PART 42

88 13 0
                                    

•Happy Reading•

Ujian kelulusan telah selesai dilaksanakan tepat dua minggu yang lalu. Dan hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu semua siswa karena pengumuman kelulusan akan dipajang di majalah dinding sekolah.

Di koridor sekolah, terlihat seorang gadis berlari kencang menuju majalah dinding yang terletak didekat perpustakaan sekolah. Mata gadis itu membulat sempurna ketika melihat para siswa kelas 12 telah mengerumuni mading itu.

Dengan napas yang tersengal-sengal, ia berusaha mendekati keramaian tersebut. Ia berjinjit setinggi mungkin, namun masih belum mampu untuk melihat dengan jelas kertas yang terpanjang di mading itu.

"GUE LULUS! YUHUUU!" sorak salah seorang siswa.

"GUE JUGAAA!!!"

"MAMAH AKU LULUSS!!"

"UGM I'M COMING!!!!"

Sorakan kebahagiaan mulai terdengar dari siswa-siswi yang telah melihat kertas hasil kelulusan.

"Yang udah lihat hasilnya minggir dong, gue juga mau lihat," pekik Visha. Ia menerobos siswa-siswi yang bertubuh lebih besar darinya dengan susah payah.

Saat sudah berada tepat didepan mading, gadis itu menatap lekat beberapa kertas yang terpajang. Matanya mulai mencari letak namanya. Tak membutuhkan waktu lama untuk ia menemukan namanya. Terlihat di kertas putih itu nama Navisha Aqila Anastasia berada di urutan kelima dari 250 siswa.

Perasaan gadis itu campur aduk. Matanya berkaca-kaca. Perlahan ia mulai menjauhi keramaian itu. Langkah kecilnya pergi menuju ke belakang gedung sekolah.

Ia duduk di sebuah kursi yang terlihat cukup usang. Gadis itu menatap sendu ke arah lahan kosong didepannya. Tanpa ia sadari bahwa ada seseorang yang menatapnya dari kejauhan. Seseorang itu jelas Arzan.

Hubungan keduanya saat ini benar-benar renggang. Untuk saling bertukar senyum saja sangat asing rasanya. Seolah-olah mereka tidak pernah saling menyayangi sebelumnya.

Perlahan Arzan melangkahkan kakinya mendekati Visha yang sedang melamun.

"Are you okay, Sha?"

Visha mengangkat kepalanya yang tertunduk. Mata gadis itu berlinang-linang. Detik berikutnya ia menggeleng pelan.

Arzan duduk disebelahnya. Kemudian ia memberikan beberapa lembar tisu pada gadis itu.

"Nangis aja, nggak usah ditahan," ucapnya setelah itu.

Arzan menepuk-nepuk pundaknya. "Lo perlu ini?" tanyanya dengan suara lembut.

"Gue gagal, Zan," lirih Visha. Ia menoleh pada Arzan, menatap laki-laki itu lekat. "Gue nggak bisa wujudin mimpi gue. Gue nggak bisa ke Swiss, Zan." Satu bulir air mata jatuh di pipinya tepat setelah mengatakan hal itu.

Arzan menggeleng. "Lo nggak gagal, Sha."

"Masih banyak cara untuk lo bisa kuliah ke Swiss. Percaya sama gue, ya?"

Visha memilih untuk diam. Kemudian ia kembali menatap lahan kosong itu. Pikirannya benar-benar kacau saat ini.

"Can i hug you?"

Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Arzan langsung membawanya kedalam pelukannya. Ia memeluk gadis itu erat. Sangat erat.

Visha hanya diam, tidak memberikan penolakan pada hal yang baru saja dilakukan oleh laki-laki itu.

Lantas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang