Anak Kucing Atas Sepeda

2 1 0
                                    

Tiga hari sudah terlewati semenjak Bobby bertemu Bobby si kucing Mbah Kung. Dan selama tiga hari itu dirinya datang ke rumah tersebut saat pagi hendak berangkat sekolah dan sore ketika pulang sekolah. Hanya sekedar bersih-bersih kecil, memberi makan, langsung pulang. Interaksi antara dua makhluk yang berbeda itu pun tak ada perkembangan, hanya sebatas bertemu.

Sama dengan saat ini, Bobby tiba di rumah Mbah Kung pukul 06:00, setengah jam lebih awal dari waktu biasa ia ke sekolah. Menyapu rumah serta halaman lalu menyirami tanaman. Setelahnya memberi makan si Bobby.

"Kucing? Pus pus!"

Bobby si kucing tidak ada di rumah. Saat mengocok bungkus dry food pun tidak ada tanda-tanda kedatangan makhluk berbulu itu.

Aneh, biasanya kucing itu sudah stand by begitu ia tiba.

"Miaw!"

Akhirnya suara itu muncul dari arah belakang. Bobby berbalik sembari mengguman, "Akhirnya, dari mana aja, sih. Bisa telat—!"

Memang suara Bobby, tapi wujudnya bukanlah dia. Anak kucing berbulu putih berdiri di atas sepeda biru.

Sekujur tubuhnya bergetar disertai keringat dingin. Rasanya ingin lari dan berteriak, tapi tubuhnya seperti ditahan oleh sosok tak terlihat. Dirinya dipaksa bertatapan kucing putih di atas sepeda itu. Hanya batinnya saja yang bisa berucap.

'Ma...maaf.'

Kriingg!

Terlonjak sehingga menimbulkan bunyi pada bangkunya. Suara bel sekolah membangunkannya.

Gemetar pada tubuh masih ia rasa, begitu pula keringat dingin terbawa ke dunia nyata. Bobby mengusap wajahnya dengan kasar.

Rupanya hanya mimpi. Mimpi yang buruk.

Tidak ada kericuhan seperti biasa. Rupanya ia tertidur hingga waktu pulang. Kelas sudah sepi.

Dia sendiri.

Tak ada yang membangunkannya.

***

Dari banyaknya pilihan makanan kucing, ia mengambil dry food dengan warna kemasan merah dan kuning. Saat perjalanan pulang, Bobby mampir ke toko kucing, teringat stok Bobby si kucing sudah menipis.

Semasa mengantri untuk membayar, Bobby kepikiran dengan mimpinya. Di perjalanan ke rumah Mbah Kung pun masih terngiang.

Mimpinya tidak menyeramkan secara visual. Tapi hanya dirinya yang merasa mimpinya adalah mimpi horor. Rasanya kena ke mental.

"Meow!"

Tangannya reflek menarik rem motor. Hampir hilang kendali, tapi semuanya aman, dirinya maupun kendaraannya tidak ada yang jatuh ke aspal.

Mata Bobby langsung mencari pemilik suara itu, suara Bobby si kucing. Rupanya kucing Mbah Kung itu masih berjalan santai menghampirinya dari arah rumah tetangga.

Bobby menarik napas panjang. Dalam bayangannya kucing itu ada di depannya. Dan sudah terbayang pula ia hampir menabrak kucing kesayangan Mbah Kung.

Remaja itu menenggelamkan wajahnya di atas motor. Bayang-bayang mimpinya membawa dampak tak menyenangkan.

"Hari ini kenapa, sih?" gumamnya.

Purrr....

Kucing taby itu mengeluskan kepalanya ke punggung Bobby. Reflek dirinya menoleh dan berteriak, karena masih jantungan dan geli.

Bobby si kucing masih anteng duduk di jok belakang dengan wajah polos. Dan dari matanya seolah berkata, 'Human satu ini kenapa?'

***

Stok tersisa ia tuangkan semua ke mangkuk biru. Mengisi air minum untuk tuan Bobby dan kemudian mengambil sapu ijuk. Cahaya hangat pukul setengah lima sore menyilaukan pandangannya. Dengan ayunan tangan yang terkesan buru-buru, ia selesai dalam waktu 10 menit. Halaman seluas lapangan tenis itu kini bersih dari dedaunan yang jatuh.

Ia merebahkan diri di atas sofa panjang dengan warna cokelat susu. Dalam rumah rasanya tak perlu dibersihkan, karena hanya sedikit debu yang mampir. Ia lelah. Wajah yang ia tutupi dengan jaket cream memberi rasa kantuk. Tapi Bobby tak mau tidur di sini. Ada pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan besok.

Kaki kecil yang tekanannya tak sepadan terpijak di atas perutnya. Reflek bangun setengah badan. Rupanya Bobby si kucing, satu kakinya sudah ada di atas perutnya, mata yang menatapnya seolah-olah berkata, 'Diam! Aku mau tidur!'

"Ooo, tidak bisa. Tak semudah itu!" Bobby langsung beranjak. Memakai jaketnya dan mengambil kunci motor yang ia letakkan di atas meja kayu.

Tanpa sepatah kata salam jumpa, remaja itu langsung keluar dan mengunci pintu setelah menyalakan lampu ruang tamu serta teras yang saklarnya ada di dekat pintu.

Kuping runcing itu bergerak kala mesin motor vespa menyala. Bobby berlari ke arah jendela, menatap kepergian Bobby dengan wajah kesal, seolah berkata, 'Awas saja kau!'

Malamnya Bobby tidak bisa tidur karena rasa takut.

***

Bobby & BobbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang