Everything'sㅡnotㅡGonna Be Okay

130 22 2
                                    

Haechan menggosokkan kedua tangannya dengan gugup. Ia hanya bisa menunduk dengan wajah gelisahnya, duduk di ujung lorong rumah sakit sendirian.

Sementara, di depan pintu ruang IGD teman-teman Mark menunggu pria itu dengan cemas. Bahkan Jaemin mondar-mandir sambil menggerutu pelanㅡmungkin berdoa atau mungkin juga mengutuk Haechan.

Haechan merasa mual, bau feromon alpha serta disinfektan bercampur menjadi satu di ruang tunggu dan hampir membuatnya pingsan.

Setelah beberapa saat, Jeno serta Renjun datang. Walaupun lelaki omega yang datang bersama Jeno itu menyiratkan wajah tidak suka pada Haechan, lelaki itu tetap berpura-pura menyapanya dengan ramah.

Jeno berlari ke arah Haechan. "Haechan, apa yang terjadi?" Ia bertanya dengan khawatir sambil berlutut di hadapan Haechan.

Haechan menggeleng pelan, membuat air mata yang berkumpul di pelupuk matanya jatuh seketika. "A-aku tidak tahu," jawab lelaki omega itu dengan suara bergetar dan terengah. "A-akuㅡaku kehilangan kendali lagi, Jen."

Haechan menggigit kukunya dengan gelisah, tubuhnya menggigil ketakutan.

Jeno langsung membawa tubuh gemetar Haechan ke dalam pelukannya. Membiarkan lelaki omega itu menangis dibahunya, dan menyebarkan feromonnya supaya Haechan merasa lebih tenang.

"A-aku seperti ayahku..." isak Haechan. "Aku seperti pria alpha itu. Aku tidak bisa mengendalikan diriku." Lelaki omega itu terus meracau.

"Ssshh, semuanya baik-baik saja, Haech. Kau tidak apa-apa. Aku ada di sini. Aku akan selalu bersamamu dan mendukungmu." Gumam Jeno. "Semuanya pasti akan baik-baik saja."

Haechan hanya bisa mengangguk, dan perasaannya berangsur membaik, bersyukur karena setidaknya Jeno ada di sampingnya dan meringankan sedikit bebannya. Haechan membiarkan dirinya menangis untuk sesaat, melepaskan semua rasa takut dan sakitnya.

Setelah beberapa saat, ia melepaskan pelukan itu. Ia merasa bersalah serta jijik saat ingus dan air matanya menempel pada bahu sang sahabat. "Ewh, maafkan aku." Sisa tangis serta tawa kecilnya menjadi satu.

Jeno dengan gemas ikut tertawa dan mencubit pipinya. "Tidak apa." Sambil mengusak kepala Haechan dengan sayang. "Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?"

Haechan menggeleng jujur, "tetapi setidaknya aku tidak sendirian." Jawabnya.

Jeno memasang wajah menyesal, "maafkan aku karena meninggalkanmu hari ini. Seharusnya akuㅡ"

"Tidak," sela Haechan. "Kau tidak harus selalu bersamaku dan melindungiku. I-itu bukan tanggung jawabmu. Aku memang seharusnya bisa melindungi diriku sendiri. Akuㅡmaafkan aku." Ia menghembuskan napaanya, "aku akan menjaga diriku lebih baik ke depannya." Janjinya.

Jeno mengambil tangan Haechan yang ada dipangkuan lelaki itu dan merematnya dengan pelan. "Haech... kau adalah sahabatku, kita telah bersama untuk waktu yang sangat lama. Mana mungkin aku meninggalkanmu dan membiarkanmu kesulitan, kita ada di sini untuk suatu alasanㅡ"

"Terima kasih, Jen." Sekali lagi Haechan menghentikan perkataan pria alpha di hadapannya. Haechan mengalihkan pandangannya dari Jeno dan bisa melihat Renjun yang sedang menunggu Mark bersama para alpha lainnya, dan lelaki itu kini tengah menatapnya dengan tajam. Seketika rasa bersalah Haechan muncul dihatinya.

"Lebih baik kau temani Renjun, kau datang bersamanya. Kau harus lebih memperhatikan lelaki itu." Haechan menelan ludah dengan susah payah, lelaki omega itu jelas sedang berbohong. Karena ia sendiri sebenarnya tidak ingin ditinggalkan.

Namun, sebelum Jeno hendak menjawab perkataan Haechan, pintu ruang IGD terbuka dan menampilkan seorang dokter serta seorang perawat. Semua orang yang ada di sana langsung menghambur dan mengerubungi dokter itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PenumbraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang