MEMORIES

18 1 0
                                    


Di tengah cahaya senja yang merona dan kian meredup, Alea duduk di tepi jendela apartemennya, menatap gemerlap kota New York yang tak pernah tidur. Dia tersenyum puas, menatap sebuah buku tebal yang baru saja dia terima hari ini. Salah satu cerita yang telah lama dia tulis akhirnya menjadi sebuah novel indah. Itu adalah hasil dari kerja kerasnya, mimpi yang akhirnya terwujud.

Alea teringat bagaimana semua dimulai, ketika dia masih kecil dengan rambut kusut dan lembaran-lembaran kertas yang berisi semua tulisannya, bermimpi suatu hari nanti menginspirasi dunia dengan tulisan-tulisan tersebut. Dia teringat bagaimana orang-orang meragukan mimpinya dan mentertawakannya. Namun, Alea tahu bahwa di balik senyum-senyum skeptis itu, dia memiliki bara yang tak terpadamkan.

Saat itu, sebuah ketukan lembut terdengar di pintu apartemennya, mengalihkan perhatiannya dari kenangan masa kecil. Alea bangkit dan membuka pintu, menemukan sahabat lamanya, Kenan, berdiri dengan senyum hangat dan sebuket bunga di tangannya.

"Ken! Masuklah," sapa Alea, sedikit berdebar-debar.

Kenan melangkah masuk, menyerahkan buket bunga itu. "Selamat, Alea. Aku tahu kau pasti berhasil."

Alea tersenyum, menerima bunga itu. "Terima kasih, Ken. Ini sangat berarti bagiku."

Mereka duduk di sofa, berbincang-bincang sambil menikmati teh hangat. Kenan menatap Alea dengan mata yang penuh kekaguman.

"Aku ingat pertama kali kau menunjukkan tulisanmu padaku," kata Kenan. "Aku tahu dari saat itu bahwa kau punya bakat luar biasa."

Alea tersipu, merasa pipinya memerah. "Kau selalu mendukungku, bahkan ketika orang lain meragukan mimpiku."

Kenan tersenyum lembut. "Itu karena aku selalu percaya padamu, Alea."

Hening sejenak menyelimuti mereka, hanya terdengar suara lalu lintas kota di luar jendela. Alea mengumpulkan keberaniannya, merasakan detak jantungnya semakin cepat.

"Ken, apa yang membuatmu selalu yakin padaku?" tanya Alea.

Kenan memandangnya dengan penuh ketulusan. "Kau punya semangat yang luar biasa. Cara kau berjuang untuk mimpimu menginspirasi banyak orang, termasuk aku. Bagaimana mungkin aku tidak percaya padamu?"

Alea merasakan kehangatan dalam hati mendengar kata-kata Kenan. "Aku senang kau selalu ada untukku."

Kenan tersenyum, matanya bersinar. "Aku akan selalu ada untukmu, Alea. Tidak peduli apa yang terjadi."

Mereka terus berbicara, berbagi kenangan dan impian yang telah terwujud. Malam itu, Alea dan Kenan kembali merasakan kebersamaan sebagai sepasang sahabat yang tumbuh sejak mereka kecil.

***

Malam semakin larut, tapi percakapan mereka terus mengalir tanpa henti. Kenan dan Alea berbagi tawa dan cerita, mengenang masa lalu dan merencanakan masa depan. Lampu-lampu kota New York di luar jendela menciptakan suasana hangat dan nyaman di apartemen Alea.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Kenan, meletakkan cangkir tehnya di atas meja.

Alea tersenyum, memandang novel di tangannya. "Aku ingin terus menulis. Ada begitu banyak cerita yang ingin kubagikan. Dan tentu saja, aku ingin bukuku ini mencapai sebanyak mungkin orang."

Kenan mengangguk. "Aku yakin buku ini akan sukses besar. Kau punya bakat yang luar biasa, Alea."

Alea tersipu, merasa pipinya memerah lagi. "Terima kasih, Kenan. Dukunganmu selalu berarti bagiku."

Kenan tersenyum lembut, matanya penuh dengan kekaguman. "Kau tahu, Alea, melihatmu berhasil seperti ini membuatku berpikir tentang mimpi-mimpiku sendiri. Mungkin aku harus lebih berani mengejar apa yang kuinginkan."

Alea menatap Kenan dengan rasa ingin tahu. "Mimpi apa yang ingin kau kejar, Kenan?"

Kenan menghela napas, sejenak merenung. "Aku selalu ingin membuka kafe kecil, tempat di mana orang-orang bisa datang untuk bersantai dan menikmati secangkir kopi yang enak. Tempat yang nyaman dan penuh dengan buku-buku untuk dibaca."

Alea tersenyum lebar. "Itu terdengar seperti mimpi yang indah. Dan aku yakin kau bisa mewujudkannya, Kenan. Kau punya semangat dan tekad yang kuat."

Kenan menatap Alea dengan mata bersinar. "Kau benar. Jika kau bisa mewujudkan mimpimu, aku juga bisa."

Hening sejenak menyelimuti mereka, hanya terdengar suara bising kota dari kejauhan. Alea merasakan hatinya berdebar, ada sesuatu yang ingin dia katakan namun dia ragu. Akhirnya, dia mengumpulkan keberaniannya.

"Kenan, ada satu hal lagi yang ingin kukatakan," ucap Alea pelan, hampir berbisik.

Kenan menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa itu, Alea?"

Alea menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kau tahu bahwa kehadiranmu dalam hidupku sangat berarti. Kau selalu ada di sisiku, mendukung dan menyemangati aku. Aku tidak bisa membayangkan mencapai semua ini tanpa kamu."

Kenan tersenyum, menggenggam tangan Alea dengan lembut. "Aku juga merasa begitu, Alea. Kau selalu menjadi inspirasi bagiku."

Alea tersenyum tipis, menatap Kenan dalam diam, dia menyadari bahwa semua cerita yang dia tulis adalah bagian dari kisah mereka. Setiap kata dan setiap halaman mencerminkan jejak perasaan dan kenangan bersama Kenan, yang selalu menjadi sumber inspirasinya. Dalam keheningan itu, Alea merasa ikatan mereka semakin kuat. Mereka berdua tahu bahwa apapun yang terjadi, mereka akan selalu ada satu sama lain, mengejar mimpi-mimpi mereka bersama.






Hey y'all, I'm back with a juicy stories for ya. Enjoy! Don't forget to like , drop a comment, and let me know what you think!!!!! keep my story hshshhshs :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEDUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang