Staff

94 10 2
                                    

Dengan senyum lembut seorang laki-laki berambut pirang agak panjang menata dokumen berisikan para murid baru.

"Berhubung sebentar lagi tahun ajaran baru, saya ingin mendiskusikannya dengan para guru sekalian."

Seorang perempuan yang juga berambut pirang mengangkat tangannya bersemangat.

"Maksud anda acara mos nanti?" Tanyanya tanpa bisa menyembunyikan raut semangatnya.

"Benar Uriel, jika tak keberatan bagaimana kalau anda menjadi pembawa acara?"

Dengan raut wajah berbinar Uriel mengangguk dengan penuh semangat. "Tentu saja kepala sekolah!"

"Wah, pasti sangat merepotkan ya."

Yasratcha menguap malas. Hanya membayangkannya saja sudah melelahkan.

"Anda memang seperti itu. Aku jadi kasihan pada kelasmu nantinya," Yu Hansung mencemooh manusia kucing itu.

Yasratcha merotasikan matanya. "Kenapa staff TU disini?"

Kepala sekolah menghela nafas dan menjawab "karena mereka yang memegang uangnya."

"Untuk acara selama seminggu aku percaya ini terlalu banyak." Navier menunjuk nominal angka anggaran total. "Siapa yang membuat daftar pendanaan?"

"Itu aku." Eruhaben, salah satu keajaiban dunia, angkat bicara.

Navier tersentak kaget. Ia tak pernah menduga salah satu orang yang ia hormati itu bisa sedikit (?) boros.

Eruhaben menghela nafasnya. "Percaya ataupun tidak, kita benar-benar membutuhkannya."

"Apa karna kau mengenal beberapa anak?" Mila tertawa kecil.

"Mungkin," balas Eruhaben malas.

"Aku setuju!" Sun Gokong menyuarakan pendapatnya. "Kita kan sekolah elite uang sebanyak ini ngga masalah lah."

"Pak guru, ini rapat formal." Kepala sekolah mengingatkan.

Sun Gokong hanya menanggapinya dengan cibiran.

"Omong-omong kemana guru yang lain?" Charlotte menunjuk beberapa kursi kosong.

"Oh, mereka sedang punya tugas sendiri," kepala sekolah yang menjawab.

"Bukan karena kamu tak mau mendengar mereka?" Yu Hansung menyeringai.

Guru dan staff TU menoleh pada kepala sekolah yang ikut menyeringai.

"Setengah ya dan tidak."

Beberapa helaan nafas terdengar.

"Lagipula wakil kepala sekolah yang mengurusnya," kepala sekolah sedikit menjelaskan.

"Kurasa anda tetap punya tujuan lain?" Dekis yang sejak tadi diam bertanya dengan senyuman ramah.

Kepala sekolah mengangguk. "Aku ingin kalian menjadi wali kelas, kecuali Charlotte Eleanor."

Charlotte mengangguk. "Terimakasih atas pengertiannya."

Lagipula hanya dia yang bisa mengendalikan lima muridnya yang sekarang ada dikelas tiga.

"Jujur saja ini mengejutkanku," Nirvana bergumam bosan.

"Oh, kurasa kau akan menyukai anak kelasmu Nirvana."

Atas ucapannya Yu Hansung menyerahkan selembar kertas berisi daftar muridnya.

"Tentu saja dia akan menyukainya, mereka anak-anak yang menyembah sekaligus mengutuk dewa."

Eruhaben menggumam, namun semua mendengarnya dan mengangguk setuju termasuk Nirvana.

"Awalnya saya ingin menjadikan Eruhaben-nim sebagai wali kelas royal tapi kurasa anda akan lebih cocok di kelas main."

Ye Ran SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang