00 : Prolog 💌

376 31 0
                                    

"Kak, ini kita mau kemana? Kakak gak ada ngomong apapun sebelumnya kalo kita mau pergi," tanya Minju penasaran.

Lelaki yang tengah fokus memperhatikan jalan di hadapannya tidak menggubris ucapan sang adik. Wajahnya tampak pucat diiringi deru napas yang tak teratur. Sesekali matanya melirik ke arah spion, memastikan jika mobil sedan hitam yang sedari tadi mengikuti mereka masih ada atau tidak.

"Kak Soobin?" panggil Minju sekali lagi.

Perasaan Minju semakin tidak enak, seperti ada yang sedang disembunyikan oleh kakaknya itu. Dan entah mengapa ia menjadi takut karena mobil yang mereka tumpangi bergerak semakin laju dan laju.

Menyadari jika Minju mulai ketakutan, Soobin pun segera menggenggam tangan adiknya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya tetap fokus memegang kemudi. "Gapapa, Ju. Kakak cuman lagi buru-buru aja."

"Kenapa kak?"

"Kakak ada perlu sama temen kakak malam ini, kebetulan ketemuannya di luar."

"Emang gapapa aku ikut kak? Aku takut ganggu."

Soobin mencengkeram erat stir kemudinya. Bimbang. Entah bagaimana ia harus menceritakan kejadian sebenarnya kepada Minju. Situasi saat ini sangat rumit, Soobin tengah dikejar oleh rentenir-rentenir yang hendak menagih utangnya. Hutang yang jumlahnya tak sedikit itu masih belum mampu dibayar oleh Soobin, sampai akhirnya para rentenir itu sudah kehabisan kesabaran dan mengejar mereka.

Dan yang paling Soobin takutkan saat ini adalah Minju. Iya, gadis itu dijadikan jaminan oleh para rentenir tak berotak yang membuat keputusan sendiri jika hutang tak dibayar maka Minju akan diambil oleh mereka. Sudah Soobin duga sebelumnya jika para botak tua bengis itu pasti akan mengincar Minju karena parasnya yang cantik dan mudah dibodoh-bodohi.

Tak berselang lama, mobil putih tersebut berhenti di sebuah taman yang tak terlalu ramai malam itu. Rintik hujan satu persatu mulai jatuh, sepertinya akan hujan besar. Tak jauh dari sana, terdapat mobil berwarna biru yang menjadi tujuan Soobin berikutnya.

Soobin melepas seatbelt yang ia gunakan. "Minju, kakak minta maaf banget mungkin kakak bakal tinggalin kamu sebentar, ayok kita turun dulu."

Minju menjadi makin panik. "Kakak mau kemana? Jangan tinggalin aku sendirian kak, please, aku takut," ujarnya gusar.

Perlahan Soobin membantu Minju untuk keluar dari mobilnya dan menuntun gadis itu menuju mobil yang berada di seberang itu. "Kakak bentar aja kok, kamu cukup duduk tunggu kakak samperin kamu lagi oke? Jangan pergi kemana pun sampe ada yang jemput. Kamu paham kan?"

"Kak Soobin, aku takut Kak..." Minju menahan lengan Soobin saat sudah di dalam. "Aku gak mau sendirian..."

"Kakak gak lama, Ju," ujar Soobin menenangkannya sembari mengusap kepala gadis itu. "Jangan pergi kemana-mana ya, janji sama kakak, kamu bakal nurut kan?"

Walaupun berat, akhirnya Minju pun mengangguk terpaksa. "Iya, Kak. Aku tunggu kakak."

Soobin tersenyum, kemudian mencium kening adiknya sejenak. "Maafin kakak ya, Minju."

Pintu mobil pun tertutup. Tangis Minju pun pecah. Ia tidak mendengar suara Soobin lagi, yang ia dengar hanyalah kesunyian saat ini. Ia sangat tidak tenang dan gelisah. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi kepada kakaknya.

"Kak Soobin cepet balik kak, semoga kakak gak kenapa-napa di luar sana," batin Minju sangat berharap.

Sunyi, dingin, dan pikiran kalut yang terus menyelimuti Minju tak kunjung membuatnya tenang. Selama ini Soobin tak pernah meninggalkannya sendirian seperti sekarang. Apalagi di tengah suasana yang sepertinya genting saat ini. Apa Soobin akan meninggalkannya dalam kurun waktu yang lama?

𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐜 | Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang