4. Mudah Ditebak

72 0 0
                                    

Satria baru saja tiba di hotel di mana acara resepsi pernikahan adiknya masih digelar. Menjelang sore tadi pengunjung cafenya tiba-tiba saja membludak sehingga dia harus membantu pegawainya, sehingga membuatnya datang kembali ke hotel saat hari sudah gelap.

Pria itu melangkah ke dalam lobi dan langsung naik lift yang kebetulan sedang terbuka. Dia menekan angka lima di mana ballroom hotel berada.

Suasana acara pernikahan Bima masih meriah, banyak tamu dari rekan bisnisnya yang hadir dari luar kota maupun luar negri. Satria memilih menyingkirkan dirinya ke bagian sudut ruangan.

"Satria dari mana?"

Satria memasang senyum segaris pada ibunya yang berhasil menemukannya.

"Dari cafe ada yang urgent tadi," katanya seperti yang dia katakan pada Bima.

"Mama senang kamu datang kembali. Jangan ke mana-mana, ya!"

"Oke!"

Karina lantas kembali bergabung dengan tamu sosialitanya. Sementara Satria mengambil minuman di meja bar yang tersedia.

Satria berdiri bersandar pada meja bar sembari menyesap sampanye-nya. Matanya memindai tamu-tamu adiknya yang hadir pada malam hari ini. Ada yang dia cari, alasan yang membuat dirinya kembali datang ke sini.

Lalu, matanya melihat seorang yang dia ingat adalah suami dari wanita yang sampai saat ini masih merajai hatinya.

"Samuel," gumamnya.

Pria berwajah oriental itu berdiri tidak jauh darinya dan sedang bersama rekan-rekan bisnisnya saling mengobrol. Satria tidak melihat wanita itu bersamanya. Entah karena kebetulan atau apa, pandangan Samuel tertuju ke arahnya dan membuat tatapan mereka saling bertemu. Pria itu melempar senyum ramah pada Satria. Satria pun mengangkat gelasnya ke arah pria itu.

Selang beberapa menit kemudian dua pria itu sudah duduk bersebelahan di depan meja bar.

"Kapan tiba?" tanya Samuel mengawali percakapan mereka setelah hening beberapa menit lalu.

"Dua hari lalu."

Samuel manggut-manggut.

"Bagaimana kabar dia?" tanya Satria.

"Syera baik-baik saja. Tadinya dia akan datang ke sini, mendadak anak kedua kami demam sehingga dia batal datang dan meminta saya untuk pergi sendiri saja."

"Berapa anak kalian?" tanya Satria spontan. Walau sebenarnya dia sudah mengetahuinya.

"Dua. Laki-laki dan perempuan."

Samuel merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponselnya. Dia menunjukkan sebuah foto pada Satria.

Satria tersenyum melihat dua wajah yang sangat menggemaskan itu.

"Mereka sangat menggemaskan," ucap Satria.

"Terima kasih."

Samuel menyesap minumannya.

"Aku senang dia memilih menikah denganmu," ucap Satria lagi. "Aku tidak yakin bisa membahagiakannya seperti yang kamu lakukan untuknya."

Samuel hanya menatap lurus ke depan pada botol-botol anggur yang berjejer.

"Sudah lima tahun berlalu, seharusnya kamu menemukan bahagiamu," ujar Samuel. Pria itu bisa menebak kalau Satria belum bisa melepaskan Syera dari hatinya.

"Yeah, aku mengusahakannya ..."

Samuel membuang napas panjang. Lalu dia memutar tubuhnya ke arah Satria dan mengulurkan tangan. Satria pun menyambut uluran tangan pria itu.

FWB Between Love and Lust Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang