1. Nejihina

650 56 5
                                    

"Cinta pada pandangan pertama itu dusta, kupikir begitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta pada pandangan pertama itu dusta, kupikir begitu. Atma yang hampir kurebut, benci dipeluk tulus. Nona, apakah ini caramu membalas dendam? Dengan merebut hatiku."

– Hyuga Neji

"Aku terlalu fokus dengan sesuatu yang sulit aku gapai, tanpa menyadari ada uluran tangan yang siap membantuku kapanpun."

– Hyuga Hinata.

***

Perang dunia Shinobi memang telah berakhir. Seluruh dunia mengakui seorang Uzumaki Naruto yang dulu ditepikan, tak dianggap ada dan disebut monster sebab dia mengemban rubah ekor sembilan di dalam tubuhnya. Meski begitu, trauma dan kesedihan atas gugurnya para pahlawan di medan perang tak akan hilang begitu saja.

Di atas brankar rumah sakit, Hinata Hyuga duduk dengan tatapan yang mengarah keluar jendela. Senyumnya terukir, anak-anak berlarian, para laki-laki bergotong-royong melanjutkan pembangunan ulang desa yang sempat hancur, ibu-ibu saling berbagi makanan.

Bunga sakura berguguran, takkan sedamai ini tanpa kerja keras seluruh ninja dari berbagai desa, terutama Naruto dan seluruh shinobi ... mungkin Sasuke ikut andil, tapi dia belum dibebaskan sebab masih dianggap penghianat.

"Hinata."

"Naruto - Kun .... " Tatapan Hinata terfokus pada salah satu lengan Naruto yang buntung. Pahlawan dunia ... ada di sini, laki-laki yang dia cintai, mengunjungi....

Senyumnya tampak lebih lebar dan bahagia, keberhasilannya membawa kembali Sasuke uchiha mungkin salah satu alasannya. "Aku baik-baik saja, Hinata. Bagaimana dengan dirimu?"

"Nona Tsunade bilang aku bisa kembali ke rumah sore nanti." Kulit seputih salju terdapat rona merah di pipi, Hinata memalingkan wajahnya, tersipu.

"Bagus, Hinata!"

Hinata membalasnya dengan senyum lembut, sementara laki-laki pirang sibuk memutar bola mata.

Sebagai seseorang yang selalu memperhatikan setiap gerak-geriknya, Hinata menangkap kegelisahan di mata biru itu, mengatakan keraguan untuk memberikan pengakuan.
"Hinata...," panggilnya. Cukup membuatnya terkejut karena Naruto seringkali berteriak daripada berbicara lirih dan berat.

"Aku akan mendengarkannya dengan seksama, Naruto - Kun...."

Suaranya lembut seperti biasa, bola mata biru terpejam, tak sanggup menatap binar tulus pada rembulan di matanya. "Kau adalah salah satu dari orang yang menganggapku berharga saat yang lain memandangku sebagai sampah, aku selalu berpikir mengapa seorang putri bangsawan mau memandang sikap bodohku dengan binar kekaguman, bahkan mempertaruhkan nyawanya demi bocah konyol sepertiku."
Naruto menunduk.

Jantung Hinata berdegup begitu kencang, seolah aliran darahnya menuju wajah hingga membuatnya memerah dan terbakar.

"Hinata ... aku pasti sudah menyerah tanpa uluran tanganmu. Terima kasih, telah melihatku.  Terima kasih, telah mencintaiku dengan begitu tulus."

Menatap Naruto tak sanggup, Hinata memainkan jemarinya gugup.

"Aku sudah berjanji kepada seseorang, sebagai seorang pria, aku tak ingin menjadi pecundang dengan mengingkari janjiku sendiri."

"Janji?"

"Tidak dalam waktu yang dekat, tapi kupikir... aku harus memberitahumu terlebih dahulu." Naruto berdiri, membuat sebelah lengan kaos panjangnya bergerak-gerak tertiup angin. "Aku membuat janji dengan putri Shion untuk menikahinya kemudian hari."

Hinata tidak tahu bagiamana cinta bekerja, dari jantungnya yang berdebar, hatinya yang berbunga-bunga dan terampas oleh badai yang menciptakan genangan air di sekitar matanya.

Binar cinta terganti oleh sorot terluka. "Apa kau mencintainya?"

"Aku menyukainya."

Rambutnya yang semakin memanjang berkibar, Hinata tersenyum meski menahan tangis. "Aku akan berdoa untuk kebahagiaanmu, Naruto- Kun .... "

"Terimakasih, aku akan menantikanmu bahagia, meski bukan bersamaku. Hinata ... kau mungkin tak menyadarinya, tapi dia selalu didekatmu, melindungi dan mencintaimu tanpa takut apapun." Segenggam bunga lavender diletakkan di vas atas nakas, Naruto tersenyum tulus sebelum melangkah meninggalkannya.

Ada goresan luka dalam yang Hinata yakin, nona Tsunade sekalipun tak mampu menyembuhkannya. Hinata hampir kehilangan nyawa berkali dalam hidupnya, dan saat ini, perempuan itu justru berharap tak hidup sampai detik ini.

***

Pasca perang, klan Hyuga cukup kehilangan banyak anggota, terutama dari keluarga cabang yang diwajibkan melindungi keluarga utama. Hinata duduk sopan dengan wajah ramah tanpa menunjukkan betapa terlukanya hatinya saat ini. Anggota klan yang tersisa dikumpulkan untuk rapat, para tetua Hyuga memasang wajah dingin penuh kharisma.

"Hanya tersisa sedikit generasi muda kita. Kekkei genkai harus diturunkan, byakugan tidak boleh punah."

Yang tersisa kebanyakan pria-pria yang sudah berumur, Hinata menatap Neji yang tiba-tiba mengalihkan pandangannya.

"Kita butuh pewaris."

Hinata sedikit menyesali takdirnya yang terlahir bukan sebagai laki-laki yang kuat, seharusnya Neji yang lebih pantas menjadi penerus di keluarga utama.

Hiashi memejamkan mata. "Neji, menikahlah dengan putriku, Hinata."

Keterkejutan di wajah Neji menjadi ekspresi langka yang ditunjukkan.

"Hinata, aku mengandalkanmu."

Terlahir dengan tubuh lemah sebagai Hyuga, Hinata kecil dibuang, bergabung menjadi Shinobi yang bisa saja mati dalam misi, lalu sekarang ... dia dibutuhkan untuk melahirkan seorang anak agar byakugan tidak punah?

...  Padahal tentang siapa yang Hinata cinta bukan lagi rahasia bagi penduduk Konoha.

***

"Aku akan berusaha untukmu, Hinata- Sama. Apapun caranya, pernikahan kita —"

"Kau telah mengorbankan banyak hal, Nii-San. Sekarang kau justru dipaksa menikahiku ... aku minta maaf."

Tubuh tegap, mata tajam dan dagu runcing Neji kerap membuat beberapa wanita jatuh hati, rambut coklat panjang yang diikat menawan, wajahnya yang jarang berekspresi ... Hyuga mengurung Neji dalam sangkar tanpa memberi dia ruang untuk melakukan keinginan.

"Hinata- Sama ... anda tak perlu meminta maaf."

"Seharusnya kau menikah dengan perempuan yang kau cinta."

Neji geming, memejamkan mata tanpa Hinata bisa membaca pikirannya.
"Aku akan berusaha agar anda bisa bersama Naruto."

"Aku adalah Hyuga, aku tak akan bisa mengubah takdirku. Neji - Kun ... mohon bantuannya, maaf, selalu merepotkanmu." Perempuan itu membungkukkan badannya.

Hari ini banyak membuatnya terkejut, di bawah pohon sakura, perempuan dengan ketulusan hatinya tersenyum seperti biasa. Panggilan baru untuknya cukup membuat Neji kesulitan bernapas karena gugup.

"Aku tak pernah merasa direpotkan, Hinata-Sama."

"Boleh aku meminta satu hal?"

"Tentu."

"Jangan panggil aku dengan formal. Panggil aku Hinata, pandang aku sebagai wanita, bukan adik atau keluarga utama yang harus kau lindungi."

"Asal kau tau, Nona. Hatiku liar tanpa kendali dan memandangmu sebagai pujaan hati tanpa kau sadari. Aku melupakan posisi dan mencintaimu dari awal kita bertemu."

Bersambung.

Fyi, cinta pertamaku di Naruto adalah Neji, tapi dahlah...
Nulis ini karena kangen 😭👎

The Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang