10 tahun kemudian...
Hari ini SMA Elang Putih telah kedatangan murid baru pindahan dari Surabaya, dimana kabarnya ia adalah seorang pria tampan bertubuh tinggi dan berkulit putih yang dapat dipastikan akan menjadi most wanted kedua setelah Dylan Aryana Putra.
“Ra, sekarang cowok lo bakal punya saingan nih”
“Maksud lo murid baru itu?” Alya mengangguk.
“Ya elah Al, dia aja belum dateng tapi lo udah yakin aja kalo tuh orang ganteng” ucap Tania karena tidak setuju dengan perkataan Alya.
“Gini ya gaes, mau dia seganteng apapun tapi dihati gue cuma Dylan” Ujar Kara dengan tersenyum mengejek kedua temanya yang masih jomblo itu.
“Awas aja kalo lo malah pindah kelain hati setelah liat tuh cowok” ancam Alya.
Akhirnya waktu yang ditunggu para siswi pun tiba, dimana sosok pria tampan itu datang. Ia sedang berjalan dikoridor mencari ruang kepala sekolah.
“Astaga gantengnya”
“Maknya ngidam apaan ya dulu”
“Gila lebih ganteng cuy dari si Dylan”
Sedangkan pria itu hanya acuh dan terus saja berjalan meskipun sepanjang jalannya ia selalu disapa genit oleh para wanita yang saat ini sedang menatapnya.
Setelah 5 menit mencari, akhirnya ia menemukan ruangan yang bertuliskan ‘kepala sekolah’, lalu ia segera masuk dan berbincang-bincang dengan kepala sekolah sebelum memasuki kelas.
***
“Gaes kalian harus tau, tuh murid baru ganteng banget woi astagahhh” teriak Alya menghampiri Kara dan Tania yang sedang bermain ponsel dikelas.
“Seganteng apa emang?” tanya Tania.
“Pokoknya bak dewa yunani deh”
Baru saja mereka ingin meneruskan obrolan, tiba-tiba Bu Nina selaku guru mata pelajaran pertama pun masuk, tapi kali ini beliau tidak sendirian karena disampingnya terdapat seorang pria tampan yang memakai seragam sekolah.
“Selamat pagi semuanya”
“Pagi Bu” jawab seisi kelas dengan kompak.
“Sebelum memulai belajar, saya ingin memperkenalkan teman baru kalian. Silahkan perkenalkan diri kamu”
“Halo nama saya Lakshan Ettan Naratama, panggil aja Lakshan”
“Kenapa nama itu kayak nggak asing ya” batin Kara yang duduk dibelakang barisan kedua.
“Baik apakah ada yang ingin ditanyakan?” tanya Bu Nina memastikan.
“Udah punya pacar belum?”
“Panggil sayang aja boleh nggak” seluruh murid bersorak ria terutama kaum hawa.
“Sudah-sudah, Lakshan kamu silahkan duduk disebelah Kara aja ya kebetulan kursinya memang kosong” tunjuk Bu Nina kearah tempat duduk Kara, sedangkan Kara langsung terperanjat kaget.
“Disebelah saya aja Bu” protes yang lainnya tidak terima.
“Kita mulai pelajarannya sekarang” Bu Nina pun mulai menulis sesuatu dipapan tulis dan kini semuanya kembali fokus menghadap kedepan.
“Hai gue Kara, salam kenal” Kara menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Lakshan namun ia justru acuh dan tidak peduli.
“Huh nyebelin banget sih” gerutu Kara dalam hatinya.
***
Waktu istirahat pun tiba dan seluruh siswa-siwi mulai berbondong-bondong ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah lapar sejak tadi, begitu pun dengan Kara, Tania dan Alya yang saat itu juga tengah duduk dikantin sambil menunggu pesanan mereka datang.
“Ra, gimana rasanya duduk sebangku sama Lakshan?” tanya Tania dan Alya kepo.
“Kesel gue, orang mau ngajak ngobrol malah dicuekin” Tania dan Alya malah tertawa.
“Hai Ra” tiba-tiba seseorang datang dan duduk disamping Kara dengan senyuman manisnya.
“Eh hai, gimana udah selesai rapat osisnya?” Dylan mengangguk sambil mengelus rambut Kara.
“Al, kita pindah aja yuk males banget gue jadi nyamuk” Tania menarik tangan Alya lalu mereka pindah tempat duduk.
“Yee gitu aja ngambek lo pada” Kara tertawa puas melihat kedua sahabatnya itu manyun.
“Aku denger kamu duduk sama murid baru yang namanya Lakshan itu ya?” tanya Dylan dan Kara mengangguk pasti.
“Kenapa kamu cemburu?”
“Ya udah pastilah aku cemburu, kamu pake nanya lagi”
“Kamu nggak usah cemburu karena dihati aku cuma ada kamu” Kara dan Dylan tertawa bersama mencurahkan kebahagiaan mereka.
Setelah kurang lebih satu jam, bel masuk pun kembali berbunyi. Seluruh murid yang tadinya berada diluar kini mulai masuk kekelas mereka masing-masing.
“Gaes, ini PR kita udah dinilai sama Bu Yeni jadi gue bagiin lagi bukunya” ucap Doni selaku ketua kelas.
“Rehan Wiratama”
“Tania Maulidina”
“Zaka Adriyan”
“Alya Putri Fania”
“Kara Tsania Esha” Mendengar nama Kara disebut, Lakshan langsung mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Kara yang baru saja mengambil bukunya didepan.
“Nama lo Kara Tsania Esha?” tanya Lakshan.
“Iya kenapa emang?”
“Nggak papa”
“Lo asli orang Jakarta?” tanya Lakshan lagi.
“Sebenernya gue dari Surabaya tapi gue udah tinggal lama di Jakarta” jawab Kara jujur.
“Apa mungkin dia Echa” batin Lakshan.
“Udah berapa lama lo tinggal di Jakarta?” lagi-lagi Lakshan bertanya pada Kara, hingga membuat Kara bingung karena tumben sekali pria cuek sepertinya banyak bertanya seperti itu terlebih lagi tentang hidupnya.
“Udah sepu...” baru saja Kara akan menjawab tiba-tiba datang Tania dan Alya yang menanyakan tentang nilai PR nya.
“Lo dapet berapa Ra?”
“90 dongg” jawab Kara dengan bangga.
“Tuh kan Tan gue bilang juga apa, nilai Kara pasti lebih tinggi” ujar Alya sedangkan Kara hanya tertawa pelan.
“Gue harus cari tau lebih dalam tentang Kara” batin Lakshan lagi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal
Teen FictionSahabat yang tidak pernah terpisahkan sejak kecil, namun tiba-tiba mereka harus kehilangan satu sama lain karena sebuah tragedi yang menimpa salah satu diantara mereka. Sejak saat itu, waktu berjalan lebih cepat dan tidak terasa telah melampaui sepu...