3. Pinjaman

41 11 4
                                    

°°°

Disinilah gue, menunggu. Kalo kata orang nunggu itu nggak enak. Ya, emang bener. Buktinya gue sudah berdiri di pinggir jalan buat nunggu manusia gak tau diri.

"Buset lama bener. Gue harus tidur, makan, masak, nonton drakor baru tuh dateng."

Danielle mengomel dengan bibirnya yang sedikit dimonyongkan. Lebih ke ngolok sih. Mohon maaf sudah kebiasaan, susah hilangnya.

Tetiba kedengaran suara klakson dari arah belakang. Anggap aja jalanannya di bagi tiga arah, depan, samping, dan belakang. Dikira mata angin apa?.

"Lama amat lo."

"Sorry, lo ngapain naik motor gue?"

"Hah?"

Gue bingung terdiam tak bersuara. Gue pelototin tuh ketos, ga peduli and gak takut.

"Nggak usah sinis, motor-motor gua"

"Terus, kalo gua ga naik mau kemana?"

"Turun. Kita jalan kaki."

WHAT??!













Selama perjalanan gak ada angin, panasnya sampai membakar kulit. Jadi kepikiran orang yang kerjanya menantang matahari di siang bolong. Jujur, mereka hebat dan kuat banget demi mencari nafkah.

Gue menatap langit bersih tanpa awan. Indahnya! Gue perhatiin si ketos juga menatap langit yang sama, eakk... udah kayak lagu aja.

"Oi, awas melamun."

Leehan berbalik menghadap Danielle yang sedang tersenyum licik. Kenapa lagi dia, pikirnya.

"Kenapa kalo gua melamun? Mau gua perhatiin elunya?"

"Gabut."

"Maksud lu?"

"GA BUTUH."

Leehan cuman ber-oh ria.

Seperti yang kalian lihat, perjalanan dua sejoli ini penuh dengan keceriaan hingga Danielle teringat sesuatu yang penting.

"Kenapa gue harus ikut lu?"

"Nanya?"

"Bertanya-tanya, gue."

"Lucu."

"Gak ngelawak sih."

Dalam hati mah Danielle udah sebel akut. "Please, i've had enough of this conversation. GOOD BYE!"

Rasanya pengen ngomong gitu, biar dia bisa pulang terus mandi, seger banget. Kulitnya udah lengket kek karet akibat keringat.

Setelah berjalan selama 30 menit akhirnya sampai di sebuah rumah. Gue takjub ngeliat bangunan yang tinggi menjulang dengan bentuk artistik.

Leehan ngajak gue masuk, eh, sok akrab banget guenya. Panggil ketos aja kali.

Gue lebih terpana lagi dengan isi dalamnya. Penuh dengan warna merah bercorak emas, khas kerajaan inggris. Jadi inget pas gue kecil sering diajak paman sama tante ke sana.

Saking serunya ngeliatin benda-benda antik yang terpampang indah di dalam lemari kaca. Ga sadar kalau didepannya ada orang yang lagi berdiri.

"Aduhhh... coba kalo jalan tuh pake mat-"

"LEEHAANNNN!! KOK PUNYA PACAR GAK NGASIH TAU KAKAK!"

Eh, pacar? Siapa? Gue?

Otak Danielle mencoba mengolah teriakan barusan. Tapi gak sempat karena tangannya sudah ditarik.

"Kenalin Somi, kakak Leehan" Matanya berbinar kayak nemu harta karun.

Belum sempat jawab, Leehan langsung tancap gas.

"Jangan ganggu pacar gua"

...

Pacar? Pacar... PACAR!!

"Heh mulut panci, sejak kapan gue ama lu jadian?"

Lelaki itu langsung membungkam mulut Danielle.

Respon Somi malah di luar nalar. "Ih gemes banget sih kalian."

Bukan main. Hari ini dirinya sudah dibuat terherman-herman sama jalan pikir dua penghuni rumah.

"Terus gimana ketemu Leehan, Dani...elle? Danielle ya?" Tanya Somi sambil membaca nametag seragam gue.

Dengan cepat Leehan menarik tangan gue dengan tangannya yang masih setia nutup congor gue yang siap ngomel seribu bahasa.

Kita berdua keluar ke halaman belakang rumah. Rada kaget ada kolam renangnya yang luas banget. Sebelum keluar tadi gue sedikit denger Kak Somi teriak "awas Danielle! Orangnya posesif tuh" diselingi tawa renyah.

Hadeuh plis deh, gue bukan siapa-siapanya.

"Jangan baper gue cuman mintol doang."  Leehan buka suara tanpa melirik ke arah Danielle yang sudah dipastikan mulutnya lagi gatel pengen ngamuk.

"Besok gue ada rencana hangout bareng keluarga. Kebetulan sepupu gua pada bawa pasangan, gue pinjam lu sehari."



Dikira gue tukang pinjol apa?!!!



























Lanjuttt nihhh

Senyum dan ketawa sendiri ngetiknya WAKAKAK

30/10/2023

KETOS Rules | Leehan x DanielleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang