0.1

133 1 6
                                    


Biya tidak mengacuhkan Gio yang sedari tadi memerhatikan-nya. Gadis itu sibuk mengunyah, nasi goreng-nya lebih menggoda.

"Bi, kamu dengerin aku gak?" desak Gio.

Bahkan saat atensi semua orang dikantin pada-nya tidak membuat Biya terusik.

"Biiiiiii..." rengek Gio.

Biya menghela nafas, "Kenapa?"

"Kamu dengerin aku kan? aku gak niat selingkuh Bi. Dia yang nembak aku! padahal aku bilang aku punya pacar, tapi dia nawarin diri jadi selingkuhan, itu bukan salah aku, Bi!"

"Lo selingkuh tapi lo gak salah?"

"Selingkuh itu bagi orang yang niat, sedangkan aku gak niat. Dia aja yang nawarin diri!"

Biya mencibir, "Terus mau lo sekarang apa? putus?"

Gio menggeleng heboh, "Aku gak mau putus! gak akan! aku kan cowok bertanggung jawab makanya aku bilang ini ke kamu!"

Biya menatap Gio jengah.

"Kamu maafin aku kan? aku janji Bi, gak bakal ngulangin lagi!"

"Iya."

"Kamu beneran maafin aku kan?!"

"Iya, Gio."

Gio tersenyum sumringah, "Nanti bales chat aku Bi, jangan dianggurin!"

Biya berdehem.

Gio mengacak rambut Jeanna gemas, "Walaupun aku selingkuh dengan ratusan perempuan, cuman kamu satu-satu-nya yang ada dihati aku Bi!"

Prett, Biya ingin muntah mendengarnya. Berbeda dengan kebanyakan siswi yang mendengarnya. Bagi mereka itu adalah suatu hal yang bisa membuat mereka melayang sampai ke angkasa.

"Kalau gitu aku duluan ya, Bi. Mau ke warbeng, nanti kalau butuh apa-apa chat aku aja."

"Iya."

Gio tersenyum merekah, dia lantas melangkah pergi keluar dari kantin. Sedangkan Biya kini menghela nafas kasar, sudah jengah dia pada pemuda itu. Sudah diputuskan berkali-kali, tapi Gio selalu saja mendatangi-nya.

Renata yang duduk disebelah Jeanna turut bersedih akan nasib teman-nya itu, Renata menepuk-nepuk pundak Biya.

"Nasib lo gini amat, Bi." sahut Renata pelan.

Biya berdehem setuju.

"Dia selingkuh sama siapa kali ini?" tanya Renata penasaran.

"Gak tau."

Renata menggelengkan kepala-nya, "Cowok lu punya bakak lain gak sih, selain gonta-ganti cewek?"

"Gak ada."

"Lagian lo mau-mauan aja nerima dia, Bi. Muka doang yang ganteng, tapi spek dajjal, gue prihatin banget sama lo."

Biya lagi-lagi menghela nafas, "Seperti yang lo bilang, nasib gue gini amat."

"Tapi lo pernah gak sih mutusin dia kayak bener-bener mutusin dia sampai blokir semua tentang dia?" tanya Renata penasaran.

"Pernah."

"Terus terus gimana?"

"Dia ngancem bakal bunuh diri."

"Buset!" Renata tercengang, "Rada-rada emang cowok lo, Bi."

Biya mengangguk pelan, setuju dengan ucapan Renata.


•••


Biya tidak sakit hati?

Awal-awal-nya sakit. Bahkan Biya sampai overthinking setiap hari karena Gio selingkuh dari-nya.

Mereka sudah pacaran hampir 2 tahun, semenjak kelas 10. Awal pacaran tampak normal saja, Gio terdeteksi bucin akut pada-nya walaupun Biya itu termasuk gadis yang cukup pendiam dan tidak banyak tingkah. Gio tidak mempermasalahkan itu.

Tapi setelah itu, entah kenapa, Gio terang-terangan selingkuh padanya, hampir setiap minggu pemuda itu berganti selingkuhan. Dan bodoh-nya Gio selalu jujur dan menceritakan hal itu pada Jeanna tanpa memikirkan perasaan si gadis.

Seiring berjalan-nya waktu, Biya seolah tidak mempermasalahkan segala sesuatu yang terjadi dihubungan mereka. Kalau Gio selingkuh silahkan. Toh, setiap Biya meminta putus, pemuda itu selalu tidak menerima dan selalu mengancam agar mereka tidak putus.

Terserahlah, Biya sudah terbiasa dengan ini semua. Sejak dulu dia menerapkan prinsip agar tidak berharap lebih pada seseorang.

Dan disini Biya berada, baru saja menginjakkan kaki digerbang sekolah. Biya berdecih saat melihat Gio dengan wajah tanpa dosa membantu seorang gadis untuk naik ke motor-nya, disebrang jalan sana. Tidak lama Gio mengendarai motor-nya menjauh dari sekolah.

Tidak akan mengulangi-nya lagi? Biya terkekeh miris. Merasa kasihan pada diri sendiri yang mau saja bertahan sampai sekarang. Jangan salah, setiap hari Biya selalu memikirkan cara agar terhindar dari pemuda itu, salah satu-nya adalah, bersikap tidak perduli dan bodo amat dengan apa yang Gio lakukan.

Siapa tau Gio bosan dengan-nya kan?

Tidak ingin berlarut, Biya mulai melangkah tapi dia kaget saat suara klakson membuat pergerakkan-nya terhenti.

Biya menoleh kebelakang, ada sebuah motor hitam mengkilat berdiri disana, Biya menghalangi laju pemuda yang yang menjadi pengendara motor.

"Minggir." suara berat berasar dibalik helmet.

Biya membuang muka, dia sontak menepikan diri-nya guna memberi akses.

Detik kemudian, motor itu melewati-nya begitu saja. Biya menyibakkan rambut-nya dengan kesal. Kesal pada dirinya sendiri.

RewriteWhere stories live. Discover now