6 : Bukan Dia ?

3 2 3
                                    

•••●•••

"Pak Iwan dan Detektif Hendra kembali ke kantor sekarang juga." titah Adam melalui walkie-talkie

"Kami akan tiba di kantor tiga puluh menit kedepan. Tolong tangani orang tersebut terlebih dahulu sampai saya dan detektif Yasmine tiba."

"Baik Capt." jawab seorang lelaki di seberang sana.

Usai memberikan perintah kepada anggota timnya, Kapten Adam dan Detektif Yasmine berlari ke luar gang. Saat tengah menyusuri gang, tiba-tiba langkah Yasmine terhenti. Sedangkan di depan sana Adam telah jauh meninggalkannya. Detektif Yasmine lalu mengedarkan pandangannya tiga ratus enam puluh derajat. Wanita itu seperti sedang mencari sesuatu di balik tatapannya. Entah mengapa ia merasa sejak kedatangannya di gang salak beberapa waktu lalu seperti ada seseorang yang mengawasinya dari kejauhan. Namun setelah sekian menit mencari Yasmine tak kunjung menemukan apapun. Detektif wanita itu akhirnya kembali berlari menyusul sang kapten. Dalam benaknya, semoga hanya prasangkanya semata bukan benar-benar ada yang mengawasi gerak-geriknya.

"Berikan kunci mobilnya, saya yang akan menyetir." ujar Adam

Tanpa pikir panjang Yasmine kemudian memberikan kunci mobil tersebut pada Adam.

"Pakai sabuk pengaman dan pegangan yang erat."

Kapten Adam kemudian menginjak pedal gas dan berkendara melewati jalanan pinggir kota. Tak main-main skill Adam dalam berkendara ia pergunakan di waktu genting ini. Lelaki itu memacu mobil miliknya hingga kecepatan 100 km/jam. Sementara Yasmine yang duduk di bangku penumpang bagian depan berpegangan erat sesuai perintah Adam.

Selama perjalanan pulang, suasana di dalam mobil hening. Hanya suara klason yang sesekali terdengar memecah keheningan. Masing-masing dari mereka sibuk berperang dengan pikirannya sendiri.

Sesuai dengan perkiraan, Adam dan Yasmine akhirnya tiba dengan selamat di Kepolisian Distrik Biru dalam waktu tiga puluh menit. Perjalanan pulang mereka tempuh lebih cepat sepuluh menit dibanding ketika menuju ke TKP. Usai memarkirkan sedan navy milik Adam, mereka berjalan memasuki Kantor Kepolisian Distrik Biru. Namun kedatangan Kapten Adam dan Detektif Yasmine siang itu disambut dengan awak media yang telah berkerumun di depan pintu masuk kantor.

"Apa yang terjadi, Capt?" tanya Yasmine

"Sepertinya telah terjadi kekacauan besar." gumam Adam

Karena tak ada jalan lain, Adam dan Yasmine terpaksa menerobos para wartawan untuk masuk ke dalam kantor. Mereka berjalan membelah awak media dengan serangan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Benarkah pembunuh berantai jembatan biru datang menyerahkan diri? Tolong berikan statement atas kabar ini!" ujar seorang pewarta

"Capt, tolong berikan komentar." disusul dengan teriakan wartawan lain.

Alih-alih menjawab pertanyaan para pewarta, Adam memilih bungkam dan berjalan membelah kerumunan. Sesekali ia meminta agar akses jalan dibuka. Sedangkah Yasmine mengekori langkah sang kapten dengan wajah tertunduk.

"Tolong buka jalan. Untuk lebih lanjutnya akan kami sampaikan pada konfrensi pers."

Itulah statement terakhir yang diberikan oleh Adam sebelum akhirnya berhasil masuk ke dalam kantor. Keputusan yang tepat untuk tidak memberi pernyataan apapun kepada publik mengenai kabar seseorang yang datang menyerahkan diri sebagai pelaku pembunuhan berantai jembatan biru. Kali ini Adam tidak ingin gegabah seperti yang lalu agar kekacauan besar tidak terulang kembali.

"Apa yang terjadi?" Adam bertanya setibanya di kantor.

"Capt, satu jam yang lalu ada seorang lelaki datang menyerahkan diri dan mengaku sebagai pembunuh berantai jembatan biru." jelas Karin

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEMORIES [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang