05 : Takdir yang Berubah 💌

193 21 5
                                    


"Lo pulang gak, Hee?" tanya Sunghoon setelah kelas perkuliahan selesai. Ia beranjak dari duduknya, hendak keluar kelas. Sekilas dilihat Heeseung yang sedari tadi sibuk memandangi handphonenya. "Woy, pulang kagak?"

"Duluan aja," balas Heeseung singkat.

"Si anying, gue kesini kan bareng mobil lo," cicit Sunghoon. "Gimana gue bisa pulang duluan kalo kuncinya sama lo."

Heeseung berdecak. Buru-buru dia menyembunyikan kunci mobilnya agar tidak diambil lagi oleh Sunghoon. "Naik ojol sana, beban banget lo apa-apa nebeng gue."

"Yaelah kayak ke siapa aja lo."

"Justru gara-gara lo hidup gue jadi makin repot".

Heeseung dan Sunghoon memang sudah saling kenal lama semenjak satu sekolah di sekolah menengah atas. Makanya tidak heran jika kedekatannya yang tidak akur itu sudah seperti saudara kandung. Bahkan banyak yang mengira jika mereka adalah kakak beradik karena sering terlihat bersama. Padahal nyatanya mereka hanya sebatas teman saja.

"Harusnya lo tuh terimakasih sama gue," tutur Sunghoon seraya bertumpu di ujung kursi. "Kalo gue gak maksa lo buat ikut kelas lo pasti bakal makin ketinggalan mata kuliah. Emang lo mau jadi mahasiswa abadi?"

Mendengar sindiran yang benar adanya itu membuat Heeseung tertohok. "Ya kagak, lagian kan gue memang niatnya mau berhenti dari semester kemaren tapi lo malah ngalangin gue."

"Malu gue punya temen yang cupu kayak lo," ejek Sunghoon. "Lo gak malu apa sama diri lo sendiri?"

"Wah, lo ngajak ribut?" Heeseung tertawa remeh.

"Ntar aja ributnya, kalo lo bisa ngejar gue buat wisuda bareng, lo boleh pukul gue sepuasnya. Gimana, deal?"

Merasa tertantang, Heeseung pun mengiyakan usulan Sunghoon barusan. Walaupun tampaknya mustahil bagi Heeseung untuk mengejar Sunghoon yang hampir 3/4 menyelesaikan skripsinya. Sedangkan dirinya saja masih belum bergerak sama sekali.

"Deal!"

"Oke konsekuensinya kalo lo gagal mobil lo buat gue ya, jangan lupa rumah sama sertifikat tanah juga," timpal Sunghoon seketika membuat Heeseung melongo tak percaya mendengar ocehan tak tahu diri dari seorang Park Sunghoon.

Hampir saja kursi lipat di sebelahnya melayang untuk menimpuk Sunghoon saking emosinya. Beruntung masih ada sisi kemanusiaan yang dimiliki Heeseung walaupun tinggal beberapa persen saja yang tersisa.

"Heeseung!"

Terdengar suara panggilan seorang gadis yang baru saja memasuki kelas mereka dengan tergesa-gesa. Heeseung menoleh dan mendapati Karina berjalan ke arahnya.

"Apa lagi?" tanya Heeseung malas sebenarnya untuk meladeni Karina lagi.

"Kamu beneran udah punya istri? Kamu bohong kan? Aku gak terima ya kamu putusin aku tiba-tiba kayak kemaren!"

Karina memandang benci wajah Heeseung yang sama sekali tidak merasa bersalah. Kedua tangannya mengepal erat, sudah bersiap melayangkan tamparan jika keputusan Heeseung tetap tidak berubah.

"Iya, gue bohong, sensi amat sih," tutur Heeseung santai.

Perlahan raut emosi Karina melunak. "Beneran?"

Heeseung berdiri lalu mendekati Karina. Tangannya mengusak pelan rambut gadis itu. "Iya, gak usah heboh kayak beneran ditinggal nikah haha!"

"Ish, terus yang kamu kirim foto itu siapa? Kok kamu sama cewek di dalem mobil kamu?" tanya Karina lagi.

"Itu..." Heeseung melirik Sunghoon, entahlah tiba-tiba matanya ke arah lelaki itu seakan meminta bantuan untuk beralasan apa kali ini.

Sunghoon menghela napas lelah, paling malas jika diminta untuk berbohong kepada pacarnya itu. Bukan sekali dua kali Heeseung memintanya berbohong demi mengelabuhi Karina tapi sudah sangat sering.

𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐜 | Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang