Mungkin di sore hari itu, ketika Draco mencoba untuk mencari Harry di seluruh sudut Rumah Sakit dan hampir pasrah ketika tak menemukannya di manapun. Apakah Harry sudah pulang? Setidaknya dia ingin mengobrol untuk 1 kali saja.
Tapi ketika Draco sudah pasrah dan mulai terdiam karena kelelahan. Dirinya tak sengaja melihat Harry yang terduduk di bangku taman Rumah Sakit, Draco melihatnya dari lantai 2. Bagaimana tubuh Harry yang indah tersinari cahaya sunset, diselimuti pakaian Rumah Sakit miliknya.
Draco segera turun menuju tempat dimana Harry berada, dirinya tak ingin kehilangan momen lagi untuk berbicara dengan pemuda cantik itu. Meski Draco harus kembali berlari, semuanya akan pria itu lakukan.
"Bolehkah aku duduk disini?"
Harry berbalik, ketika mendengar suara Draco yang terengah-engah. Kemudian pemuda cantik itu tersenyum kecil dan mengangguk pelan.
"Hai Draco, tentu saja boleh, kenapa tidak?"
Suaranya yang jernih dan seringai bulu terdengar di telinga Draco, seolah Harry tak memiliki masalah apapun dalam hidupnya.
"Terimakasih." Draco mendudkan tubuhnya di sisi Harry.
Mereka terdiam, bingung untuk memulai pembicaraan, lebih tepatnya semua itu hanya Draco yang merasakan. Semanatar Harry kembali menatap kedepan. Diantara keterdiaman keduanya, semilir angij lembut menerpa wajah mereka.
Harry menakutkan kedua tangan, kemudian menadah ketaas langit, melihat cahaya Sunset yang sangat indah. Senyum kembali terukir di bibirnya, ada sebersit pikiran yang muncul dalam benaknya, sudah lama dia tak merasakan perasaan setenang ini.
"Terimakasih." Bisiknya sangat pelan.
Draco menangkap suara lembut itu di Telinganya, smematara sejak tadi dia terus menatap wajah cantik Harry dari sisi dengan sangat gugup.
"Terimakasih banyak karena telah menolongku." ulangnya kembali.
"Aku sangat khawatir ketika kamu menelponku."
"Maaf, sudah merepotkan."
Draco menggeleng pelan. "Tidak, tentu saja tidak. Aku bahkan sedih ketika melihat keadaanmu."
Sementara Harry meringis kecil, mengingat kondisi terakhirnya sebelum tak sadarkan diri. Dirinya juga bingung kenapa malah meminta bantuan pada Draco, bukannya Pansy.
"Pasti aku sangat menjijikan bukan? Maafkan aku."
"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Aku tidak jijik sama sekali." Draco membantahnya cepat, Harry tidak menjijikan menurutnya.
Keduanya kembali terdiam, namun Draco sudah memiliki banyak rangkaian kata dalam benaknya, tapi tak mampu untuk teurngkapkan, terlalu banyak yang ingin pria itu katakan.
"Harry, maafkan aku." Draco terus memandang wajah cantik di sisinya. "Untuk semuanya, untuk segala kesalahanku di masalalu."
Sementara Harry hanya melirik Draco dari ujung matanya.
"Kenapa harus sekarang? Itu sudah berlalu, bahkan sangat lama."
"Aku tau, sangat telat untuk mengatakannya, bahkan untuk meminta maaf padamu." Wajahnya begitu sendu, ketika mengingat kesalah pahamannya terhadap Harry, kekejamannya di masalalu. "Aku bahkan selalu membela Astoria dan tidak pernah memahamimu."
Harry terkekeh kecil, kemudian menepuk bahu Draco pelan. "Sudahlah, kenapa harus merasa bersalah? Itu hal yan wajar, karena kamu sangat mencintainya dan ingin menjaganya bukan?"
Terpaku, bahkan jawaban seperti itu tak pernah Draco bayangkan sama sekali.
"Aku hanya berharap kamu memukulku, apakah kamu tidak marah sama sekali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose
RandomYang jelas ini DRARRY Silahkan dibaca, bagi yang mau-mau aja. Warning: BXB, YAOI, HOMO, DRARRY (JANGAN SALAH LAPAK), DILARANG PLAGIAT, SUSAH CARI IDE CERITANYA!!! TOKOH ASLI HANYA MILIK JK. ROWLING