Petugas

56 9 0
                                    

Ketua PSY alias Penjaga Sekolah Yeran sedang mengamati dari atap gedung meratapi nasib.

Di lingkungannya ia merupakan salah satu tokoh penting, namun disini ia malah jadi tokoh tambahan.

"Kok bisa sih, aku kalah dari si kucing?" Monolog Kallavan.

Disisi lain, lebih tepatnya di pinggir lapangan ada tiga makhluk yang tengah mengeluh.

"Curang," ucap seorang laki-laki yang berdiri ditengah. Ramputnya dipotong mangkuk.

Dua lainnya mengangguk setuju.

Disisi kanan ada pria berambut ungu panjang, disisi kiri ada pria berambut silver pendek dengan luka kecil disudut mulutnya.

"Padahal kita yang senior jangankan jadi guru, naik jabatan aja kagak." Ucap Tao lagi.

Dua lainnya kembali mengangguk.

"Terus kenapa ngga demo ke kepsek?"

Tiga kepala itu menoleh kekiri dengan kompak jelas terkejut mendapati sosok lain disana.

"Lagipula lebih menyenangkan menjadi penjaga sekolah kan?"

Disisi kanan juga muncul seorang laki-laki lain.

M-21 menghela nafas. "Kalian ngga bisa muncul dengan normal?"

Takio ikut bersuara, "kita ngga didengerin soalnya kita jauh lebih lemah daripada para penjaga baru."

Karius dan Lazark, dua orang yang tiba-tiba datang tadi mengangguk paham. Paham penderitaan tiga manusia modifikasi itu.

Mereka berdua saja yang bergelar kepala keluarga saja 'sedikit' kesulitan menghadapi mereka.

Di atap sekolah, agak jauh dari Kallavan, Cha dan Dowon sibuk bermain catur.

"Lima menit lagi bel masuk." Ucap Cha sambil menggerakkan pionnya.

Dowon mengernyit. Agak lama kemudian ia menggerakkan kudanya.

"Kita bagian jaga parkiran ya." Balas Dowon masih melihat ke papan catur.

"Iya,"

Sekali lagi Cha membalas sambil menggerakkan ratu.

"Kita dimasukkin kerja ke sini kek ngga ada harga dirinya."

Cha tersentak mendengar ucapan Dowon.

"Kita kan penjaga tembok perdamaian masa sekarang jadi satpam sekolah sih," gerutu perempuan itu.

Cha sendiri tertawa kecil.

"Tapi disini juga nyenengin kan? Lagian ngga ada yang tarung sampe parah juga."

Atas jawaban Cha, Dowon ikut tersenyum. Perempuan itu menatap erat lawan main caturnya.

"Iya,"

Belum ada lima detik atas balasan Dowon, lapangan sekolah meledak.

Tak lama kemudian beberapa suara ikut terdengar.

"White, udah berapa kali dibilang jangan makan orang sembarangan!"
"Gua bukan mau makan tapi mau gua bunuh!"
"Itu juga ngga boleh!"
"Omo, ngga papa kok kak, saya rela kakak saya dibunuh atau dimakan."
"Tuh adeknya aja setuju!"
"Dion Agriche kamu ngomong sesuatu dong!"

"Uhuk, hari-hari yang damai." Cha sedikit tersedak.

Kejadian seperti tadi memang kadang terjadi, tapi untunglah ngga sampe beneran bunuh-bunuhan.

"Kalian ngga ngelerai," tanya Kallavan yang tiba-tiba aja dah dideket mereka.

"Dah ada yang mau bantu," Dowon menunjuk lima orang yang sedang berlari menuju tempat kejadian.

Ye Ran SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang