Chapter 8

20 3 0
                                    

Rayyan berjalan menuju kedua orangtuanya yang sedang menonton TV diruang tengah, hari ini Rayyan sedang pulang ke rumah orangtuanya, Rayyan pulang di hari weekend untuk menghabiskan waktunya bersama keluarga nya.

Melihat kedua orangtuanya yang sekarang sedang bermesraan membuat nya merasa iri, ayolahh.. disini Rayyan ingin menghabiskan waktunya bersama orangtuanya bukan menonton acara mesra mesraan mereka.

"Kalau mau mesra mesraan tuh di kamar, jangan diruang tengah, lagian gak bosen apa aku gangguin terus"ujar Rayyan yang sudah duduk ditengah tengah mereka.

"Astaghfirullah.. Rayyan !!, Pake baju kamu sana, nanti masuk angin !"kata Mama Rayyan setelah melihat anaknya datang dengan tanpa memakai bajunya.

"Ya bagus dong mah, angin aja mau sama aku, sampai masuk ke tubuh aku segala"
"Kamu tuhh, durhaka-"
"Kalau durhaka berarti lagunya pa Haji Roma Irama dong mah ?"potong Rayyan sambil memakan kripik yang ada didepannya.

Mamah nya menghela nafas nya sambil memijit pelipisnya, pusing dengan tingkah Rayyan yang selalu bisa menjawab perkataan lawan bicaranya.

"Nahh.. kalo angin aja bisa suka sama kamu, kenapa cewek enggak ?,"kata Papanya.
"Ada kok pa, tenang aja, cewek yang Rayyan cari udah ketemu, tapi kemarin lusa ketemu dia gak kenal sama Rayyan"

"Hahahh... Pantes dilupain, orang kenalnya juga cman 1 bulan"kata mamanya sambil tertawa.

Rayyan mendengus jengkel dan mengunyah keripiknya dengan kasar.
"Terus kamu mau gimana sekarang ?,"tanya Papa

"Ya Rayyan perjuangin lahh,, kali ini Rayyan gak mau kehilangan dia lagi"
-
-

Rayyan sekarang berada dikamar nya dan menatap layar ponselnya yang menampilkan sebuah profil whatsapp  Laras. Rayyan memintanya sore tadi saat di Parkiran.

Rayyan berfikir apakah dia harus mengirim sebuah pesan untuknya atau malah menelponnya langsung ?.
Berkali kali Rayyan mengetik kan pesan untuk Laras, tapi langsung di hapus kembali karena bingung dan gugup. Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Rayyan memutuskan untuk menelpon Laras, kali aja wa nya sedang aktif.

"Halo ?,"
Rayyan tersenyum lebar mendengar suara lembut Laras,
"Kalo gak mau ngomong aku tutup yah"
"Eh iya, lagi apa Yas ?"
"Lagi maskeran, kenapa ?"
"Ck.. baru tadi sore perasaan lo baik sama gue, kenapa sekarang ketus lagi sih"

Cukup lama tidak ada balasan dari Laras, Rayyan berfikir mungkin karena gangguan sinyal,
"Manggil ayas mah keknya umum dipanggil sama semua orang ya, gimana kalo gue panggil sayang aja ?"celoteh Rayyan.

Kembali tidak mendapat balasan dari Laras membuat Rayyan kelabakan
"Sayang ?, Eh,, Laras ?, Lo masih disana kan ?".
"Eh.. iya ?, Udah dulu yah yan, gue lagi sibuk"

"Sibuk ?, Bukannya tadi bilang lagi maskeran ya ?, Apa jangan jangan marah lagi sama gue ?, Tapi gue salah apa ya ?, Ah bodo lahh.. kalo ketemu gue tanya aja langsung". Gumam Rayyan setelah Laras memutuskan sambungan telpon nya secara sepihak.

Rayyan kemudian merebahkan badannya di kasur dan menatap langit langit kamarnya.
"Gue yakin, suatu hari nanti, gue pasti bisa buat lo inget gue lagi, meskipun ingatan tentang kita gak banyak, tapi gue harap ingatan ini adalah ingatan terindah lo, dan harus lo inget lagi, gue bakal berusaha untuk itu, good nigt baby.."
-
-

Pagi ini Rayyan berniat untuk menjelaskan pada Laras bagaimana dia bisa mengenalnya, dan siapa dia sebenarnya. Tapi, setelah kejadian semalam Rayyan jadi ragu untuk menelpon Laras.

Rayyan mondar mandir gak jelas di depan rumahnya, merasa pusing sendiri dengan apa yang harus dilakukan nya.

"Kamu kenapa yan ?, Dari tadi mondar mandir kesana kesini, mama pusing lihatnya"
"Ma Rayyan bingung, Rayyan harus telpon Ayas atau enggak ?"
"Kenapa harus bingung ?, Katanya semalam mau berjuang dan gak akan biarin dia hilang lagi ?, Belum satu hari udah kebingungan gimana sih ?"
"Ck.. bukan nya bantuin malah nambah beban pikiran, ya udah lah Rayyan telpon aja"putus Rayyan dan berjalan menjauhi mama nya untuk menelpon Laras.

R & LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang