02 : Rumah Baru 💌

160 26 0
                                    

"Bisa jalan kagak?" tanya Heeseung setelah melihat Minju keluar dari mobil dengan sempoyongan. Maklum saja, berada di dalam mobil dari semalaman membuat otot kakinya agak kram.

"Bisa kok," balas Minju kemudian mengeluarkan tongkatnya. "Kita mau kemana sekarang?"

Heeseung tidak langsung menjawab pertanyaan gadis itu. Matanya sibuk mencari tangkai dedaunan yang ada di pinggir jalan. Setelah dapat, Heeseung pun segera menancapkannya di sela-sela kaca mobil sebagai tanda jika mobilnya mogok karena kehabisan bensin.

"Tinggal bentar ya, ntar gua jemput Lo lagi," ujar Heeseung mau tidak mau terpaksa meninggalkan mobilnya sebelum tukang derek mobil datang nanti.

Minju menoleh saat mendengar ucapan Heeseung barusan. "Kamu mau ninggalin aku disini?"

"Kagak, mobilnya, bukan Lo."

"Ooh..."

"Udah buruan jalan."

"Oke." Minju pun berjalan perlahan sembari meraba area disekitarnya dengan tongkat miliknya. Ada banyak kerikil dan juga permukaan tanah agak licin karena diguyur hujan semalaman. Apalagi pagi ini cuaca masih gerimis. Bisa berbahaya apabila tidak berjalan dengan hati-hati jika tidak ingin terjatuh.

Heeseung memperhatikan gerak-gerik Minju yang cukup mengerikan. Tidak. Lebih tepatnya membahayakan. Jika gadis itu terjatuh atau tergelincir pasti perjalanan mereka akan memakan waktu lebih lama lagi. Belum lagi jika sampai terluka, Heeseung akan repot dibuatnya.

"Hhh..." helaan nafas pelan keluar dari bibir lelaki tersebut. Ia pun mendekati Minju lalu menarik tangan Minju untuk bertumpu atau berpegangan pada lengan hoodie-nya. "Pegangan disini ntar Lo jatoh kalo jalan sendirian."

"Eh?" Minju tampak terkejut.

"Buruan, Mau jatoh Lo? Di samping Lo ada got besar itu bahaya."

Mendengar hal itu, Minju pun segera berpegang pada lengan Heeseung. Ngeri membayangkan jika terjatuh ke dalam sana. Sembari dituntun, mereka pun berjalan beriringan ke depan untuk menyebrang jalan.

Karena masih sangat pagi belum banyak kendaraan yang lalu lalang. Hanya ada satu ada dua mobil yang terlihat melintasi jalanan yang basah disana. Saking sepinya, hanya terdengar suara gerimis dan suara langkah kaki mereka yang menepak genangan air di jalanan.

"Ini kemauan Lo yang mau cepet-cepet keluar mobil ya bukan gue, kalo sakit jangan salahin gue," kata Heeseung saat menyadari Minju yang tampak kedinginan.

"Iya, maaf. Kalo kamu sakit nanti aku bakal rawat kamu sampe sembuh deh," balas Minju.

"Ck, sok-sokan Lo mau ngerawat segala," sindir Heeseung. "Ngurus diri sendiri aja Lo gak bisa, buktinya nih jalan aja harus dituntun."

"Tadi kan kamu yang nawarin, ya aku terima bantuan dari kamu..."

Jika dipikir lagi, benar juga. Toh tadi memang Heeseung yang menawarkan, lebih tepatnya menyuruh gadis itu untuk bertumpu di lengannya. "Iya sih..."

Dari sudut matanya, dapat ia lihat Minju tersenyum tipis seperti menahan tawa.

"Untung buta Lo, kalo kagak udah gue dorong Lo kejalanan berani banget ngetawain gue," pikir Heeseung berusaha sabar. Baru kali ini ada orang yang berani menertawakannya, apalagi seorang gadis. Biasanya Heeseung akan sangat marah apabila omongannya dibantah oleh siapapun bahkan orang tuanya sendiri. Namun sekarang dirinya malah dipertemukan dengan Minju yang selalu melawan dan membalas semua ucapannya.

Kesabarannya sangat diuji.

"Kamu khawatir ya sama aku?" tanya Minju tiba-tiba, hampir saja membuat Heeseung terperosok ke semak-semak jika tidak cepat memegang palang dipinggir jalan itu.

𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐜 | Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang