1. Welcome Home Satria!

293 1 0
                                    

Siang itu seorang pria berjalan dengan langkah tegap sembari menyeret kopernya menuju pintu kedatangan di bandara internasional Soekarno-Hatta. Di balik kaca mata hitamnya, matanya mulai memindai ruangan luas yang saat ini dipenuhi oleh pengunjung yang datang untuk menjemput teman, kerabat, atau kekasihnya.

"Satria!"

Pria itu menoleh ke arah suara teriakan yang memanggil namanya. Sudut bibirnya terangkat naik membentuk sebuah senyuman tatkala dia melihat seorang yang sangat dikenalnya.

"Akhirnya Lo balik juga!" seru pria yang tadi meneriakinya ketika mereka sudah berdiri saling berhadapan.

Keduanya pun saling berpelukan erat selama beberapa detik lalu mereka mengurai dekapan. Setelah lima tahun, dan akhirnya mereka bisa kembali bertemu, mungkin hubungan mereka saat ini sudah membaik dan tidak ada lagi gesekan yang memicu terjadinya pertengkaran atau pun kecemburuan di antara kakak beradik itu.

Satria melepas kaca mata hitamnya dan memindai sang adik dengan tatapan menyelidik.

"Gue gak nyangka kalau Lo bakal nikah duluan, Bim," ujarnya.

Bima tertawa tanpa suara. Dia sendiri pun tidak menyangka kalau harus melangkahi kakaknya untuk menikah lebih dulu.

"Sorry, semua terjadi karena kecelakaan," katanya enteng disertai dengan tawa tertahan.

"Gue tahu lo bukan ahlinya!"

"Brengsek lo!" umpatnya pada sang kakak.

Satria tertawa lepas. Dia sangat mengenal Bima, kalau adiknya itu sangat berbeda dengan dirinya. Bima lebih pendiam dan tidak suka dengan dunia bebas. Oleh sebab itu, dia terkejut ketika satu bulan lalu adiknya mengabari akan segera menikah karena sang kekasih sudah kadung mengandung anaknya. Satria yang memang sudah berniat kembali ke Indonesia pun mengurus segala keperluannya untuk pulang dan menyelesaikan urusannya di sana.

Bima melajukan kendaraannya meninggalkan area parkir bandara menuju apartemen kakaknya. Satria sudah mengatakan sejak awal kepulangan kalau dia tidak akan kembali ke rumah orang tua mereka. Dia masih kesal dengan ibunya, dan belum ingin menemuinya meski telah lewat lima tahun lamanya. Kabar kepulangannya ke tanah air pun sudah diketahui oleh seluruh keluarganya. Akan tetapi Satria tetaplah Satria, pria yang sangat keras kepala dan pembangkang.

"Apa rencana lo setelah pulang?" tanya Bima melirik ke arah sang kakak yang tengah duduk memejamkan mata di kursi sebelahnya.

"Hm?" Satria bergumam. Dia sedikit mengalami jetlag setelah kurang lebih lima belas jam berada di pesawat.

Satria menggerakan tubuhnya menjadi tegak dan membuang napas panjang.

"Gue akan buka cafe and restoran baru," katanya memberitahu dan membuat Bima terkejut.

"Cafe lama lo gimana?"

"Ya, gak gimana-gimana. Cafe itu bakal di urus sama Ario, dia udah lama jadi orang kepercayaan gue dan selama dia ambil alih semua berjalan lancar. Di tambah cafe itu juga ..."

Cafe yang sudah banyak meninggalkan kesan manis untuknya. Tentang Syera dan cinta mereka. Satria mengembuskan napas pendek mengingat semua itu.

"Move on, Sat. Dia udah bahagia, sekarang giliran lo yang cari kebahagiaan lo sendiri!"

Satria tidak menyahut ucapan Bima dan memilih menatap jalanan di depan mereka. Sampai mereka tiba di apartemen pria itu, tidak ada lagi pembahasan yang keluar dari bibir keduanya.

"Welcome home, Satria!" ucap Bima seraya membuka pintu apartemen kakaknya.

Selama Satria berada di Milan, Bima yang dengan baik hati menyewa cleaning service untuk mengurus apartemen ini. Dia bahkan sempat ingin menyewakan apartemen ini pada temannya, tetapi langsung mendapat larangan dari Satria. Entah apa alasannya.

FWB Between Love and Lust Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang