Malamnya, Princess sungguhan datang kerumah Karin. Ia mengendarai mobil sendiri, namun tetap ada beberapa pengawal yang mengikuti menggunakan mobil lain atas titah Raden. Pria itu begitu posesif terhadap Princess, begitu menjaga ketat anak perempuannya sampai-sampai di perlakukan layaknya princess sungguhan.
Saat ini, anak dari Raden itu sudah sampai pada tujuannya. Ia menunggu Karin diluar rumahnya dengan tetap didalam mobil. Mulutnya juga tidak diam, ia tengah mengemut permen batangan. Yang khasiatnya tidak berbahaya, pilihan Raden.
Saat melihat Karin keluar. Princess turun dari mobilnya, ia membawa buku tulisnya yang nanti akan dikerjakan Karin.
“Lo enggak mau masuk dulu Princess?” Karin menawarkan setelah memegang buku tulis Princess.
“Enggak sekarang. Maybe next time ya.”
Karin mengangguk mengiyakan. Lagipula sungkan rasanya mengajak Princess masuk kerumahnya yang tidak seberapa.
“Thanks ya. Gue pulang sekarang, bye Karin!”
Karin pun hanya menghela nafas setelah kepergian Princess. Tanpa berlama-lama diluar, ia masuk kedalam rumah.
“Temannya enggak diajak masuk, sayang?” Pertanyaan itu terlontar dari bibir ibu Karin.
“Ah, itu Princess ma.”
“Loh, iya? Kenapa enggak mau masuk?”
“Dia ada urusan mungkin," jawab Karin seadanya.
Ibunya Karin hanya sekedar mengangguk. Kemudian menengok buku tulis yang berada ditangan anaknya.
“Itu apa nak?”
“Ah, ini buku Princess. Aku pinjam catatannya karena tertinggal pelajaran.”
Mudah bukan Karin menjawabnya? Karena, bukan sekali, dua atau tiga kali ia mendapatkannya. Saking terbiasanya, Karin sampai merasa ia harus mengerjakan apapun permintaan Princess karena tidak enak jika hanya menerima.
Ibu mengangguk, kemudian kembali duduk di sofa untuk menonton televisi. “Lanjutin belajarnya sayang.”
Karin tersenyum tipis. Kemudian berlalu dari sana.
•🍂🍂🍂•
“Princess kesayangan kakak~”
Dari kejauhan Princess sudah mendengar suara menjijikkan itu yang semakin dekat. Ia yang tengah mencicipi brownies buatan pelayan langsung melahap habis brownies-nya.
Tak akan Princess biarkan Prince mencicipinya juga. Terlalu enak jika untuk Prince makan, sayang kalau brownies harus masuk ke dalam mulut cowok itu.
“Princess!”
“Jangan peluk aku, kakak jelek!” sewotnya, menahan Prince yang akan memeluknya.
“Astaga, kita satu produk Princess.” Prince berbicara dramatis.
“Beda! Kakak tuh terlahir karena paksaan oma,” cetus Princess – tak ada takut-takutnya pada sang kakak.
“Salah! Anak pertama itu di buat dengan penuh suka cita, beda sama anak terakhir. Papi sama mami pas ngolah lo asal-asalan.”
“Biarin! Yang penting papi lebih sayang aku!”
Prince tak mengelak, papinya memang memperlakukan Princess layaknya bayi yang baru lahir ke dunia. Begitu hati-hati dan penuh cinta kasih.
Para pelayan yang sibuk menyaksikan pun hanya tersenyum maklum. Perdebatan yang sudah biasa ini tak membuat aneh para pekerja. Mereka sudah sering menyaksikannya sedari Prince dan Princess kecil.
“Hei my princess, what are you doing?"
“Papi!” Princess senang melihat papinya. Ia langsung memeluk Raden.
“Princess habis makan brownies buatan mbak Rosa.”
“Loh, enggak bagi papi?”
“Enggak keburu, soalnya habis di perut Princess." Gadis itu menyengir.
Raden mengusap rambut Princess. “Sekarang jam tidurnya princess papi. Come on in the room. Jangan lupa bersih-bersih dulu.”
Princess mengangguk sambil menunjukkan jempolnya. “Oke! Good night pi.”
Lantas gadis itu pergi setelah mengecup pipi ayahnya. Dia pun terlebih dahulu menyempatkan untuk menendang kaki Prince, sehingga cowok itu berteriak sambil memegangi kakinya.
“PRINCESS!”
Raden menghela nafas, tidak protes pada sikap buruk Princess yang seenaknya. Raden tak bisa marah pada putrinya.
Baik dirinya dan Prince sangat menyayangi Princess melebihi rasa sayangnya pada diri sendiri.
Mereka berdua mencurahkan kasih sayangnya pada Princess tanpa mengurangi sedikitpun. Keduanya memilih menjadi pelindung Princess.
*****
Jangan lupa 3 ini; follow, vote comment!
Thank you:>
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Princess;
Teen Fiction"She is Princess." Welcome to this story! • • • Princess adalah gadis semaunya. Tapi dalam menyukai Shaka, dia menyerahkan seluruh hatinya. _penulishujan