Aroma tanah yang terguyur air hujan menyapa hidung Nat, ketika gadis itu memutari komplek perumahannya. Udara yang lembab dan sejuk ini ia suka. Udara sehabis hujan. Lalu genangan-genangan air.. Ah, sebetulnya Nat paling tidak suka berkeliaran selepas hujan. Sebab ia bisa mendapati banyak genangan air di jalanan. Lalu sewaktu-waktu bisa terinjak oleh kendaraan yang melintas dan bisa menyiprat ke mana-mana. Nat paling gak suka itu.Tapi untuk soal aroma tanah yang kering yang terbasahi air hujan, Nat suka. Aromanya dapat mengundang perasaan-perasaan yang tak pernah Nat rasakan.
Untuk kebiasaannya yang belakangan ini muncul, Nat suka bersepeda ketika hujan berhenti. Rasanya Nat tengah menyambut sesuatu yang entahlah, Nat pusing memikirkannya. Kebiasaan ini mengingatkannya pada seseorang yang selalu memboncengnya.
Memang hanya orang gila itu yang rela menjemput Nat menggunakan sepeda ketika hujan berhenti. Lalu mengajak Nat berkeliling menggunakan sepeda. Ke mana saja. Tanpa arah dan tujuan pun, mereka tetap melakukannya.
Nat rindu. Tapi mana bisa ia memutar waktu, kan? Dan kalau ada kesempatan seperti itu, Nat ingin sekali menggunakannya meski harus menukarnya terlebih dahulu dengan hidupnya. Asal Nat bisa merasakan kembali masa-masa yang selalu terkenang dalam ingatannya. Tapi mana bisa? Lagipula Nat, kan, sudah memutuskan untuk move on. Sedikit-sedikit dia melupakan kenangan-kenangan yang tersisa dibenaknya. Meski belum sepenuhnya Nat bisa melupakan. Tapi perlahan Nat mulai mencoba.
Sepeda terasa oleng. Membuat Nat mengeratkan pegangan pada kaus yang dipakai orang di depannya.
"Yang bener dong!" Keluh Nat dengan decakan pelan.
"Ya sabar. Orang jalannya rusak tadi."
Nat memutar bola matanya jengah mendengar itu. "Dibocengin sama lo gak enak. Enakan sama—"
"Bacot, Nat. Gitu-gitu juga tetep aja lo ngajakin gue sepedaan mulu."
"Gak ada teman lagi, Geb. Maklumin lah."
Gaby mendengus. Natasha mentang-mentang rumah mereka berdekatan ya, seenaknya ngajakin dia sepedaan habis hujan. Padahal waktu hujan turun, Gaby selalu pergi tidur. Artinya ketika hujan reda Natasha langsung membangunkan Gaby seenak jidatnya.
"Tinggal sepedaan sendiri mah, Nat. Ganggu orang lagi tidur lo."
Nat meringis namun ia tidak merasa bersalah sama sekali. "Gak enak sepedaan sendiri tuh, Geb. Enakan dibonceng."
"Ya elo enak, gue capek goes."
"Hitung-hitung olahraga. Betis lo udah kayak..."
Gaby langsung menghentikan kakinya yang tengah menggoes. Seketika sepeda pun ikut terhenti dan menoleh ke belakang. "Kayak apa?"
Nat yang ditatap judes oleh Gaby hanya nyengir selebar mungkin. Lebih baik menghindari pertengkaran. Kan, bahaya kalau sampai Gaby ngambek gak mau diajak sepedaan lagi. Nanti Nat sama siapa?
Suara Gaby sudah akan kembali terdengar namun harus terhenti karena dering ponsel Nat yang berada di keranjang sepeda depan berbunyi. Gaby selaku orang yang paling dekat menjangkau benda pipih tersebut, mengulurkan tangan agar meraihnya. Ia bisa melihat nama yang tertera di ID Caller dan menunjukkannya pada Natasha.
Nat menghela napas. Pandangannya kemudian beralih pada Gaby yang juga menatapnya. "Angkat ajalah, Geb. Capek ditelponin mulu."
Gaby menurut. Ia menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut. Setelah beberapa saat tersambung, orang di seberang sana mulai membuka suarannya.
"Nat, memangnya gak bisa banget ya buat kamu kasih kesempatan sekali lagi ke aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Juan
General FictionNatasha mencintai Juan sederas hujan tapi Juan malah menepi untuk menghindar.