part 2

834 101 18
                                    

Haidan di bawa oleh Ale ke dalam. Ale merangkul bahu haidan, sedangkan haidan masih terisak.

"Ayah, haidan pulang aja ya ke nenek, Jian pasti ga mau liat haidan lagi...." ucap haidan.

"Tidak haidan, kau akan tetap berada disini," ucap Ale sambil mengelus rambut haidan dengan sayang.

"Kau boleh berada disini, tapi dengan syarat kau akan menjadi pembantu rumah ini. Bukan sebagai bagian dari keluarga Aleandro."

Tidak! Itu bukan suara Ale, melainkan suara Jian. Tiba-tiba saja Jian datang dari arah tangga dan berucap seperti itu dengan angkuhnya.

Ale yang mendengar itu merasa marah. "Jaga bicaramu Jian!"

"Kenapa? Bukankah perkataan ku benar? Dia bukan keluarga Aleandro lagi bukan? Setelah dia pergi bersama ibu," ucap Jian sambil menyeringai lalu menatap haidan dengan tatapan yang meremehkan.

"Dan ya, seharusnya kau datang sebagai orang asing." Jian berjalan perlahan ke arah haidan. "Bukan sebagai Abang ku. Paham? Haidan?"

Ale yang mendengar itu semakin marah, siapa yang mengajarkan anaknya seperti ini coba? Perasaan Ale tidak pernah mengajarkannya seperti itu.

Ale berusaha sabar dan mulai meredamkan emosinya. "Jian, ayah tidak pernah mengajarkan seperti itu padamu. Bersikaplah lebih sopan pada abangmu."

"Mengajarkan katamu?" Jian terkekeh pelan. "Mengajarkan katamu? Tapi aku merasa kau tidak mengajarkan apapun padaku. Bahkan dari kecil sampai dewasa saat ini pun aku tak pernah merasakan apa halnya kasih sayang yang seharusnya kau kasih padaku. Kau ingin mengajarkan aku apa hah?" Jian menatap menantang pada Ale.

Ale yang melihat itu bukannya marah malah terlihat menatap sendu pada Jian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ale yang melihat itu bukannya marah malah terlihat menatap sendu pada Jian. Sedangkan haidan yang merasakan situasi yang menegangkan hanya bisa bersembunyi dibalik punggung Ale.

"Katakan padaku? Kau ingin mengajarkan apa padaku?" Mata Jian berkaca-kaca. "Kau ingin mengajarkanku berjalan? Tapi sayangnya aku sudah bisa. Kau ingin mengajarkan ku berbicara? Menulis? Membaca? Iya? Kau ingin mengajarkanku itu? Jika iya, maaf aku sudah bisa melakukan semuanya sendiri."

Ale tak kuasa melihat mata Jian yang berlinang air mata itu. Ale berusaha meraih tangan Jian namun Jian hempaskan. "Jian bukan seperti itu maksud ayah, ayah jelaskan...."

"Apa yang mau di jelasin? Sudahlah Jian tidak ingin berdebat lagi..."

~•0•~

Ale dan haidan sedang berada di sofa. Ale terus menenangkan haidan yang menangis terisak.

"Hiks.... Ayah, ke-kenapa Jian benci sama Abang???" tanya haidan.

"Sudah jangan menangis, sekarang haidan istirahat saja ya. Ayok ayah antarkan."

Ale dan haidan langsung menuju kamar yang akan di pakai haidan.

Tok tok tok

Haidan terdiam, jika kamar ini kosong kenapa Ayahnya harus mengetuk pintu? Aneh sekali.

MAAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang