Chapter 15

17.6K 1.7K 19
                                    

Rule No.15

Let them laugh for now

***

"Sayang, sepertinya Gideon kewalahan? Kamu tidak akan membantunya?" Tanya seorang istri pada suaminya.

Kabar tentang salah satu cucu keluarga Gideon yang terkena kasus memang sudah tersebar. Sebaik apapun pihak Gideon menutupinya, berita yang sudah terlanjur tersebar cukup sulit untuk diredam. Sudah banyak pihak diluar sana yang menyimpan ataupun menyalin beberapa artikel yang terkait sebelum pihak Gideon sempat menghapusnya.

"Untuk apa?" Bukannya menjawab, sang suami malah memberi pertanyaan balik pada istrinya.

"Dia adikmu jika kamu lupa." Kata istrinya.

Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan cukup awet muda diumurnya itu menatap sang istri dengan satu alisnya yang terangkat.

"Aku tidak lupa."

Wanita yang menjabat sebagai istri dari pria itu terlihat menghela napas begitu melihat respon suaminya yang terlalu santai.

"Kamu harus membantunya, Gillmore. Mendiang ayah dan ibu sangat menyayanginya, mereka menitipkan kedua adikmu untuk kau jaga." Jelas sang istri.

Pria bernama Gillmore itu terkekeh, "Mereka sudah sangat dewasa, sayang. Umur mereka sudah tidak pantas untuk mendapat perhatian dariku."

Alora tertawa pelan begitu mendengar perkataan suaminya, "Loh, tidak masalahkan? Mereka tetap adikmu, jadi setidaknya kamu membantunya mas."

Gillmore memeluk tubuh sang istri erat. Mereka berdua memang masih terlihat begitu romantis diumur mereka yang sudah melebihi setengah abad itu.

"Aku tidak bisa, sayang. Gideon sudah memilih jalannya sendiri, dia harus mampu mempertanggung jawabkannya." Ucapnya.

Alora balas memeluk tubuh besar suaminya, ia mengusap rambut yang sudah hampir sepenuhnya memutih itu dengan lembut.

"Terkadang aku merasa bersalah mas pada Gideon. Dia seseorang yang begitu menyayangi keluarganya melebihi apapun." Lirihnya.

Gillmore melepas pelukannya lalu mengangkat wajah sang istri agar menatapnya.

"Tidak perlu khawatir, Gideon tidak selemah itu." Ucap Gillmore berusaha menenangkan.

Alora menggeleng, ia menatap suaminya sendu, "Anak itu, kita tidak bisa menjaganya. Hanya Gideon yang berjuang mati-matian....." Ucapnya yang mulai terisak.

Gillmore mengeraskan rahangnya begitu melihat istrinya yang menangis, ia tidak menyukai itu.

"Kita tidak ada disaat Gideon membutuhkan kita......." Isak Alora.

Gillmore memeluk tubuh Alora erat, ia mengusap punggung sang istri mencoba menenangkan.

"Rasa sakit ini tidak sebanding dengan apa yang sudah dilalui Gideon juga anak itu......." Lanjut Alora sembari mencengkram pakaian Gillmore.

Gillmore terdiam sembari terus mengusap punggung sang istri. Entah mengapa, ia tiba-tiba saja teringat dengan wanita itu.

"Tuan Gillmore! Lihatlah, anak saya begitu tampan kan sama seperti daddy nya."

Perasaan bersalah, apa ia merasakannya juga?

"Wanita itu, apa bisa kita menganggapnya sebagai menantu juga?" Ucap Gillmore tiba-tiba.

Alora melepaskan pelukannya, ia mendongak menatap sang suami dengan raut wajahnya yang terlihat sedikit terkejut, namun ada raut bahagia juga disana.

"Tentu saja!" Jawab Alora dengan senyum lebarnya.

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang