🌻Dandelion. Kamu mirip Almarhum Debby🌻

19 2 1
                                    

Happy reading

🌻Dandelion🌻

Pada siang hari, di bawah teriknya matahari aku berjalan menyusuri jalan menuju perpustakaan di kampusku. Aku tidak mempunyai arah tujuan kemanapun kecuali perpustakaan. Setiap kelas berakhir, aku enggan pulang ke kost, kalian tidak akan pernah tahu bagaimana panasnya kota Singaraja. Panasnya benar-benar tidak dapat digambarkan dengan kata-kata bahkan hawa angin terasa sangat panas. Jika kota kelahiran ku panas, tapi setidaknya angin membantu untuk memberikan rasa dingin yang menyisir kulit sayup-sayup.

Jika ada perlombaan yang paling sering mengunjungi perpustakaan bisa aku jamin aku lah pemenangnya. Setiap hari aku datang bukan hanya sekedar membaca buku, membuat tugas, atau pun membaca jurnal, terkadang aku hanya diam di perpustakaan untuk menikmati dinginnya AC seraya menggulirkan setiap konten di beranda tiktok ku. Aku akan berada di perpustakaan sampai saat kelas berikutnya di mulai atau hari telah mulai petang.

Aku selalu merasa iba dan prihatin terhadap diriku sendiri setiap berada di perpustakaan karena aku hanya seorang diri, sedangkan orang lain, tentu saja bersama teman-temannya. Namun anehnya aku merasa cukup nyaman jika berada sendiri di perpustakaan. Lain halnya jika berada di kost, aku akan semakin merasa kesepian tidak memiliki siapapun, pada akhirnya aku akan overthiking dan mulai menangis. Home sick parah!

Sampai di perpustakaan aku mulai melakukan presensi lalu mencari tempat di pojok yang sepi, di mana tidak ada satu pun orang yang akan memperhatikan kesendirian ku. Sungguh menyedihkan! Namun, sebelum itu aku mencari sebuah novel berbahasa inggris. Aku saat ini tengah berusaha untuk dapat bisa fluent dalam berbahasa inggris, aku hanya mencari kesibukan dengan menambah kemampuan diri. Setidaknya, suatu saat nanti aku lulus dari universitas ini, aku memiliki kemampuan yang di luar program studi ku. Aku memilih jurusan pendidikan dasar, program studi pendidikan guru sekolah dasar. Mungkin banyak di luar sana yang menganggap rendah prodi PGSD atau sering mereka katakan, bahwa menjadi guru itu adalah pilihan yang buruk, terlebih lagi menjadi guru SD, sangat tidak bergengsi katanya. Apapun perkataan mereka, aku tidak akan memperdulikannya. Aku paham betul kemana tujuanku dan apa fashion ku. Lagi pula, tanpa adanya guru yang mengajar di SD, tidak ada generasi berikutnya yang bisa menjadi polisi, dokter, TNI, atau semua profesi di dunia ini yang katanya bergengsi.

Aku mulai membaca novel yang berjudul, "Who are U" aku lupa siapa pengarangnya, tapi aku sangat menyukai pesan-pesan yang tersurat di dalamnya. Ada beberapa kata yang tidak aku ketahui artinya, dan ada beberapa kalimat yang tidak aku pahami artinya. Kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang tidak aku pahami, aku catat dan cari tahu artinya. Lalu aku mencoba untuk menggunakan kata tersebut dalam sebuah kalimat. Dengan begitu, aku lebih mudah dalam mengingat kata tersebut.

Aku terlalu fokus membaca novel hingga tidak menyadari kak Pram tengah berada di depan ku saat ini. Aku hampir berteriak jika saja dia tidak menutup mulutku. Jujur saja aku sedikit terkejut dengan kehadirannya, bayangkan saja,  jika kalian bertemu hantu, seperti itulah reaksi ku melihat kehadirannya yang tiba-tiba berada di depan ku dengan wajahnya yang sangat flat dan judes tentu saja dengan sebuah buku anatomi di tangannya.

Bukan apa-apa, tapi melihat buku yang dia bawa aku rasa itu yang membuat hidupnya sangat datar. Sungguh membosankan. Mungkin banyak di luar sana menganggap bahwa mempelajari anatomi sangat seru karena tingkat kesusahannya yang membuat semakin penasaran. Tapi apakah benar banyak yang menyukai pelajaran anatomi?

"Kak! Bisa gak sih, sapa dulu gitu, kaget tahu!" hardik ku namun dengan suara yang sedikit pelan. Aku menyadari di mana aku berada, aku tidak ingin orang-orang menatap ku dengan kesal karena keributan yang aku buat.

"Emang harus? Kamu siapa?" Mendengar hal itu, jujur saja aku ingin sekali menendangnya dari hadapanku saat ini. Namun ku urungkan niatan ku. Aku mencoba untuk meredakan emosiku, menarik panjang nafasku dan ku hembuskan perlahan-lahan. Jika ku telisik lebih dalam lagi, dengan wajahnya yang flat tapi saat dia fokus membaca bukunya, entah kenapa tampang-tampang ketenangan, kepintaran, dan kejeniusan terpampang di sana.

"Seganteng itu ya?" Aku langsung menaikan buku ku untuk menutupi wajahku. Sial! Aku tertangkap olehnya. Aku dengar suara desis yang keluar dari mulutnya. Aku mengutuki kekonyolan ini, bisa-bisanya dia menyadari perilaku ku walaupun tengah fokus membaca buku.

"Kalau baca buku fokus dong kak!" ucapku seraya membenahi cara ku duduk.

"Kamu yang fokus!" ucapnya seraya menjitak kepalaku dengan buku yang dia bawa. Aku pun reflek meringis, meskipun tidak keras tapi itu cukup menyakiti kepalaku.

"Kak! Bagaimana kalau aku jadi bego!"

"Bukannya emang udah bodoh ya?" Aku tanpa sadar menggerakkan tanganku mencubit lengannya. Otomatis dia pun ikut meringis kesakitan. Tapi anehnya dia tidak marah sedikit pun dan dia sedikit tersenyum? Manis!

"Tadi makan siang pake apa?" Tanyanya.

"Belom makan siang, gak tahu mau makan apa." ucapku. Jujur saja, aku memang belum makan nasi sedari pagi. Aku hanya sarapan dengan roti dan coffee less sugar yang aku beli di Indomaret, aku rasa hanya terdapat 300 kalori yang masuk ke dalam tubuhku saat ini. Aku tidak tahu mau makan apa, semua makanan di Singaraja tidak ada yang enak menurutku, mungkin saja karena lidahku belum terbiasa dengan cita rasa makanan di sini. Tapi aku yakin, suatu saat nanti akan terbiasa.

"Udah jam berapa ini?!" ucapnya dengan nada yang sedikit meninggi.

Dengan polos aku mengatakan bahwa ini sudah menunjukkan pukul dua siang.

"Ada kelas berikutnya nggak?" Tanyanya. Aku menggelengkan kepala ku. Memang tidak ada mata kuliah lagi setelah kelas pak Wahyu.

Kak Pram menarik tanganku. Menyeretku keluar dari perpustakaan. Semua mata tertuju pada kami. Meskipun kak Pram tidak seterkenal Presma ku, tapi dia cukup banyak memiliki penggemar. Aku berdoa agar tidak ada yang membenci ku dan salah paham terhadap ku.

"Kemana kak?!" Ucapku seraya menghentakkan tanganku dari genggamannya. Kak Pram tidak menjawab, ia mengembalikan buku dan kembali menyeretku keluar. Aku tahu dia sedikit bicara tapi tidak seperti ini dong!

Dia menyeretku sampai ke parkiran di kampus kami, saat seperti ini, dia seperti penculik bagiku. Dia memaksa ku masuk ke dalam mobilnya, entah dibawa kemana aku olehnya.

"Kemana kak?!" tanya ku masih kesal.

"Mau makan." Singkatnya. Jujur saja aku ingin sekali berteriak keras dihadapannya sekarang.

"Kak, kakak sehat kan? Kakak bisa kok ngajak makan nya biasa aja!"

"Cepet-cepet, lapar" ucapnya. Aku hanya mendengus kesal.

"Kak, kakak kan punya pacar, apa pacar kakak gak marah ngajak aku makan?" tanya ku, aku takut mencari masalah dengan kakak tingkat. Bagaimana pun aku mahasiswa baru, rasanya mencari masalah di tahun pertama itu sungguh tidak baik.

"Enggak, dia udah tahu semuanya. Dia dewasa, enggak cemburu dengan hal-hal yang seperti ini. Dia tahu kalau kamu sudah kakak anggap sebagai adik kandung kakak, kamu mirip dengan almarhum adik perempuan kakak, Debby." Aku sedikit tercengang, aku baru mengetahuinya.

"Jadi karena ini kakak baik sama aku?" Aku hanya manggut-manggut saja.

"Kamu gak berpikir kalau kakak suka sama kamu kan?" Detik itu langsung ku pukul lengannya lagi. Bagaimana bisa dia mengatakan itu secara terang-terangan? Sungguh memalukan untuk ku!

🌻Dandelion🌻
To be continue (≧▽≦)

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang