Haidan sudah sampai di sekolah Jian. Sekolah Jian ini terbilang sangat elit terbukti dari gedung sekolah yang sangat mewah dan anak anak yang terlihat seperti anak orang kaya itu.
Haidan sedikit iri pada Jian, karena pendidikan Jian sangat terjamin disini. Tapi apalah daya? Ya sudah lah terima nasib saja.
"Oh hei lihat siapa itu yang datang kemari? Baru pertama kali lihat."
"Dia memakai baju biasa saja berarti bukan murid disini."
"Bajunya terlihat kampungan."
Deg
Haidan menatap bajunya. Perasaan bajunya biasa saja, ya walau tak bermerek mahal setidaknya masih layak dipakai. Biasalah pandangan orang berbeda beda kan. Haidan maklumi.
Haidan segera langsung menuju ruang BK dia tidak mau berlama lama disini.
Ceklek
Haidan memasuki ruangan itu dan ternyata disana ada banyak orang termasuk juga Jian yang babak belur itu. Haidan yang panik melihat wajah tampan Jian itu langsung menghampirinya.
"Ji-jian kamu ga papa?" haidan ingin memegang pipi Jian tapi Jian malah menghempasnya dengan kasar.
"Kenapa jadi dia yang datang kemari?" Batin Jian.
"Kau siapa nya Jian?" tanya seorang wanita yang sudah berkepala empat itu.
"Saya abangnya Jian."
"Oh jadi kamu abangnya? Ya hei! Tolong didik adik mu ini dengan benar. Apa keluarga mu tidak mendidiknya dengan benar?"
"Maksud anda?" tanya haidan dengan kesal.
"Tanyakan saja pada adikmu itu dia memukuli anak ku, lihat sampai babak belur!" wanita itu menunjuk ke arah anak nya yang sama babak belur, tapi lebih parah Jian sih menurut haidan.
Haidan berdecih lalu menatap tajam wanita itu. "lalu apakah anda tidak melihat adikku? Yang sama sama babak belur?"
"Ya itu pantas, karena dia sudah menuduh anakku! Tanpa bukti yang jelas."
Haidan mengangkat alisnya bingung.
"Jian, apa yang kamu lakukan?" tanya haidan dengan lembut.
Bisa kita lihat dari sini, seorang haidan akan lembut dan cengeng di hadapan Jian. Tapi saat berhadapan dengan orang lain? Boleh lah.
Jian mendelik kan matanya. "So? Lo pasti percaya sama ucapan mereka."
Haidan tersenyum menanggapi Jian. "Kalau begitu kita buktikan siapa yang bersalah disini." Mata haidan beralih pada guru BK yang sedari tadi hanya diam dan menatap mereka yang sedang bertengkar.
"Jadi Bu BK? Ada yang ingin dijelaskan?"
Guru BK itu mengangguk. " Ah iya jadi begini tuan, kenapa saya memanggil anda kemari. Karena adik anda..."
"Langsung saja ke intinya Bu BK," ucap haidan.
"Ah iya baik, jadi begini, Jian melakukan penuduhan kepada temannya yang buktinya saja tidak ada."
"Benarkah?" tanya Haikal. "Lalu apa tindakan yang akan Bu BK lakukan selanjutnya?" tanya haidan.
"Saya akan melayangkan surat peringatan ke pada ji--"
"Tanpa adanya usaha untuk membuktikan ucapan adik saya Bu?" potong haidan membuat Bu BK itu terdiam.
"Ya?! Usaha apa maksudmu? Bukankah yang harus usaha itu adalah adikmu? Dia yang menuduh anak ku tanpa bukti. Seharusnya dia yang berusaha untuk mencari buktinya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAAF
Short Storybagaimana rasanya jika kamu berada di posisi Haidan setelah membaca cerita ini? ~•0•~ ini kisah seorang adik Kaka yang dipisahkan oleh kedua orang tuanya. Dan seorang Kaka yang berjuang untuk mendapatkan maaf dari adiknya. Atau suatu saat nanti ak...