Prolog ; Adiwarna 2009.

862 66 9
                                    

Senyumanmu yang indah bagaikan candu,
Ingin trus ku lihat walau dari jauh.

~

Angin berhembus kencang ditengah sore lembayung senja menyapa. Bertabur warna keorenan menghiasi langit kota Jogjakarta dengan ditengah hiruk pikuk kota. Menjelang waktu pulang jam kerja turut mengisi julukan si kota pelajar, para berbagai jenis manusia turut ramai di jalanan padat. Daun pepohonan berjatuhan bertabrakan dengan angin tak bersahabat, menghiasi atas mobil klasik terparkir dibawahnya.

Jauh dipinggiran kota, perumahan tak ramai oleh manusia-manusia hunian. Hanya sibuk dengan dunia masing-masing di dalam sana, seorang gadis bertubuh tinggi berpakaian seadanya dengan celana hitam berjenis jeans sedikit robek pada area dengkulnya, kaos putih dibalut dengan jaket kulit bewarna hitam pula. Duduk diatas kap mobil memejamkan mata seolah sedang menikmati angin sepoi-sepoi tak bersahabat. Senyum terukir kala merasakan rambutnya yang terurai seolah terbang tak karuan disebabkan oleh angin.

Shakayla Kirana sedang menikmati waktu sorenya dengan tenang, tak ada gangguan sekitarnya. Tidak. Dia sedang berkencan dengan mobil antik yang tengah ia duduki tanpa rasa bersalah. Pikirnya berat badannya yang tak terlalu berat tak akan merusak mesin mobil. Anggap saja spekulasi dirinya benar.

Tak lama menikmati momen, mobil mewah tampak dari perempatan gerbang perumahan masuk dan berhenti di seberang tempat ia memarkirkan mobilnya. Sedikit menoleh dan membuka satu matanya, seolah mengintip dan mengira-ngira siapa yang akan mengisi rumah kosong diseberang nya itu? Apakah dirinya harus membongkar fakta mengenai rumah kosong yang hampir satu tahun tak berpenghuni itu? Tentang penampakan atau bahkan....

Jika dilanjutkan bisa jadi genre horor, tidak jadi.

"Selamat datang di kota seni dan budaya!!"

Samar-samar suara itu yang Shakayla tangkap dari pendengarnya. Sekilas terkekeh mendengar seorang lelaki tua itu menyanjung kan kota yang penuh kelam. Ambil saja contoh aksi kejahatan jalanan yang meningkat di kota penuh makna ini. Seolah berbanding balik dengan keistimewaan yang menjadi ciri khas kota ini. Tapi, tak apa pikirnya karena memang kota ini meski dibalut kekelaman, selalu ada saja sisi istimewanya.

"Papa mah lebay deh, tapi disini enak dingin ngga kayak di Jakarta."

Anggap itu memang kelebihan dari kota Jogjakarta, sore hari, dengan angin sejuk, ditambah dengan kencan wajib bersama mobil tua favorit. Wow, combo paket lengkap.

Tak ingin lagi menguping pembicaraan keluarga kecil itu tanpa izin, Shakayla turun dari kap mobil. Mencuri perhatian gadis ibukota yang baru saja menuruni barang bawaan, mata mereka sama-sama bertukar dalam perhitungan detik.

Bukan maksud ingin kabur dan melarikan diri, atau bahkan mengasingkan diri tak mau mengakrabkan diri. Justru sebaliknya, Shakayla datang sambil tersenyum lebar seolah menunjukkan pribadi manusia yang baik dan ramah. Sebut saja memang seperti inilah ciri khas seorang gadis Jogja.

"Selamat sore ibu bapak, dan kamu. Selamat datang di perumahan Adiwarna yang menenangkan dan tentram."

Anggap dirinya memang sok kenal dan sok dekat, sifat positif dan aura menyenangkan dapat tersampaikan langsung kepada keluarga kecil tersebut. Meskipun penampilannya sedikit berlawanan dari seharusnya, namun senyum tulus bahkan tutur kata yang lembut membuat mereka turut tersenyum dan disambut hangat.

Menimbulkan kebingungan untuk gadis yang menatap Shakayla sejak tadi, kini seolah berfikir sedang apa gadis random ini. Apakah dia adalah seorang ketua penjaga perumahan? Bisa disebut ketua RT? Ketua RW?

ATMA HIRAP || greshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang