Pagi ini, Megumi dan Kiari kembali menelusuri jejak benda kutukan itu. Mereka mulai memasuki daerah sekolah yang dekat dengan area terakhir kali benda itu diletakkan.
"Cuacanya cukup cerah ya." Kiari meregangkan badan. Sekolah ini cukup hidup dan berwarna, sangat berbeda dengan sekolahnya yang suram. Megumi menggumam.
Mereka mulai menelusuri daerah sekitar. "Tapi banyak aura jahatnya sih." Kata-kata tambahan Kiari terdengar ketika mereka melewati sebuah lapangan yang sepi. Ini adalah jam masuk para murid.
"Bukan urusan kita untuk saat ini." Megumi dengan kemeja putihnya berjalan di depan ketika Kiari masih melihat-lihat, ia segera menyusul dan mensejajarkan langkah.
"Betul sih, aku juga sedang malas mencari masalah." Kali ini Kiari hanya mengenakan pakaian kasualnya yang biasa, karena akan terlihat aneh ketika mengenakan seragam untuk masuk ke sekolah lain. Mereka berdua sama-sama menggunakan warna putih untuk atasan, dan bawahan hitam.
"Kita akan menunggu sampai waktu pulang sekolah, aku merasa bahwa benda itu diambil murid di sekolah ini." Megumi berkata dengan tenang. Kiari mengangguk.
"Kau mau makan sesuatu? Aku akan membelikan di kantin sekolah."
"Kita disini bukan untuk makan."
"Kalau begitu aku akan membelikan ramen instan untukmu. Tunggu ya."
Megumi memiliki perempatan imajer di pelipisnya yang mulus. Gojo Satoru dan Toka Kiari sama-sama menyebalkan.
~~~~~
Dengan cepat, waktu telah berubah sore hari. Kiari dan Megumi masih menelusuri daerah sekolahan, dengan Kiari yang memakan kue mochinya di jalan, dan Megumi yang terpaksa membawa minuman Kiari di tangan.
"Hey, bisakah kau membawa minumanmu sendiri?" Megumi berkata dengan ekspresi mencibir. Kiari menggeleng.
"Aku sibuk makan, tidak bisa membawa minuman."
"Maka, kau tidak perlu membeli minuman."
"Aku akan haus."
"Jangan makan."
"Aku lapar, Megumi."
Megumi akan membalas dengan kata-kata umpatan sebelum sebuah aura kutukan melesat dengan cepat di depannya.
Kiari dan Megumi menoleh spontan kepada sumber kutukan.
"Itu...."
"Benar."
Mereka berdua masih menatap bayangan pemuda yang berlari melebihi kecepatan manusia normal. Seorang pemuda berambut cepak merah muda dengan hoodie kuning yang mencolok.
"Kita ikuti dia." Megumi mengambil inisiatif pertama. Sedangkan Kiari mengikutinya dengan kue mochi yang dipaksakan masuk ke mulutnya semua.
Megumi berlari sekencang yang dia bisa, namun objek kejaran berlari seperti kuda. Mungkin, Kiari yang harusnya dapat mengejar pemuda itu. Namun gadis macho itu masih sibuk mengunyah mochi yang membuat kedua pipinya menggembung.
Mereka berdua kehilangan target ketika di persimpangan jalan.
"Cepat sekali." Kiari bersiul pelan, pipinya sudah kempes sekarang.
"Jika kau tidak bermain-main, mungkin kita bisa menangkapnya." Megumi cemberut.
"Jangan manyun begitu dong, Megumi-chan. Pasti aku bakal tangkap dia kok!" Megumi berjalan sangat di depan, meninggalkan Kiari yang merengek. Energi kutukan yang ditinggalkan mulai menipis, dan mereka harus menelusuri daerah ini sekali lagi tanpa petunjuk.
"Ini masih sore, kita sebaiknya santai sedikit." Kiari memberikan cengiran menyebalkan dan berbelok ke arah kedai ramen. Megumi di depannya melirik jengkel, ia kemudian memilih bergerak sendiri mencari misi mereka berdua.
Kiari tidak peduli.
Dia memiliki napsu makan yang besar, jadi setelah memesan dua mangkuk ramen jumbo, Megumi secara penuh telah terlupakan.
~~~~~
Ketika Kiari telah menyelesaikan acara mukbangnya, matahari sudah terbenam cukup lama. Malam sudah tiba, namun Megumi belum menghubunginya. Kiari kemudian bangkit dan pergi dari kedai ramen.
Matanya melirik pada langit-langit di area sekolahan yang mereka selidiki pagi ini. Hawa kutukan itu membuat sepasang matanya melebar kaget. Tubuh tingginya segera berlari secepat kilat dan melompati bangunan-bangunan sekitar. Dengan cepat segera menuju kembali ke daerah sekolahan.
Kiari melompati gerbang, berlari dengan tergesa memasuki sekolah yang gelap, mengikuti instingnya dan naik menuju lantai atas. Dalam sekejab, yang dilihatnya adalah bangunan yang rusak, dan kaca yang pecah.
Kiari melirik keluar.
Menatap tidak percaya, Kiari kemudian melompat keluar dan berdiri di depan Megumi yang terluka.
"Kau tidak apa-apa, Megumi?"
"Dia memakan jari Sukuna."
Mata Kiari bersirobok dengan mata pemuda berambut merah muda yang saat ini tengah tertawa jahat, tubuhnya diselimuti oleh tato-tato yang menjelaskan bahwa dia sedang dirasuki.
"Hahahaha, AKHIRNYA AKU BEBAss ?"
Namun, tato-tato itu kemudian hilang dalam sekejab. Mata pemuda yang jahat kini hanya tersisa mata yang polos dan kekanakan. Kiari menatap tidak percaya. "Bagaimana kau melakukannya?"
Pemuda itu linglung. "Melakukan apa?"
Kiari menyeringai.
"Bisakah kau bertukar dengan makhluk itu lagi?" Pemuda di depannya menunduk.
"Bisa saja, tapi Fushiguro bilang, dia sangat kuat. Kau bisa mati." Tatapan polos yang cukup imut di mata Kiari. Seringainya semakin lebar.
"Jangan khawatir, kau bisa berganti tubuh lagi setelah 10 detik." Jari-jarinya menyebutkan angka 10. Pemuda menggangguk.
"Baiklah, jangan mati."
Dan Sukuna kembali.
"HAHAHAHA, BOCAH. JANGAN SOMBONG BAHWA KAU BISA MENGENDALIKAN TUBUHMU! AKU AKAN MEMBUNUH ORANG-ORANG INI!"
Kiari tersenyum ringan. Ia menyatukan kedua tangannya dan melambai untuk mengeluarkan sebuah pedang yang cukup panjang. Berwarna keunguan dengan garis merah yang terlihat cantik, pedang itu diselimuti oleh energi kebiruan yang kontras.
"Silahkan, jika kamu mampu." Kiari memegang pedangnya dengan kedua tangan. Melesat secepat kilat ke depan Sukuna, dan melambaikan tangan dengan indah. Sebuah energi menyebabkan tanah bergetar dan sekitarnya menjadi hancur. "Upss, aku tidak boleh melakukan ini sepertinya." Tidak ada tudung yang dipasang.
Sukuna mulai menyerang membabi buta. Namun dihindari dengan baik.
"Satu jari tidak ada apa-apanya ya, sepertinya." Kiari menyeringai.
Sukuna menggertakkan gigi, dan ketika serangan yang sesungguhnya akan keluar. Kiari menepuk kedua tangannya.
"Sudah 10 detik."
Pemuda kerasukan kembali pada wujud manusianya. Kiari tersenyum hangat.
"Kamu cukup menarik." Kiari membiarkan tubuh pemuda itu pingsan dan jatuh ke pelukannya. Dia melirik Megumi, "kita kembali ke sekolah, Megumi."
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Impossible [Jujutsu Kaisen × OC]
FanfictionIni adalah kisah dari Toka Kiari, siswi macho kelas 1 SMK Jujutsu.