenguknya?"
"Silahkan saja." Dokter menganggukkan kepala mempersilahkan Nathan menjenguk salah satu pasiennya itu.
Bukannya langsung masuk kedalam ruangan Zera, dirinya berjalan menuju ke arah lain. Melangkah kan kaki melewati beberapa orang dan beberapa ruangan agar bisa sampai ke tempat administrasi.
Setelah selesai dengan urusan bayar membayar yang memakan waktu, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana—memberikan kabar kepada sang mami.
Terdengar jelas dari seberang sana suara terkejut nan khawatiran mendengar penuturan dari sang anak, bahwa dirinya baru saja menabrak seorang gadis.
Perlahan suara khawatir lenyap saat Nathan memberitahu bahwa keadaan gadis itu baik-baik saja. Setelah memberikan penjelasan dan maminya sudah lega, ia memilih untuk memutuskan sambungan telpon dan melangkah menuju pintu ruang Zera.
Saat pintu bernuansa putih tulang tersebut terbuka, yang pertama kali ia rasakan hanya dinginnya AC dan aroma obat-obatan yang semerbak memenuhi ruangan.
Perlahan tapi pasti, dirinya melangkahkan kaki menuju brankar pasien untuk sesaat dirinya terpaku, menikmati indahnya tatanan wajah gadis yang saat ini terpejam, disertai luka pada keningnya.
Tangan yang memiliki beberapa goresan luka, perlahan menyentuh kepala. Sedikit meremas rambut saat rasa pusing menyerangnya kembali.
Matanya mengerjap menetralkan pencahayaan yang masuk kedalam rentina mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta kejutan untuk Zera
Random[FOLLOW SEBELUM BACA] Ini, tentang seorang anak yang masa depannya direnggut oleh orang tuanya sendiri. Bukan itu saja, Zera Lulisa Alexzandri juga selalu dituntut sempurna. Padahal keinginan Zera hanya satu: dia ingin menjadi seorang penulis. Zer...